NovelToon NovelToon
Cinta Atau Obsesi??

Cinta Atau Obsesi??

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:233
Nilai: 5
Nama Author: nhaya

Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
​Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ibu 2 anak

​Kanaya tertegun melihat meja kaca yang terbalik dan vas kristal yang pecah, memantul di lantai marmer, seolah ia melihat cerminan kehancuran hidupnya. Pemandangan dua pria dewasa, yang seharusnya menjadi pelindungnya, saling menghantam dengan brutal seperti anak kecil, membuat hatinya dipenuhi rasa jijik dan kekecewaan. Mereka mengabaikan teriakannya, terlalu tenggelam dalam amarah maskulin yang egois.

​CUKUP!!!

​Sebuah kekuatan baru, yang didorong oleh keputusasaan, tiba-tiba muncul dalam dirinya. Dia melangkah maju, tubuhnya yang kecil berada di antara dua orang yang sedang saling melayangkan pukulan.

​PLAK!

​Tangannya yang mungil, namun dipenuhi amarah, mendarat dengan keras di pipi Victor.Victor tersentak, amarahnya seketika meredup karena terkejut.

​PLAK!

​Tanpa jeda, Kanaya memutar tubuhnya dan menampar Artama dengan kekuatan yang sama. Wajah Artama, yang dipenuhi kemarahan liar, kini terpaku, sedikit memerah bekas tamparan Kanaya.

​Dunia mendadak hening, hanya ada suara napas terengah-engah dari kedua pria itu.

​"Hentikan drama kalian!" suara Kanaya terdengar tajam, jauh dari suara lemah lembutnya yang biasa.

"Kalian berdua bertingkah seperti anak TK yang memperebutkan mainan! Apa kalian tidak malu? Perkelahian b0doh ini tidak menyelesaikan apa-apa!"

​Ia menatap kedua wajah babak belur itu,sudut bibir Victor sobek dan hidungnya berdarah, sementara rahang Artama memar kebiruan,bibirnya berdarah sedikit di sudut dan kemejanya robek.

​"Kalian duduk!sekarang!!" perintah Kanaya, menunjuk sofa terdekat yang masih utuh.

​Victor dan Artama, yang biasanya mengontrol setiap situasi, mendapati diri mereka patuh di bawah tatapan tajam mata polos Kanaya. Mereka duduk di sofa dengan canggung, jarak di antara mereka terasa tegang dan penuh ancaman.

​Kanaya menghela napas, lelah. Ia kemudian menoleh ke Sofia.

​"Sofia, tolong ambilkan kotak P3K. Dan siapkan air hangat,yah." pintanya, nada bicaranya kembali normal, namun mengandung otoritas yang mengejutkan.

​Sofia, yang berdiri sambil menahan tawa yang ingin meledak di sudut ruangan menyaksikan adegan itu, langsung tersadar dan bergegas pergi.

​Ketika Sofia kembali dengan kotak P3K, Kanaya mengambil alih. Ia duduk di antara kedua pria itu, mengambil kapas dan cairan antiseptik. Secara naluriah, ia memilih Victor terlebih dahulu.

​"Tahan," bisik Kanaya, mendekat ke Victor. Ia mulai membersihkan luka di sudut bibir Victor dengan gerakan lembut dan hati-hati.

​Victor, yang merasakan sentuhan lembut Kanaya dan aroma segarnya yang menenangkan, tersenyum sinis, menatap langsung ke mata Artama.

​"Lihat, Artama," ejek Victor, suaranya pelan dan serak,

"Gadis yang kau klaim ini ternyata lebih peduli pada pahlawan yang menyelamatkannya, bukan pada si tiran yang memenjarakannya."

​Artama mengepalkan tangannya. Matanya memancarkan api cemburu dan marah.

​"Jangan berani-berani kau menikmati sentuhannya!" desis Artama.

"Singkirkan tanganmu, Kanaya! Biarkan dia mengurus dirinya sendiri. Atau biarkan Sofia yang mengurusnya! Kau menjijikkan, Victor, memanfaatkan kebaikan dan kepolosan Kanaya dengan jarak sedekat itu!"

​Kanaya menarik kapasnya dan menoleh tajam ke arah Artama.

​"Diam gak,Ar?!" serunya ketus.

"Aku sedang mengobati. Dia terluka, dan aku yang menyebabkan kalian berhenti berkelahi. Aku akan mengobatinya. Apa kau mau mengeluh lagi?"

​Artama pun terdiam. Ia menatap keintiman sesaat antara Kanaya dan Victor dengan hati yang mendidih, tetapi tidak berani melawan perintah ketus Kanaya.

​Setelah selesai membersihkan luka Victor, Kanaya beralih ke Artama. Ia menyentuh rahang Artama yang sudah membiru.

​"Coba kulihat,Ar.Ini pasti sangat sakit," gumam Kanaya, sedikit melunak.

​Artama tersenyum mengejek, meskipun wajahnya tampak menahan sakit.

​"Aku baik-baik saja," kata Artama. "Tapi aku ingin tahu, mengapa kau harus mengobati !blis seperti dia juga? Kenapa tidak langsung mengusirnya saja? Setelah apa yang dia lakukan?"

​Kanaya mengambil salep dan mengoleskannya perlahan ke memar Artama.

​"Karena," jawab Kanaya dingin, "Victor yang menyelamatkanku dan membelaku saat di pesta waktu itu. Dia orang pertama yang menolongku dari Valencia dan kawanannya. Saat itu, kau bahkan sibuk berdiam dan memikirkan bisnismu. Dia yang berdiri di depanku."

​Artama terhenyak, tak bisa membalas.Victor tersenyum lebar, senyum kemenangan yang kejam, meskipun wajahnya penuh luka.

​Tiba-tiba, Artama mendekatkan wajahnya dengan cepat. Victor hendak bereaksi, tetapi terlambat. Artama mendaratkan ciuman singkat di bibir kecil Kanaya yang masih terkejut dengan kecepatan itu.

​Chup!

​Kanaya, Victor, dan bahkan Sofia yang masih berdiri, tersentak kaget.

​Victor langsung berdiri, tinjunya kembali terkepal, wajahnya merah padam.

​"Kau!! Berani-beraninya kau menyentuhnya! Menciumnya di depanku?!Artama!Kau b47ingan!!" Victor melangkah maju, siap memukul lagi.

​Namun, Kanaya lebih dulu bereaksi. Ia meletakkan kotak P3K dan memijit pelipisnya, ekspresinya benar-benar kesal, seperti seorang ibu yang berhadapan dengan dua anak nakal.

​"Kalian ini masih mau aku tampar,ya?!!Artama! Victor! Duduk!" teriak Kanaya, suaranya bernada ancaman yang nyata.

"CUKUP! Apakah kalian ingin berkelahi lagi dan menghancurkan seluruh penthouse ini? Aku sudah lelah dengan drama posesif kalian! Kalian berdua sama-sama menyebalkan!".

​Artama, meskipun puas dengan reaksi Victor, kembali duduk dengan patuh di bawah tatapan Kanaya yang menuntut. Victor, yang sudah siap untuk menyerang, membeku di tempat, terkejut oleh kemarahan Kanaya yang tiba-tiba dan seperti orang tua.

​"Sofia,tolong!" panggil Kanaya, suaranya kembali datar dan lelah. "Ambilkan aku sekotak es krim yang besar. Cepat. Dan bawa tiga sendok."

​Sofia pun mengangguk dan bergegas ke dapur.

​Setelah es krim datang, Kanaya membukanya dengan semangat, seolah baru saja menemukan solusi ajaib untuk perdamaian dunia. Ia mengambil sendok dan hendak mulai membagikannya.

​"Ayo, ini untuk menghilangkan amarah dan mendinginkan kepala kalian," kata Kanaya dengan nada yang kini terdengar seperti paksaan yang lembut.

​"AKU TIDAK SUKA ES KRIM!!," jawab Artama dan Victor serempak.

​"Ambil sendok kalian," perintah Kanaya, memberikan satu sendok kepada Victor dan satu lagi kepada Artama.

​Artama, meskipun mengambil sendok itu, tampak ragu.

"Kanaya, kau tidak boleh makan es krim. Kau baru sembuh. Nanti kau demam lagi."

​Kanaya mengabaikan peringatan itu. Ia menciduk sedikit es krim dan langsung menyuapkan ke mulut Artama.

​"Buka mulut," titahnya. Artama, yang terkejut karena disuapi dengan es krim, hanya bisa menuruti. Rasa manis dan dingin itu seketika menetralkan ketegangan di mulutnya.

​"Nah, enak kan?" Kanaya tersenyum puas layaknya gadis kesil yang kegirangan.

​Victor, yang melihat interaksi itu, tidak mau kalah. Ia menyeringai ke arah Kanaya, mengabaikan tatapan membunuh Artama.

​"Es krimnya mungkin biasa saja, Kanaya," ujar Victor santai,

"tapi aku yakin rasanya akan sepuluh kali lebih enak jika dari sendokmu."

Seketika api cemburu Artama kembali meluap.Ia meletakkan sendoknya dengan keras di meja dan mendesis ke arah Victor.

​"Kau keterlaluan, Victor! Dia istriku dan—"

​"HENTIKAN!!". Kanaya menepis tangan Artama yang hendak meraih Victor.

"Dengarkan aku! Kalian berdua sama-sama menjengkelkan! Ini es krim. Bukan medan perang! Aku suapi kalian, bukan berarti aku memilih salah satu!".

​Kanaya menoleh ke Victor dan menyuapinya.

"Makan! Jangan banyak bicara!"

​Kemudian ia menyuapi Artama lagi, kali ini dengan paksaan yang lebih besar.

"Dan kau! Jangan cemburu tidak jelas! Kita harus menghabiskan ini bertiga. Jika sisa, berarti kalian masih bermusuhan!".

​Kanaya terus mengomel tentang kekonyolan perkelahian mereka, betapa mahalnya penthouse ini, dan betapa membuang-buang waktu mengurus luka dua pria dewasa. Ocehannya yang polos dan menggemaskan, dikombinasikan dengan kepeduliannya saat menyuapi, membuat ketegangan itu benar-benar menguap.

"Astaga..Hidupku berat banget!!Baru aja sembuh sekarang harus obatin dua orang dewasa sekaligus!!".Oceh Kanaya sambil menyendok eskrim dan memandang kedua pria tampan itu.

​Artama dan Victor, yang tadinya saling melempar tatapan benci, kini justru saling pandang dengan ekspresi geli yang sama. Mereka melihat Kanaya, dengan pipi yang sedikit menggembung karena omelan, sedang berusaha keras menjadi 'ibu' bagi mereka.

​Secara bersamaan, didorong oleh perasaan gemas yang tak tertahankan,Kedua pria itu pun menjulurkan tangan dan mencubit pipi Kanaya dengan gemas.

​"Dasar pengomel kecil," ujar Artama, suaranya melembut setelah rasa es krim dan omelan.

​"Menggemaskan sekali," timpal Victor, tersenyum lebar.

​Kanaya, yang pipinya dicubit oleh dua pria dewasa yang baru saja saling memukul, terkejut.

​"Aduh! Sakit tau!!" rengek Kanaya, tetapi ia tidak benar-benar marah. "Kalian... kalian ini!"

​Di dapur, Sofia bersandar di ambang pintu, menyaksikan pemandangan yang aneh namun menghibur itu: Artama yang sombong dan Victor yang keras kepala, keduanya babak belur, sedang berbagi es krim di bawah pengawasan ketat seorang gadis lugu yang pipinya baru saja mereka cubit. Sofia hanya bisa tertawa tanpa suara sambil menggelengkan kepala.

​Perlahan-lahan, es krim itu mulai berkurang, menandai gencatan senjata aneh yang baru saja dipaksakan oleh Kanaya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!