NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3 : Gadis Di Blind Beggar

Sebagian besar usaha di Whitechaple,

Motel Blind Beggar dulunya salah satu bangunan mewah di kota ini. Bangunan itu lebih besar daripada bangunan-bangunan lain dan terlihat lebih megah dengan tangga yang lebar dan jendela-jendela ganda. Namun, kemewahan yang dulu dimiliki tempat itu sudah lama hilang. Tempat itu sudah membutuhkan lapisan cat baru sejak dua puluh tahun yang lalu. Kini, penampilan depan bangunan itu kusam dan kotor. Di jendelanya terpasang plang neon yang menandakan kedai bir. Blind XXXX Gold.

Di dalam, lagu-lagu Bruce Springsteen diputar tanpa henti. Baunya tajam. Bau apak dan bir basi. Penerangannya redup, mungkin itu semacam usaha untuk menyembunyikan kebobrokan yang ada. Walaupun begitu, kegelapan sepekat apa pun tidak mampu menyembunyikan kenyataan bahwa segalanya terasa agak lengket. Ini jenis tempat yang memiliki beberapa kamar motel di bagian belakang, tetapi tidak seorang pun sudi bermalam di sana kecuali mereka mabuk berat.

Separuh bar ditempati para pekerja dan polisi yang duduk di kursi kayu berwarna gelap dan sibuk menenggak habis gaji mereka. Tempat ini populer di kalangan penegak hukum. Kantor polisi di sebelah melayani Whitechaple dan kota-kota lain yang lebih kecil di wilayah ini, tetapi para polisi tidak suka minum-minum di tempat yang jauh dari kantor polisi. Mengingat apa yang kadang-kadang harus mereka saksikan, berjalan sepuluh langkah pasti sudah terasa seperti perjalanan yang terlalu jauh hanya untuk minum bir. Kedai minum lain yang agak jauh dari sana adalah tempat yang harus di kunjungi apabila seseorang ingin menyatakan dengan jelas bahwa dia tidak suka bergaul dengan polisi. Walaupun begitu, siapa pun yang masih minum-minum di tempat umum dan bukannya mendekam di rumah bersama sebungkus narkoba dan pipa kaca dianggap sebagai aset, tidak peduli di mana mereka memilih untuk minum-minum.

Di bawah foto hitam putih pudar yang menampilkan keluarga Addam's, penghuni pertama rumah ini, terdapat bar berbentuk huruf L di mana Freya mengobrol dengan Zhou Shiyu yang memiliki keturunan darah Tiongkok asli, entah apa yang membuat gadis cantik itu terdampar di kota kecil seperti Whitechaple. Mereka sudah bekerja di kedai ini bersama-sama selama bertahun-tahun dan sudah menghabiskan ratusan jam melakukan apa yang mereka lakukan sekarang, bersandar di bar, menyesap Coke, dan mengoceh tidak keruan.

Freya bukan satu-satunya orang yang berpikir Zhou Shiyu mirip putri raja. Siapapun yang melihatnya akan berpikir, gadis ini adalah reinkarnasi dari Zhou Feiyan, permaisuri kaisar Cheng dari dinasti Han. Walaupun dengan tato yang menghiasi lengan atasnya, baik Freya ataupun Zhou Shiyu terlihat polos dan sempurna seperti bintang film. Sesapan pertama dari cairan kuning dingin yang dituangkan oleh Freya sendiri adalah pengalaman yang paling menggembirakan bagi semua pelanggan tempat ini. Ditengah keramaian kedai itu, lonceng yang berada di atas pintu masuk berbunyi. Pelanggan lainnya datang.

"Ada kemajuan, pak kepala?" Frank menolah pada Bob, sersan yang Tahun lalu di lantik dan langsung menjadi bawahannya.

"Belum," ucap Frank. Ia mengajak Wang yi, untuk duduk di salah satu kursi.

"Tempat yang menarik." Wang yi mengamati sekeliling bar.

Freya melirik sekilas dari balik bar, melihat sosok pria Asia berjas rapi yang baru saja duduk bersama Frank. Ia mengingat pria itu sebagai orang yang dia lihat keluar dari mobil Jeep, di depan bangunan pengadilan tadi pagi. Tampangnya terlalu bersih untuk ukuran pengunjung Blind Beggar—seperti seseorang yang biasanya minum di lounge hotel berbintang, bukan di tempat berbau bir basi ini.

"Dia terlihat sexy," bisik Zhou Shiyu sambil memiringkan kepalanya. "Lihat sepatunya? Gucci asli. Tidak ada yang pakai itu di Whitechaple kecuali mau dipalak."

Freya pura-pura sibuk membersihkan gelas, tapi matanya mengawasi. Pria itu—yang Frank panggil Wang Yi—duduk dengan punggung tegak, memandang sekeliling dengan tatapan yang terlalu hati-hati.

"Kau bisa membayangkan, jika seandainya dia menjepitmu dengan selangkangannya, hangat dan bergairah." Ucap Zhou Shiyu yang masih tidak berhenti memandangi Wang yi dari balik bar.

Frank menepuk bahunya sambil berkata, "Kalau mau tahu kebenaran tentang kota ini, kau tidak akan dapat dari kantor walikota. Duduk di sini, dengar, dan lihat siapa yang masuk. Kau akan paham."

Wang Yi tersenyum tipis, seolah mengerti maksudnya. Tapi Freya menangkap sesuatu di balik senyum itu—sebuah ketegangan yang tidak cocok dengan suasana santai di bar.

Lalu, pintu berderit lagi. Angin dingin masuk bersamaan dengan seorang pria jangkung berjaket kulit, wajahnya sebagian tertutup oleh topi beanie hitam. Ia tidak langsung menuju bar, tapi berhenti sebentar di dekat pintu, menatap seisi ruangan. Pandangannya hanya sebentar ke arah Freya… namun cukup lama untuk membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Zhou Shiyu memicingkan mata. "Kenal?" tanyanya pelan.

Freya menggeleng, tapi tangannya yang memegang lap mengencang. "Nggak tahu. Tapi rasanya… pernah lihat dia di suatu tempat."

Pria itu lalu berjalan ke sudut gelap ruangan, duduk sendirian. Frank dan Bob saling melirik, sementara Wang Yi tampak semakin waspada.

Zhou Shiyu menyajikan bir dengan buih setinggi lima belas sentimeter di meja Wang Yi. Ia sempat memberikan kedipan mata pada pria itu. Wang yi tersenyum miring, menerima bir itu, memberikan tip untuk Zhou Shiyu, dan mencoba menenggak minuman itu.

Di sekelilingnya, rekan rekan polisi lain membahas teori-teori mereka menyangkut kasus terbaru, yang sudah menggantikan kasus pembakaran gedung pengadilan ataupun pencurian sang lupin dalam benak mereka. Berbeda dengan Frank Ada pembakar brengsek yang menimbulkan kehebohan selama setahun terakhir. "Awalnya hanya kebakaran-kebakaran kecil, seperti semak-semak atau kotak surat yang terbakar." Ujar Frank mulai menjelaskan situasinya. "Para polisi cenderung berpikir bahwa itu hasil karya remaja-remaja yang bosan, walaupun kemungkinannya kecil. SMA setempat sudah ditutup tahun ini karena jumlah pendaftaran yang sedikit, jumlahnya bahkan tidak mencapai seperempat dari jumlah pendaftaran sebelumnya. Sebagian besar anak remaja bekerja di peternakan ayam atau sudah terlibat sepenuhnya dengan narkoba. Anak-anak remaja yang mengonsumsi narkoba masih melakukan kejahatan-kejahatan, sebagian besarnya penyerangan dan perampokan, tetapi sepertinya tidak ada seorang pun dari mereka yang memiliki kesabaran untuk menyulut api hanya karena mereka suka melihat sesuatu terbakar."

Wang yi mendengarkan, sesekali meminum bir-nya sampai habis, atau sedikit membolehkan pandangannya pada Zhou Shiyu yang berada di balik bar. Gadis itu juga sepertinya menyadarinya.

"Lalu, bulan lalu, segalanya tiba-tiba saja memburuk. Orang gila itu terlalu senang bermain-main dengan pemantiknya sampa ia membakar separuh blok di Union Street." Ucap Frank.

Wang yi sudah pernah menyaksikan banyak kejadian buruk. Dan hanya satu yang membuatnya kesal sampai mati, Sang lupin yang saat ini menjadi buronannya. Matanya melirik pada Freya yang menghampiri pria di sudut ruangan, menyajikan bir. Tidak ada yang mencurigakan soal itu.

"Menurutmu pelakunya akan muncul lagi malam ini?" Tanya Wang yi.

"Sulit di tebak. Ditambah dengan sang lupin. Aku pikir pelakunya ada dua orang." Balas Frank.

"Kau tau," Ucap Wang yi. "Bisa saja sekarang pelakunya ada di sini. Si pembakar," mata Wang yi menyisir dari sudut bar ke sudut yang lain. "Dan, sang lupin." Kini matanya tertuju pada pada gadis di balik bar.

"Setidaknya kita tau, kalau sang lupin adalah seorang gadis." Timpal Frank. Dia meminum bir-nya sampai habis, kemudian meminta pada Zhou Shiyu untuk mengisinya lagi.

Freya menuang bir ke dalam gelas-gelas, lalu kembali membolak, balikkan koran. Ia berbicara dengan lirih kepada Zhou Shiyu. Mereka berdua bersikap seolah-olah mereka sedang bersantai di rumah dan bukannya sedang bekerja, Zhou Shiyu mengangkat tangan mengusap rambutnya. Gerakannya sangat sederhana, sangat santai, tetapi gerakan itu membuat tenggorokan Wang yi sedikit tersekat. Demi Tuhan, ia tidak pernah merasakan sensasi yang begitu bergairah sebelum ini.

Zhou Shiyu menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Kedai minum itu cukup sepi sehingga ia bisa mendengar apa yang dikatakan Freya.

"Karena Saturnus berdekatan dengan Aquarius, tidak ada yang mustahil." Freya membaca. "Sesuatu yang tak terduga akan mengejutkanmu hari ini." Ia mendengus tertawa. "Berhati-hatilah, gadis-gadis lajang."

"Tidak ada tulisan seperti itu," Wang Yi mendengar Zhou Shiyu berkata. Lalu suara mereka tak terdengar lagi.

Wang Yi mendongak dan melihat mereka sedang menatap ke arah mejanya. Ia dengan cepat menenggak sisa minumannya dan berjalan ke arah mereka.

"Ladies, boleh aku tanya sesuatu?"

Freya dan Zhou Shiyu saling bertukar pandang cepat. Nada suara Wang Yi tenang, tapi ada sesuatu di balik tatapan matanya—campuran rasa ingin tahu dan kewaspadaan—yang membuat Freya sedikit mengerutkan kening.

"Tergantung pertanyaannya," jawab Freya sambil meletakkan lap di atas meja bar. "Kalau ini soal pesanan minum, kau bicara dengan bartender yang tepat. Kalau ini soal gosip, kau bicara dengan orang yang… mungkin akan bohong."

Zhou Shiyu terkikik pelan, pura-pura menyesap Coke-nya. Wang Yi menarik kursi itu tanpa melepaskan pandangannya dari mereka. "Aku hanya penasaran…," ia berhenti sejenak, memastikan tak ada yang terlalu dekat untuk mendengar. "...kalian berdua bekerja di sini sudah berapa lama?"

"Sangat Lama," jawab Freya singkat. "Kenapa?"

"Karena kalau seseorang ingin tahu apa yang benar-benar terjadi di Whitechaple, dia tidak akan bertanya pada polisi. Dia tanya bartender," ucap Wang Yi, nadanya setengah serius, setengah menguji.

Zhou Shiyu tersenyum, tapi matanya menyipit. "Dan kalau ada orang asing memakai jas rapi masuk ke sini dan mulai mengajukan pertanyaan aneh, biasanya kami akan berpikir dia adalah polisi—atau orang yang lebih berbahaya dari polisi."

Senyum Wang Yi melebar sedikit, tapi bukan senyum yang sepenuhnya ramah. "Aku hanya butuh informasi. Seorang gadis, bersuara lembut, tapi memiliki hati sedingin es."

"Banyak gadis berhati es di kota ini. Kau tidak akan menemukannya hanya dari melihat wajah cantik atau tubuh Sexy mereka." Ucap Zhou Shiyu.

Wang Yi menatap Freya dan melihat gadis itu menggeleng-geleng kecil, membuat sepercik ale tumpah ke pergelangan tangannya. Ia mengusapkan tangan ke bagian bokong celananya dan menyerahkan bir itu kepada Wang Yi.

"Semacam itulah," kata Freya. Wang Yi hendak bertanya lebih jauh, mendesaknya seperti ia mendesak tersangka di ruang interogasi, tetapi Zhou Shiyu menyela.

"Coba kita lihat." Zhou Shiyu memungut gelas kosong Wang Yi dari bar dan menatap buih di dalamnya dengan mata disipitkan.

"Apakah ada ramalan tentang kehidupan cintaku di dalam sana?" tanya Wang Yi, sambil kembali menatap Zhou Shiyu.

"Well," kata Zhou Shiyu sambil memutar-mutar gelas, "aku melihat banyak kemungkinan di sini. Aku melihat tidak ada yang mustahil. Akan terjadi sesuatu yang tak terduga. Sesuatu yang akan membuatmu terkejut."

Mereka berpandangan. Wang Yi tidak tahu apakah dirinya di-jadikan bahan lelucon. Itu tidak penting. Ia menyambar kesempatan itu. "Sejujurnya, gadis sepertimu terlalu indah untuk berada di tempat ini."

"Aku setuju, jadi—apakah kau berniat untuk membawaku pergi?" Tanya Zhou Shiyu.

"Tergantung situasinya..."

Zhou Shiyu tertawa kecil, "Aku menantikan seorang pangeran yang datang menjemputku dengan kuda putihnya."

"Aku memiliki yang hitam." Balas Wang Yi. Ia kembali ke mejanya.

Dibelakangnya, ia mendengar Zhou Shiyu berkata, "Kau tahu, menurutku dia sangat sexy."

Bahu Wang Yi menegang. Ia menyesap bir. Membayangkan sesuatu untuk pertama kali dalam hidupnya.

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!