Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa. 
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora. 
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ? 
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Istriku .
Aldric terbangun dengan kepala yang begitu berat. Rasanya ia ingin tetap memejamkan matanya. Tapi sinar matahari dari celah gorden begitu mengganggu nya. Jadi mau tidak mau ia harus membuka matanya.
Begitu membuka matanya, pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah botol wine yang berserakan diatas lantai bercampur dengan pakaiannya dan pakaian milik Almire.
Tubuhnya sendiri tidak tertutup sehelai benangpun, sedangkan Almire masih memakai kemejanya sebagai penutup tubuh bagian atasnya.
"Sial, kenapa aku bisa tidak sadar". Rutuk Aldric pada dirinya sendiri.
Ia begitu ingin menghindari Almire, namun sekarang malah terbangun dalam keadaan seperti ini. Tentulah ia mengerti apa yang sudah terjadi pada keduanya meskipun Aldric tidak terlalu bisa mengingat.
Ini semua karena kata-kata Damian yang membakar hatinya. Damian mengatakan akan merebut Naora dari genggaman Aldric.
'Kau pria yang pengecut. Naora tidak pantas bersama denganmu. Aku pastikan dia tetap berada disisiku. Dan kau tidak akan bisa menggapainya lagi'.
Ucapan itu terus terngiang di kepala Aldric. Membuat Aldric semakin frustasi.
Ia bangkit meninggalkan Almire yang masih belum membuka matanya dan berjalan tertatih kearah kamar mandi.
Di bawah guyuran shower, ia membentur-benturkan kepalanya berharap ancaman Damian yang ingin merebut Naora enyah dari pikirannya.
'Kenapa disaat aku ingin memberi kesempatan pada hubungan kita, kita malah berjauhan Naora. Aku mengaku salah melemparkan mu pada Damian. Tapi aku yakin jika hatimu tetap tertuju padaku. Tunggu aku Naora, aku akan mengeluarkan mu dari penjara Damian sialan itu'. Kata Aldric dalam hati.
Sesal tiada terkira sudah ia rasakan. Menanggung rindu yang begitu besarnya yang tidak pernah ia rasakan sepanjang hidupnya.
Ia sering berandai-andai jika ia tulus mencintai Naora pasti mereka berdua akan bahagia. Dan melupakan dendam atas kematian Glenn.
Aldric juga mulai menyadari, tidak seharusnya ia limpahkan rasa sakit hatinya pada Naora. Naora gadis baik yang tidak tau apa-apa. Tapi dendam begitu membutakan nya. Ia ingin seseorang yang memiliki darah yang sama dengan Naomi juga merasakan kesakitan seperti dirinya.
..
"Apa aku tidak salah dengar, Tuan ?" Tanya Lukas mengernyitkan keningnya meskipun bibirnya mengukir senyum yang begitu lebar.
"Aku tidak bicara dua kali". Kata Damian menutup wajahnya dengan sebuah map.
"Padahal tanpa kau suruh pun hari ini aku memang berencana akan mengurus perceraian Aldric dan Naora. Tapi tidak ku sangka perintah itu datang darimu di pagi yang mendung ini". Kata Lukas tidak ada takut-takut nya.
Damian tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia sibuk membaca berkas yang diberikan oleh Lukas.
"Siapkan mobil untuk ku. Aku ingin menemui Kak Angel". Perintah Damian.
"Tuan, bukankah dua hari yang lalu kita baru saja mengunjungi nya. Tidak biasanya kau ingin mengunjungi Nona Angel sebulan dua kali". Tanya Lukas heran.
"Tidak usah mengaturku. Kerjakan saja tugas mu". Kata Damian menatap tajam pada Lukas.
Lukas hanya tertawa kecil. "Apa aku perlu ikut ?"
"Apa kau tidak punya telinga ? Kerjakan tugasmu dan jangan mengurusi ku. Aku ingin pergi sendiri".
"Apa terjadi sesuatu, Tuan ?" Tanya Lukas cemas. Tidak biasanya Damian bepergian sendiri.
"Tidak ada. Siapkan saja banyak vitamin untuk wanita. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki". Perintah Damian lagi.
Ia merasa Kakak nya sedang tidak sehat. Kemarin Damian melihat Angel dengan wajahnya yang sedikit pucat dan tubuhnya yang kurus.
Damian tidak ingin bertanya apapun pada Angel. Karena setiap pertanyaan Damian akan selalu dijawab sama oleh Angel. 'Aku baik-baik saja'.
Damian mengira mungkin Angel terlalu lelah melayani banyak orang yang pergi beribadah. Apalagi Angel juga ikut merawat orang tua di griya lansia yang juga dikelola oleh gereja tersebut.
"Aku merasa Kak Angel sedang tidak sehat. Dia nampak kurus dari terakhir kali kita mengunjunginya". Kata Damian pelan. Matanya menerawang jauh.
"Mungkin Nona sedang lelah. Bukankah ia senang membantu banyak orang. Dan melupakan dirinya sendiri". Kata Lukas.
Damian mengangguk. Membenarkan apa yang Lukas katakan. Kakak benar-benar memikirkan sekelilingnya.
Andaikan bisa mungkin seluruh pekerjaan membantu orang di dunia ini ingin dilakukannya sendiri. Karena memang kepeduliannya begitu besar.
Lukas pergi dari hadapan Damian meninggalkan Damian yang sibuk membaca laporan tentang keluar masuk senjatanya.
Damian mengangkat kepalanya saat merasa ada langkah kaki pelan mendekati nya. Benar saja, Naora berjalan perlahan mengenakan sandal bulunya yang tidak menimbulkan suara.
"Ada apa ?" Tanya Damian bahkan sebelum Naora sampai di depannya.
Naora menatap Damian lekat. Ia meneruskan langkahnya dengan dengan pelan seperti sebelumnya.
"Kalau berjalan lihat di depanmu. Jangan menatap sesuatu yang jauh". Teriak Damian saat Naora sama sekali tidak memperhatikan langkahnya. Bagaimana jika ada benda di depannya namun Naora tidak memperhatikannya. Pikir Damian.
"Ada apa ?" Tanya Damian lagi saat Naora sudah berdiri tepat di depannya.
'Apa kau merindukanku ?'. Lanjut Damian dalam hati. Suaranya tidak sampai keluar sebab tertahan oleh perasaan gengsi setinggi gunung.
"Tuan, aku ingin meminta tolong". Kata Naora tanpa basa-basi.
"Duduklah". Perintah Damian. Naora segera mendudukkan dirinya di depan Damian.
"Apa yang kau butuhkan ?" Tanya Damian dengan suaranya yang seperti biasanya. Dingin dan tatapan mata yang tajam.
"Bisakah kau mencari tau siapa Naomi yang dimaksud oleh Aldric ? Aldric bilang dia adalah saudaraku. Tapi sungguh aku tidak tau siapa dia bahkan namanya pun asing bagiku". Kata Naora menjelaskan keinginannya.
Damian tidak langsung menjawab. Ia meletakkan map yang dipegangnya kemudian menatap Naora lekat.
"Ceritakan dengan lengkap". Kata Damian. Inilah kesempatan bagi Damian untuk mendengarkan suara Naora yang begitu memanjakan pendengarnya.
Naora mengangguk. Ia mulai menceritakan tentang Naomi yang di duga sebagai penyebab ia mendapat siksaan dari Aldric.
Tidak disangka cerita Naora membuat kepala Damian hampir meledak menahan amarah yang begitu besarnya.
'Aldric bodoh. Menjadikan wanita sebaik Naora sebagai pelampiasan dendamnya'.
Damian berusaha meredam emosi yang diam-diam menelusup ke dalam hatinya. Ia menarik nafas dalam untuk menetralkan emosi yang hampir menguasai nya.
"Apa yang akan aku dapatkan jika aku membantumu ?" Tanya Damian sengaja menggoda Naora.
Wajah Naora berubah seketika saat mendengar pertanyaan Damian.
"Memangnya apa yang aku punya untuk membayarmu, Tuan ?" Tanyanya sedikit sebal.
Damian benar-benar menjengkelkan. Sudah tau jika dirinya menumpang disini masih saja dimintai bayaran. Begitu pikir Naora.
"Kau harus menjadi istriku. Maka akan ku kabulkan semua permintaan mu". Kata Damian tegas dengan tatapan mata yang bagai anak panah menembus jantung Naora.
Naora membeku. Masih mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Damian. Berkali-kali Naora berpikir jika apa yang di dengarnya adalah salah.
"Tuan..."
"Aku sedang tidak bertanya atau meminta pendapat. Aku ingin kau menjadi istriku. Titik". Kata Damian meninggalkan Naora sambil membawa berkas-berkasnya.
Naora terdiam dengan kening berkerut. Ia memang terkejut tapi tidak menganggapnya serius.
"Bagaimana bisa menikah, aku kan masih istri Aldric". Ucap Naora geleng-geleng kepala.
...
Damian maksa banget sih. Tapi suka🥰
Ramein dong BESTie....
sakit parah dianya yah