NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat 3

Pewaris Terhebat 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.

Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.

Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?

Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.

SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Ezra seperti orang kesetanan ketika memukuli Edward. Semua amarah dan sakit hatinya dicurahkan pada setiap pukulan dan tendangan.

Di saat yang sama, Edward nyaris tidak memiliki kesempatan untuk menghindari. Ia melindungi wajahnya dari pukulan.

Para pengawal Edward seketika mendekat, tetapi bawahan Xander dengan cepat mencegah.

Edward akhirnya pasrah. Saat melihat Ezra, ia seperti tidak melihat putranya sendiri. Jika ia berada di posisi Ezra, mungkin ia akan gelap mata dan tak segan menghabisi siapa pun yang melukai harga dirinya.

Pukulan Ezra lambat laun mengendur. Pria itu menangis di saat kedua tangannya mulai terasa kebas. Ia duduk dengan tangis yang berubah menjadi raungan. Rasa sakit hatinya nyatanya belum hilang meski sudah menghajar Edward.

Edward memejamkan mata erat-erat. Ia mengakui jika dirinya adalah orang brengsek. Tak terhitung wanita di luaran sana yang sudah ia tiduri dan mungkin di antara beberapa wanita itu sempat, sedang, dan memiliki putra darinya. Akan tetapi, melihat tumbuh kembang Edgard dari bawahan Xander membuatnya berbeda.

Edward tidak mempermasalahkan pukulan Ezra. Ia akan menganggap hal itu sebagai bayaran yang pantas untuknya.

Ezra menyeka tangis yang terus bercucuran, terdiam agak lama. Suasana sangat hening dan hal itu membuatnya semakin muak.

Ezra berdiri, menatap Edward yang masih terbaring di lantai. Ia kemudian tertawa terbahak-bahak.

Edward duduk dengan wajah yang babak belur. "Apa kau sudah puas? Kau bisa membunuhku jika kau ingin."

"Aku bukan orang jahat sepertimu. Aku tidak mengenal putramu, tapi aku yakin dia sangat membutuhkan kehadiranmu. Kematianmu tidak akan mengubah apa pun."

Edward menunduk.

"Aku tidak ingin berbicara denganmu terlalu lama atau berada bersamamu dalam waktu lama. Aku ingin menegaskan sesuatu padamu, Edward Graham."

Ezra menatap tajam ketika Edward mendongak. "Sampai kapan pun Edgard adalah putraku, terlepas ada darahmu yang mengalir di tubuhnya. Kau tidak akan aku izinkan seujung kuku pun untuk bertemu dengannya, terlebih sampai menyentuhnya."

Edward menggertakkan gigi, berusaha berdiri. Ia ingin membantah ucapan itu, tapi kerongkongannya terasa sangat sulit ketika akan berbicara.

"Lupakan Edgard dan jangan pernah sekalipun berharap kau bisa bersamanya. Fokuslah pada keluargamu sebelum mereka pergi darimu!"

Ezra meninggalkan Edward.

"Tolong jaga Edgard untukku."

"Jangan pernah berani memerintahku bajingan sialan!"

Ezra keluar dari ruangan, membanting pintu sekeras mungkin. Ia melewati bawahan Edward dan bawahan Xander yang datang mendekat.

"Urusanku sudah selesai. Aku akan kembali Vistoria sekarang." Ezra terus berjalan, berhenti saat melihat seorang wanita dan seorang anak laki-laki turun dari mobil.

Ezra memasuki mobil, menutup pintu agak kencang. Ia memejamkan mata erat-erat, menyandarkan punggung ke kursi.

"Tuan Ezra, saat tiba di bandara Royaltown, kami akan melakukan pemeriksaan pada Anda. Setelah itu, Anda harus menghadap Tuan Alexander," ujar salah satu pengawal Xander.

"Aku mengerti." Ezra memilih tertidur.

Merly dan Edison memasuki ruangan dengan terburu-buru.

Merly membawa Edison ke kamar, lalu menemui Edward. "Aku melihat seorang pria keluar dari rumah. Siapa dia? Apa mungkin dia... Ezra?"

Edward seketika tercenung, mengembus napas panjang, berbalik menghadap Merly.

"Astaga, apa yang terjadi?" Merly terkejut ketika melihat Edward babak belur. "Apa pria tadi yang melakukannya?"

"Ezra menemuiku dan dia mengatakan kalau dia tidak akan mengizinkanku untuk menemui Edgard sampai kapan pun."

Wajah cemas Merly dengan cepat menghilang.

"Aku akan pergi untuk menenangkan diri. Aku tidak ingin melihat Edison khawatir melihat keadaanku."

Edward melewati Merly tanpa kata, mengabaikan Edison yang berlari ke arahnya. Ia memasuki mobil, meninggalkan rumah dengan terburu-buru.

"Dasar pecundang sialan! Kau tetap pecundang, Edward!"

Ezra tiba di hotel tempat pertemuan dengan Xander, mengucapkan terima kasih pada pria itu karena sudah membantunya.

Ezra tiba di rumah saat malam. Ketika memasuki rumah, ia melihat Ruby tengah tertidur di sofa bersama Edgard.

Ezra tercenung, antara iba dan marah, antara cinta dan benci, antara kasih sayang dan harga diri. Ia mematung di depan pintu selama beberapa waktu sampai akhirnya Ruby terbangun.

Ezra dengan cepat memangku Edgard, membawanya ke kamar. Ia mengunci pintu dan membiarkan Ruby tercenung seorang diri.

Ruby terdiam agak lama, kembali menangis. Susana yang sangat hening membuatnya bisa mendengar isak tangis bahkan degup jantungnya sendiri.

Xander terdiam ketika melihat sebuah gunting kecil di atas meja. Pikiran dan bisikan gila mulai mengganggunya.

Ezra memeluk erat Edgard dengan erat, berusaha melupakan kejadian tadi.

Sementara itu, Lizzy tengah memandang foto Larvino. Sampai saat ini, informasi mengenai ayahnya dan keluarganya masih sangat sedikit.

Berdasarkan keterangan Govin dari mendiang ayahnya, Larvino bergabung ke dalam pasukan Samuel saat berusia remaja. Larvino tampak linglung dan tidak mengingat asal-usul dan keluarganya, kecuali namanya sendiri. Ingatan mengenai keluarganya terkurung bahkan sampai kematiannya. Hal itulah yang membuat pencarian sangat sulit dilakukan.

Lizzy mengembus napas panjang, menyimpan foto Larvino di lemari. "Aku harus fokus pada masa depan Alexis dan calon putraku. Aku menganggap pencarian keluarga ayah selesai sampai di sini. Jika takdir memang mengizinkan, kebenaran akan terungkap."

Lizzy mengintip Alexis yang sudah tertidur di kamarnya. Anak itu belajar dan berlatih sangat serius. Ia dan Xander menjalani masih kecil tanpa orang tua lengkap dan keduanya sudah berjanji untuk selalu ada dalam tumbuh kembang Alexis.

"Apa yang membuatmu terjaga di malam selarut ini?" tanya Xander.

"Aku hanya sedang mengintip Alexis."

"Dia anak yang kuat. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya."

Xander dan Lizzy memasuki kamar. Keduanya berbincang sesaat sebelum akhirnya terlelap.

Sementara itu, di tempat berbeda, Bernard tengah bersama Darren di sebuah ruangan.

"Darren, aku baru mengetahui jika keluarga Hillborn adalah keluarga yang sudah menjaga beberapa benda antik yang dirahasiakan mendiang kakekmu selama ini. Mereka mendapatkan tiga dari lima benda antik dan menjaganya selama berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun," ujar Bernard.

"Benarkah?" Darren sudah lima tahun berada dalam pasukan Xander dan beberapa kali berhubungan dengan anggota keluarga Hillborn yang datang ke kediaman utama. Ia tidak menyadari hal itu sebelumnya.

"Alexander juga tahu mengenai kelima benda antik itu karena masih menjadi bagian dari keluarga Hillborn melalui jalur ibunya. Dia bahkan beberapa kali sempat berkunjung ke tempat pagelaran benda antik."

"Lalu, apa yang akan kita lakukan, Ayah? Apa kita akan tetap merahasiakan hal ini atau memberi tahu Alexander dan keluarga Hillborn?”

"Aku belum memutuskan pilihan. Untuk sekarang, kita akan akan tetap menutup mulut sekaligus menilai situasi yang terjadi di sekitar kita. Aku menduga jika Matthias sudah mulai mencurigai kita sejak dia bertemu dengan kita bertahun-tahun lalu."

"Aku mengerti, Ayah.”

1
Suris
Good.. Lanjut thor... /Good/
Suris
Lanjutkan thor
Ablay Chablak
keren thor....sayangnya cm 2 bab sehari
MELBOURNE: insyaallah kalau ada waktu luang kita kasih bonuss
total 1 replies
Ablay Chablak
cm 1 bab doang thor....
Wulan Sari
ceritanya bener2 cip 👍 trimakasih salam sehat selalu ya Thor semangat 💪❤️🙂🙏
MELBOURNE: kakaknya jugaa sehat sehat jugaa
semangat juga bacanya😘😘
total 1 replies
Suyudana Arta
kau bukan orang jahat. karena berani mengaku kalah.
bahkan ada keluarga yg sudah kalah tapi gak mau mengakui kekalahan.
Suyudana Arta
belum juga perang, sudah kalah😂😂😂
Ashwarya
keren thor... 2 bab ini yg aq tunggu. pengen tau endingnya ketika akhirnya keluarga serravia bertemu😍
MELBOURNE: semangat terus bacanya KK😘😘
total 1 replies
Ablay Chablak
sempurna ini cerita... klw dibuat film kayanya bagus jg...
MELBOURNE: disupport terus ya kk
total 1 replies
cokky
up thor
cokky
seeuu
cokky
seruu
cokky
🔥🔥🔥🔥🔥
Rocky
Luar biasa alur cerita yang terangkai Thorr..
Sungguh di luar prediksi pembaca..
Tetap semangat & sehat selalu Thorr...
MELBOURNE: terimakasih support nya kk
total 1 replies
Akta Fernanda S
👍👍👍
Suyudana Arta
nah kan, sodaraan larvin x larvino.
livy sepupu larson
Ashwarya
keluarga serravia muncul. bagaimana nanti Larsson pas ketemu govin sama Lizzy? nantikan kelanjutannya pemirsa... hahahaaa
MELBOURNE: terimakasih kak
tetap saksikan teruss
total 1 replies
Rocky
awal dari permasalahan muncul dengan pertanyaan Ezra Blair 🤣🤣🤣
Rahmat BK
nah looooo...ruby jelasin
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!