NovelToon NovelToon
Who Am I?

Who Am I?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem
Popularitas:784
Nilai: 5
Nama Author: @Sanaill

Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Sarang Tikus dan Cahaya di Kegelapan

Anya membimbingku menyusuri lorong-lorong sempit dan gang-gang gelap yang berbau apek. Kota ini, dengan segala kemegahannya di permukaan, memiliki perut yang kotor dan tersembunyi. Bangunan-bangunan di sini tampak bobrok, panel-panelnya retak, dan jendela-jendelanya pecah. Ini adalah sisi lain dari kota masa depan yang bercahaya.

"Kita akan ke Distrik Bawah," kata Anya, suaranya pelan. "Tempat di mana orang-orang yang terlupakan hidup. Aman di sini, lebih dari yang kau kira. Para penguasa tidak suka mengotori tangan mereka dengan lumpur."

Aku tidak membalas. Mataku terus mengamati sekitar, mencari setiap detail, setiap potensi ancaman. Di sini, aku tidak bisa mengandalkan kekuatan. Aku harus mengandalkan insting dan kecerdasan.

Kami melewati kerumunan orang-orang yang tampak lelah dan putus asa. Beberapa menatap kami dengan tatapan kosong, yang lain saling berbisik, tetapi tidak ada yang mengganggu. Aku merasa seperti bayangan di antara bayangan.

Akhirnya, Anya berhenti di depan sebuah pintu logam berat yang nyaris tak terlihat di antara tumpukan sampah. Dia mengetuk pola tertentu, tiga ketukan cepat, lalu dua ketukan lambat. Pintu itu berdesis, terbuka sedikit, memperlihatkan lorong gelap di baliknya.

"Masuklah, Ahlana," bisik Anya.

Aku melangkah masuk. Bau asap dan makanan hangat menyambutku. Ruangan itu remang-remang, diterangi oleh lampu-lampu redup yang tergantung di langit-langit. Ada banyak orang di sana, duduk di kursi-kursi reyot, makan, atau berbicara dengan suara pelan. Suasananya hangat, kontras dengan dinginnya lorong luar.

"Ini adalah Sarang Tikus," kata Anya, dengan sedikit senyum. "Bukan nama yang bagus, tapi ini rumah bagi banyak dari kami."

Seorang pria gemuk dengan kumis lebat dan apron kotor mendekati kami. "Anya, kau kembali. Dan kau membawa tamu?"

"Ini Ahlana," kata Anya. "Dia tersesat. Dia butuh bantuan."

Pria gemuk itu menatapku dengan mata lelah, tapi ada kebaikan di dalamnya. "Namaku Borin. Selamat datang di Sarang Tikus, Nak. Lapar? Aku punya sup ikan hari ini."

Perutku langsung berbunyi. Aku mengangguk malu-malu.

Borin tersenyum. "Duduklah. Jangan sungkan."

Anya membimbingku ke sebuah meja kosong. Dia memberiku semangkuk sup hangat yang mengepul. Rasanya sedikit aneh, seperti campuran ikan dan sayuran yang belum pernah kutemui, tapi kehangatan dan rasa gurihnya langsung menyebar ke seluruh tubuhku. Aku makan dengan lahap, merasakan energi kembali ke tubuhku yang rapuh.

Setelah makan, aku merasa sedikit lebih nyaman. Aku melihat-lihat sekeliling. Beberapa orang tampaknya memiliki semacam perangkat elektronik, mirip dengan tablet milik Direktur Aris, tetapi lebih tua dan lebih usang. Mereka menggunakannya untuk membaca atau berkomunikasi. Ini adalah duniaku sekarang.

"Di Sarang Tikus, kita saling membantu," kata Anya, seolah membaca pikiranku. "Ada orang yang bisa memperbaiki barang, ada yang mencari makanan, ada yang berbagi informasi. Kita bertahan hidup bersama."

"Informasi?" tanyaku, merasakan detak jantungku sedikit lebih cepat.

Anya mengangguk. "Ya. Tentang dunia luar, tentang siapa yang mencari siapa, dan apa yang terjadi di atas sana." Dia menunjuk ke langit-langit. "Para 'Elit' itu, mereka tidak bisa menyembunyikan semuanya."

Aku teringat kunci data di sakuku. Ini mungkin tempat yang tepat untukku.

Terminal Rusak dan Sekutu Tak Terduga

Beberapa hari berikutnya, aku menghabiskan waktuku di Sarang Tikus. Aku membantu Borin membersihkan meja dan mencuci piring. Aku belajar nama-nama orang di sana: seorang wanita muda bernama Zara yang ahli dalam memperbaiki peralatan elektronik, seorang pria tua bernama Kael yang dulunya seorang teknisi di kota atas dan tahu banyak tentang sistem mereka.

Aku masih sangat berhati-hati dengan rahasiaku. Aku tidak pernah menyebutkan kekuatanku, atau Proyek Omnia. Aku hanya seorang anak perempuan yang tersesat dan takut.

Suatu sore, aku melihat Zara sedang mencoba memperbaiki sebuah perangkat mirip tablet yang rusak parah. Dia mengerutkan kening, menggerutu pada dirinya sendiri.

"Ada apa, Zara?" tanyaku, memberanikan diri mendekat.

"Terminal ini," gerutunya. "Sistemnya lumpuh total. Aku tidak bisa mendapatkan data apa pun darinya."

Jantungku berdegup kencang. Terminal. Kunci data.

"Mungkin aku bisa membantu?" tanyaku.

Zara mengangkat alis, tampak skeptis. "Kau tahu apa-apa tentang teknologi, Nak?"

"Aku... aku pernah melihatnya," kataku, berusaha menjaga nada bicaraku agar terdengar polos. "Mungkin ada sesuatu di dalamnya yang bisa membantumu."

Aku mengeluarkan kunci data dari saku gaunku. Zara menatapnya dengan mata terbelalak.

"Dari mana kau mendapatkan ini, Nak?" tanyanya, suaranya tajam. "Ini... ini adalah kunci data Level Tiga! Akses terbatas!"

"Aku... aku menemukannya," kataku, berusaha terdengar meyakinkan. "Jatuh dari saku seseorang."

Zara menatapku curiga, tapi rasa penasarannya mengalahkan kecurigaannya. Dia meraih kunci data itu dari tanganku. "Ini... ini mungkin berisi data yang sangat penting. Jika aku bisa mengaktifkan terminal ini, kita mungkin bisa melihat isinya."

Dia mulai bekerja, menghubungkan kunci data ke terminal yang rusak. Cahaya-cahaya kecil berkedip di sekitar port koneksi. Aku menahan napas, berharap Sistem tidak mengirimkan peringatan terlalu keras.

[Sistem Reinkarnasi: Kunci Data Terhubung. Data Enkripsi Tingkat Tinggi. Mencoba Membuka Akses...]

[Peringatan: Risiko Kerusakan Sistem. Hindari Penggunaan Kemampuan.]

Desingan itu lebih kuat kali ini, tapi aku mengabaikannya. Zara memejamkan mata, berkonsentrasi. Beberapa menit berlalu dalam ketegangan. Akhirnya, layar terminal berkedip, menampilkan deretan kode yang rumit.

"Aku berhasil!" seru Zara, terengah-engah. "Terminalnya aktif! Tapi... apa ini?"

Layar mulai menampilkan informasi. Bukan hanya kode, tapi juga gambar-gambar. Diagram struktur genetik. Peta-peta galaksi. Dan yang terpenting, foto-foto. Foto-foto orang-orang.

Aku melihat fotoku. Di bawahnya, tertulis: "Pasien 001 - Status: Melarikan Diri. Prioritas Penangkapan: Sangat Tinggi."

Kemudian, foto-foto lain muncul. Wajah-wajah lain. Remaja, orang dewasa, beberapa bahkan anak-anak. Di bawah setiap foto, ada nomor identifikasi: "Pasien 002," "Pasien 003," dan seterusnya. Banyak dari mereka ditandai dengan status "Terminated" atau "Lost."

Ini adalah daftar korban Proyek Omnia. Ini adalah kebenaran yang mengerikan. Aku bukan satu-satunya. Ada banyak sepertiku. Dan sebagian besar dari mereka, telah mati atau hilang.

Dan di antara data itu, sebuah lokasi berkedip-kedip. Sebuah nama: "Pusat Riset Utama Genesis - Lokasi: Nexus Prime."

Ini adalah pusat operasi mereka. Ini adalah tempat aku harus pergi.

To be continue.......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!