NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:988
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada yang aneh

Aisyah sudah sampai dan bekerja di toko baju milik Bu Murni. Ia sudah akrab dengan Ayu, karyawan toko yang ramah dan supel. Namun, Kiki, seorang pemuda karyawan lainnya, terlihat cuek dan ketus padanya.

saat ini Ayu sedang menjelaskan detail harga dan model baju terbaru kepada Aisyah. Mereka tertawa bersama, membahas model baju yang sedang tren di kalangan anak muda kota jaman sekarang.

"Nah, yang ini lagi hits banget, sya Bahannya adem, cocok banget buat cuaca kota yang panas begini," kata Ayu sambil menunjukkan sebuah kemeja bermotif batik modern. Aisyah mengangguk antusias, tersenyum senang.

Tiba-tiba, Kiki menyela dengan suara ketus, "Aisyah! Kamu anak baru, jangan cuma main-main! Fokus kerja! Jangan sampai pelanggan nunggu lama!"

Aisyah sedikit terkejut, namun ia berusaha tetap tenang. "Maaf, Kak Kiki. Saya akan lebih fokus," jawab Aisyah lembut, sambil tersenyum tipis.

Ayu langsung menatap Kiki dengan tajam. "Kiki! Jangan jutek-jutek amat, dong! Aisyah kan baru masuk, biarlah dia belajar dulu. Lagian, ngajarinnya juga harus dengan cara yang baik, jangan kayak gitu!" Ayu menegur Kiki dengan nada yang tegas namun tetap ramah.

Kiki mendengus, lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, tanpa membalas ucapan Ayu. Ayu kemudian kembali tersenyum pada Aisyah

Ayu menghela napas, lalu kembali tersenyum ramah pada Aisyah. "Jangan dihiraukan, ya, sifat Kiki memang gitu. Cuek dan ketus, tapi sebenarnya dia baik kok, cuma sok cool ngungkapkannya aja. Jangan diambil hati, ya," kata Ayu menenangkan.

Aisyah mengangguk mengerti. "Iya, Kak Ayu. Terima kasih aku gapapa kok. "

Ayu melanjutkan penjelasannya, "Sekarang, aku mau jelasin beberapa hal yang boleh dan nggak boleh dilakukan di sini. Pertama, kita harus selalu ramah dan sopan pada pelanggan, ya. Kedua, kita harus jujur dalam menjelaskan harga dan kualitas barang. Ketiga, jaga kebersihan toko. Selalu rapihkan barang-barang setelah melayani pelanggan. Keempat, jangan sampai ada barang yang hilang atau rusak karena kelalaian kita. Dan yang terakhir, selalu kerjasama yang baik dengan karyawan lain, termasuk Kiki, meskipun dia agak... gimana gitu." Ayu tersenyum kecil, berusaha mengurangi kesan serius dari penjelasannya.

"Baik, Kak Ayu. Aku akan selalu berusaha untuk mengikuti semua aturan yang ada di sini," jawab Aisyah dengan penuh semangat. Ia sangat berterima kasih kepada Ayu yang telah membimbingnya dengan sabar dan ramah. Meskipun ada Kiki yang terlihat ketus, Aisyah yakin ia bisa beradaptasi dan bekerja dengan baik di toko baju ini.

...----------------...

Pukul tujuh malam, toko mulai sepi. Bu Murni memanggil Aisyah. "Aisyah, ayo sini sebentar."

Aisyah menghampiri Bu Murni di dekat kasir. "Iya, Bu?"

"Gaji di sini harian, ya, enam puluh ribu. Bisa diambil mingguan atau bulanan, terserah kamu," jelas Bu Murni.

"Mingguan saja, Bu, cukup," jawab Aisyah.

Setelah menerima gajinya yang pertama, Aisyah keluar toko bersama Ayu dan Kiki. Ayu menanyakan, "Aisyah, kamu pulang naik apa? Alamat kosmu di mana sya?"

"Aku jalan kaki atau naik angkot aja, Kak. Kosanku dekat pasar sana kok," jawab Aisyah.

Ayu tampak iba. "Jauh banget, ya, jalan kaki. Rumahku masuk gang sempit di sebelah toko ini. Jadi Nggak bisa nganterin kamu." Ayu menatap Kiki yang tengah memakai helm. "Ki, kamu kan searah sama Aisyah. Kosan Aisyah di dekat pasar, kamu lewat situ kan? anterin Aisyah lah."

Kiki langsung menolak mentah-mentah. "Aku nggak mau ribet! Aku buru-buru!" Ia pun langsung tancap gas motornya, meninggalkan Aisyah dan Ayu.

*brummmm*

Aisyah tersenyum tipis, menahan rasa sedikit kecewa. "Gak papa, Kak Ayu. Aku bisa pulang sendiri kok," katanya, berusaha bersikap tegar.

bbAyu merangkul bahu Aisyah. "Sabar ya, Sy. Kiki memang gitu orangnya. Jangan diambil hati. Lain kali, kalo kamu butuh nebeng, bilang aku aja, ya. Walaupun rumahku cuma di gang sempit, aku pasti usahain nganterin kamu."

Aisyah mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Makasih banyak, Kak Ayu. Aku pulang dulu, ya." Ia pun berjalan menuju halte, mencoba mengabaikan rasa sedikit kecewa karena kebaikan hati Ayu yang bertolak belakang dengan sikap Kiki yang dingin dan acuh. Ia harus tetap tegar, ia harus bisa melewati semua ini.

Aisyah berjalan kaki menyusuri jalanan yang mulai sepi. Toko-toko sudah tutup, namun jalanan masih ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Ia kembali duduk di halte, berharap ada angkot atau bus yang lewat. Setengah jam berlalu, tak ada satu pun kendaraan umum yang melintas. Kelelahan mulai menyergapnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki menuju kosannya.

*ckitttt*

Langkahnya baru beberapa meter, tiba-tiba sebuah motor berhenti di sampingnya. Kiki. Aisyah terkejut. "Kak Kiki? Kenapa dia di sini?" batinnya bertanya-tanya. Kiki, dengan wajahnya yang masih ketus, mengatakan,

"Naik!"

Aisyah tercengang. Belum sempat ia merespon, tangannya sudah ditarik Kiki untuk menaiki motornya. Aisyah naik dengan sedikit ragu.

Sepanjang perjalanan, suasana hening. Tiba-tiba, Kiki bersuara, "Jangan terlalu dekat sama Ayu."

*Aisyah terkejut. "Apa maksudnya? Kenapa aku nggak boleh dekat sama Kak Ayu? " batinnya bertanya-tanya.*

*"Hah? Kenapa, Kak?" tanyanya bingung.*

Kiki hanya menjawab dingin, "Belum waktunya kamu tahu. Cukup ingat saja, jangan terlalu dekat sama Ayu."

Aisyah mengerutkan kening. Aneh sekali. Ada apa gerangan? Pernyataan Kiki sangat aneh dan tiba-tiba. Namun, ia memutuskan untuk menurut. "Iya, Kak," jawabnya singkat.

" Aku nggak ngerti, tapi aku akan nurut dulu aja. Ada apa sih sebenarnya? " Ia tak mengerti maksud Kiki, namun ia memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Motor Kiki berhenti di depan kos Aisyah. Aisyah hendak mengucapkan terima kasih, namun Kiki langsung tancap gas, meninggalkan Aisyah tanpa sepatah kata pun. Aisyah menghela napas panjang. Aneh sekali, pikirnya. Ia masih merasa bingung dengan sikap dan ucapan Kiki yang tiba-tiba. Jangan terlalu dekat dengan Ayu? Ada apa gerangan?

"Assalamu'alaikum.. "

Begitu membuka pintu kos, ia disambut Caca, sahabatnya. " Wa'alaikumussalam Aisyah! Gimana? Udah dapat kerjaan? Kerjanya apa? Gajinya berapa? Cerita dong, cerita! Aku udah penasaran banget nih" Caca langsung memberondong Aisyah dengan segudang pertanyaan, wajahnya penuh rasa ingin tahu.

Aisyah tersenyum lega, akhirnya sampai di kos. "Alhamdulillah, Ca, aku udah dapat kerjaan. Di toko baju, dekat rumah sakit Gajinya lumayan, harian enam puluh ribu. Bisa diambil mingguan," jawab Aisyah, mulai bercerita.

"Wah, bagus dong! Enak banget, ya, kerja di toko baju. Banyak baju bagus kan sya? !" seru Caca.

"Iya, sih. Tapi... ada yang aneh, Ca," kata Aisyah, lalu menceritakan tentang Ayu dan Kiki. "Ada dua karyawan di sana. Yang satu namanya Ayu, baik banget, ramah, dan ngebantu banget. Dia yang ngajarin aku kerja di sana. Tapi yang satu lagi, namanya Kiki, orang nya ketus banget, jutek. Dia kayak nggak suka sama aku."

Caca mengerutkan kening. "Kok gitu, sih? Ada masalah apa, ya?"

Aisyah menggeleng. "Aku juga nggak tahu. Tadi malem, pas pulang kerja, aku mau jalan kaki, eh tiba-tiba Kiki nganterin aku pake motor. Tapi pas udah nyampe sini, dia langsung pergi aja, nggak pamit."

"Hah? Serius? Kok bisa gitu? Ada apa, ya? Jangan jangan dia lesbong ihhhh takutnyeee" Caca berseloroh, membuat Aisyah tertawa.

"Ah, masa sih? Nggak mungkin, ah kamu ini asbun aja.. Terus, yang lebih aneh lagi, dia nyuruh aku jangan terlalu deket sama Ayu," lanjut Aisyah, menceritakan peringatan aneh Kiki.

Caca terdiam sejenak, berpikir. "Jangan terlalu dekat sama Ayu? Tuh kan mungkin dia cemburu kamu deket sama Ayu. Kamu harus hati-hati, Sya Jangan sampai ada apa-apa gara dia."

Aisyah mengangguk. "Iya Ca. Aku masih bingung banget. Aku harus gimana, ya?"

Caca tersenyum, menepuk pundak Aisyah. "Tenang aja, Sya Kamu cari tahu pelan-pelan aja. Biar kamu tau alasan di kiki itu nyuruh kamu jauhi Ayu." Ia kemudian membantu Aisyah membereskan barang-barangnya, mengusir rasa penasaran dan kekhawatiran Aisyah dengan obrolan ringan dan canda tawa.

...****************...

Alya dan Luna duduk berhadapan di meja makan apartemen mewah mereka. Aroma masakan mahal memenuhi udara, namun suasana di antara mereka dingin. Alya, dengan wajah tegas, menggerutu pelan di antara suapan makan malamnya.

"Kak, aku pengen kuliah," ucap Alya, suaranya datar, tanpa sedikitpun raut senang.

Luna, yang sedang asyik memotong steak-nya, menatap Alya sekilas. "Kuliah? Terus siapa yang bayar? Aku nggak sanggup, Alya. Kebutuhan aku juga banyak. Bayar cicilan apartemen, perawatan tubuh, baju-baju baru... belum lagi biaya liburan," jawab Luna dengan nada datar, tanpa menatap Alya.

Alya meletakkan sendoknya, matanya berkilat tajam. "Terus gimana, Kak? Aku pengen kuliah. Pokoknya Aku harus kuliah!"

"Harus kuliah? Kenapa harus kuliah sih, Alya? Urusan kamu ribet banget sih!." Luna memotong ucapan Alya, suaranya tajam. "Oh ini pasti karna aisyah kan? Aisyah dapat beasiswa di kota, terus kamu iri gitu? Itu masalah kamu!"

Alya mengepalkan tangannya di bawah meja. "Aku nggak iri! Aku nggak mau kalah sama Aisyah kak! Dia dapat beasiswa, bisa kuliah tanpa susah payah. Aku nggak mau kalah! Aku akan kuliah, dan aku akan lebih sukses darinya!"

Luna menghela napas panjang. Ia meletakkan pisau dan garpunya, kemudian menyesap wine-nya. "Terserah kamu, Alya. Tapi ingat, kalau mau kuliah, kamu harus cari uang sendiri. Aku nggak akan bantu." Ia kembali memotong steaknya, tak lagi menghiraukan Alya.

Alya tersenyum sinis. "Tenang aja, Kak. Aku akan cari uang sendiri. Dan aku akan kuliah. Aku akan buktikan padanya, dan padamu, bahwa aku bisa lebih sukses dari Aisyah!" Ia menghabiskan makan malamnya dengan cepat, tatapannya tetap tajam dan penuh tekad.

Setelah makan malam, Luna menyeka mulutnya dengan serbet. "Oh iya, Alya," katanya, suaranya kembali datar. "Om Lukman sudah booking kamu di Hotel XX. Tarifnya tiga juta. Jangan sampai telat."

Alya mengangguk dingin. "Tiga juta itu masih kurang untuk biaya kuliahku, huftt tapi gapapa deh. " gumamnya, tanpa sedikitpun penyesalan. Ia sudah terbiasa dengan pekerjaannya. Uang adalah kunci untuk mencapai tujuannya. Kuliah dan mengalahkan Aisyah adalah prioritasnya. Ia akan melakukan apapun untuk mencapai itu, tanpa ragu dan tanpa penyesalan.

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!