Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Pagi Bersama
Alana datang ke rumah lama yang ada di pegunungan itu dengan kendaraan umum. Dia pun menatap sejenak rumah yang sudah bukan miliknya lagi itu. Tanah warisan yang telah dia jual dengan calon suaminya. Dan terakhir air terjun yang selalu menenangkan saat dirinya putusan asa dan gelisah.
Sebuah panggilan kembali tertera di layar ponselnya , nama Mas Dewa dan profile pria itu terus memanggil.
" Hae..." Dewa terlihat dari layar ponsel Alana.
"Sudah sampai?" tanya Dewa saat melihat atmosfer yang berbeda dari perkotaan. Pria itu memang sering menghubungi Alana. Berbeda dengan Dewa yang dulu, sekarang pria itu lebih jelas mengungkapkan rasa cintanya. Meskipun begitu mereka tahu ada gembok besar yang tidak mungkin mereka robohkan.
" Sudah, Mas. Ini tempat tinggalku selama dua tahun dan itu air terjun yang indah." ucap Alana dengan menunjukkan kameranya pada air terjun yang ada di sebrang jalan depan rumahnya.
" Al, rasanya aku ingin bicara sama mamamu dan membatalkan pernikahanmu dengan pria itu." ucap Dewa. Dia tidak akan ikhlas jika Alana menikah dengan pria lain.
" Persiapan pernikahan sudah 60persen, Mas. Tidak mungkin membatalkannya, apalagi Mama sudah sangat yakin dengan calon suamiku." sambung Alana.
Dalam hatinya pun tidak ingin berontak. Tapi, itu tidak mungkin, dia tidak bisa mengecewakan mamanya apalagi kondisi mamanya yang mengkhawatirkan.
" Aku masuk dulu, Mas."
Mereka pun menutup video call. Alana berusaha mematikan rasa di hatinya. Semakin dia berharap tidak ada pernikahan, maka akan semakin sakit rasanya, karena semua itu tidak mungkin.
Semua sudah yakin dengan pernikahan itu, bahkan Kalandra pun tahu jika tidak ada cinta dalam hubungan mereka.
" Ya sudahlah, itu juga karena dia juga tidak mencintaiku." gumam Alana dengan melangkah masuk. Dia sudah memilih untuk menerima takdirnya, meski hatinya masih milik pria lain.
###
Semalaman Alana hanya tidur beberapa menit. Dia mengemas semua barang yang dianggapnya penting untuk dibawa di rumah baru.
Setelah Salat Subuh, dia kembali tidur dan saat matahari sudah terang, gadis itu mengerjapkan mata.
Dia pun bangkit dari tidurnya. Rumah kecilnya ini pasti akan segera di robohkan, entah menjadi bangunan apa dia tidak pernah tahu.
Sejenak dia menatap kembali bangunan sempit itu. Dan kemudian keluar membuka pintu belakang. Hamparan bunga yang dia tanam nampak berbunga indah.
Hampir satu minggu bunganya tidak di panen dan itu nampak lebih indah dari biasanya. Seperti inilah yang membuat Alana betah tinggal di pegunungan.
Alana melirik jam yang menggantung di dinding rumahnya. Pukul setengah tujuh, suara perutnya sudah nagih untuk diisi.
Alana melangkah mendekati sepedanya yang tergeletak di samping rumah. Tapi gadis itu mengurungkan niatnya. Dia memutuskan untuk jalan pagi saja, mungkin ini terakhir kalinya dia berjalan di daerah ini.
Sudah pukul setengah tujuh, tapi kabut masih menutupi jarak pandang yang jauh. Gadis itu pun merapatkan sweeternya saat kakinya melangkah turun. Dia tahu penjual sarapan yang cukup legend di daerah sini.
Alana benar-benar menikmati suasana pagi ini. Oksigen yang menelusup masuk di rongga dada terasa segar, serta matanya yang terus melihat ke dataran rendah membuat pemandangan yang tak kalah indah.
Tempat itu memang indah, bahkan kekaguman Alana pada tempat itu, membuatnya tidak menyadari jika seseorang terus mengikutinya dari belakang.
Pria itu terus menatap tubuh tinggi semampai dan rambut yang dicepol asal-asalan. Bahkan dari belakang, dia sempat memuji gadis itu dalam hati.
Kalandra mempercepat ayunan langkahnya, mengejar langkah Alana hingga pria itu berhasil merangkul pinggang ramping gadis itu.
" Astaga..." umpat Alana langsung merubah posisi mengelak pelukan lengan di pinggangnya.
" Eh..." Kalandra langsung menarik lengan Alana hingga gadis itu menabrak dada bidangnya.
" Hampir saja, kan!" Kalandra juga tak kalah kaget saat Alana hampir jatuh. Keduanya pun saling merangkul saat sama-sama masih dikuasai rasa kaget.
" Keterlaluan kamu, Mas. Bagaimana jika aku jatuh di tebing itu?" kesal Alana, gadis itu langsung menjauhkan diri dari pelukan Kalandra.
Alana benar-benar merasa kaget,karena tiba-tiba saja ada yang berani memegang pinggangnya. Dia juga tidak tahu jika Kalandra datang ke tempat ini.
" Nggak akan aku biarkan kamu jatuh di tebing,kan?" goda Kalandra yang berhasil menetralkan kepanikannya lebih dulu.
" Mending, kita cari sarapan. Kamu tau penjual sarapan yang legend?" lanjut Kalandra membuat Alana melirik tajam.
" Nanti nggak sehat? Nanti kurang higienis?" celetuk Alana dengan mukanya yang menyebalkan.
Kalandra langsung mengalungkan lengan kokohnya di bahu Alana dan menarik gadis itu untuk kembali menuruni jalan.
Alana yang ingin memberontak tak bisa bisa mengalahkan tenaga pria itu. Pria itu memang punya tenaga ekstra, salah satunya Kalandra yang selalu menjaga pola makan dan berolahraga.
" Apa Mas, menganggap aku gadis gampangan ,yang bisa dibeli?" tanya Alana saat dia membiarkan Kalandra merangkul bahunya.
Mendengar semuanya, Kalandra menghentikan langkahnya dan menahan lengan calon istrinya.
" Kenapa bicara seperti itu? Pernahkan aku mengatakan hal buruk tentang kamu?" tanya Kalandra kali ini nampak serius.
"Nggak, tapi tanpa perasaan apapun aku mau dirangkul-rangkul oleh, Mas Kai. Dan aku pun mau menerima pernikahan itu karena uang." jelas Alana membuat Kalandra tersenyum sini.
Pria itu berkacak pinggang dengan menatap tajam Alana. Alana yang di tatapan seperti itu malah salah tingkah, dia pun langsung memalingkan wajahnya dari tatapan pria itu.
"Kenapa tidak melihat, Ay. Jika kamu gampangan, sudah aku ajak bercinta kamu! Biar bagaimanapun seorang pria akan berbuat jauh jika melihat lawannya merespon. Sedangkan kamu malah mengumpat terus di depanku." jelas Kalandra, dia depan Alana pria itu menjadi sosok yang sering menjelaskan sesuatu.
" Kapan aku mengumpat, Mas?" Alana langsung memandang ke arah Kalandra.
" Mengatakan cabul, mesum, brengsek dan Jin ifrid apa coba jika bukan mengumpat?"
" Ih baperan ternyata..." Bukannya minta maaf Alana malah langsung ngeloyor dan kembali melangkah pergi.
Kalandra yang melihat calon istrinya begitu menyebalkan itu hanya menggeleng. Sumpah, baru kali ini ada orang yang berani memperlakukan dirinya seperti itu.
Dia pun langsung menyusul Alana yang sudah di depannya beberapa langkah, hingga pria itu berhasil mensejajarkan langkah.
"Jika sudah ketahuan mesum sama perempuan lain awas saja! Tanpa bicara dan basa basi lagi aku langsung pengajuan surat cerai." kalimat itu membuat Kalandra malah tersenyum. Senyum yang bagi Alana sulit untuk diartikan.
" Kalau begitu, kamu puaskan aku dulu, biar kenyang jika sudah keluar rumah." balas Kalandra sambil tertawa.
" Ih kalau diajak ngomongin gituan pasti langsung nyambung tanpa wifi." Alana menimpali dengan berusaha mencubit perut Kalandra yang keras dan ternyata tidak mudah mencubit tubuh yang mempunyai otot yang keras.
lnjt kak..