NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali ke Cerita lama

Semua hening, seolah waktu ikut menahan napas, menunggu Alisya kembali.

"Sepertinya Ayah harus pulang. Klien sudah menunggu," ucap Ayah, seperti seseorang yang baru saja menyerahkan segala yang ia tahu pada dunia. Tidak ada tanggapan. Tidak ada suara dari siapa pun. Pak Wiratma melangkah pergi dari rumah tanpa sedikit pun rasa bersalah.

"Kenapa, Bunga? Kenapa harus hari ini?" tanya Rendi, mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia menoleh ke belakang, berharap bayangan Alisya akan muncul dari arah pintu.

" Maaf ,, Maaf aku datang bukan di waktu yang tepat aku juga istri mu mas "

Dan benar. Alisya berdiri di ambang pintu.

Diam. Tak bersuara.

Matanya memerah. Air mata jatuh satu per satu, tapi tak ada isakan. Tak ada jeritan. Luka yang begitu dalam telah melumpuhkan segala bentuk perlawanan. Ia hanya berdiri, menatap Rendi dan Bunga dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

Rendi menahan napas. Langkahnya berat mendekat. Tapi Alisya mundur setengah langkah kecil, namun penuh arti.

"Aku cuma ingin hidup tenang, Mas …" ucap Alisya pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Kenapa kamu tega hancurkan semua yang sudah kubangun dengan seluruh jiwa?"

Rendi ingin bicara, ingin menjelaskan, tapi tak ada kata yang terasa cukup. Hanya diam yang tertinggal, dan istri yang perlahan-lahan mulai patah di hadapannya.

Sementara itu, Bunga masih tersimpuh di lantai. Tak berani menatap siapa pun. Tak ada pemenang di ruangan itu. Hanya ada kehilangan yang sunyinya lebih keras dari jerit tangis.

"Ya Allah…" Suara berat Alisya pecah dalam isak. Tangan gemetar itu menghantam dadanya sendiri, seolah ingin menggugurkan luka yang tak mampu ia pahami. Tubuhnya membungkuk, air mata jatuh tanpa bisa dicegah.

"Bagaimana semua ini dimulai? Bagaimana bisa, Mas? Mas dan Bunga? Sejak kapan? Bantu aku… bantu aku menyusun kisah kalian , Agar aku bisa menerima, agar aku mampu berdamai dengan kenyataan ini…" Tangisnya meledak, jiwa yang rapuh tak lagi punya daya untuk menyalahkan siapa pun. Ia hanya ingin tahu. Ia hanya ingin jujur.

Rendi bersimpuh, menunduk di pangkuan Alisya. Tangannya menggenggam tangan istrinya—yang dulu ia janjikan kebahagiaan. Dengan suara lirih, ia mencoba menjahit awal dari semuanya.

...****************...

Empat bulan yang lalu...

Malam itu, sebuah telepon dari Pak Wiratma memanggil Rendi ke Bandung. Seorang teman lama sedang sakit, begitu katanya. Tapi saat Rendi tiba di rumah sakit, yang ia lihat bukan hanya Pak Hendra—ayah Bunga—terbaring lemah,

melainkan juga sang ayah, Pak Wiratma, dan istri barunya.

Rendi berdiri kaku. Sesuatu terasa salah sejak awal.

“Rendi…” suara Pak Hendra nyaris tak terdengar, dibantu alat oksigen yang menutupi mulutnya. “Om tidak tahu, sampai kapan Om bisa bertahan. Om hanya takut… Bunga sendirian di dunia ini…”

Pak Wiratma menepuk pundak Rendi, sorot matanya penuh isyarat. Isyarat yang membuat Rendi tercekat.

“Tidak… Ayah… Tidak mungkin…” bisik Rendi.

“Tidak Alisya… Bagaimana dengan Alisya…?”

Ia mundur selangkah, berusaha menjauh dari kenyataan,

tapi langkahnya tertahan oleh seorang wanita—sekretaris pribadi Pak Hendra—yang menyerahkan surat resmi. Sebuah dokumen kontrak.

Di sana tertulis tegas: Saham PT Griya Mandiri Konstruksi sebesar 30% milik Pak Hendra, dan jika Rendi atau Pak Wiratma menolak memenuhi permintaan ini… saham akan dicabut.

Mata Rendi melebar. Surat itu nyaris terjatuh dari tangannya. Ia bergegas keluar lorong, napasnya tersengal.

Pak Wiratma menyusul di belakangnya.

Pak Hendra, yang masih terbaring, tersenyum samar di balik masker oksigennya.

“Ini yang aku takutkan…” desah Rendi, menatap langit malam dari balik kaca jendela rumah sakit.

“Ini yang aku hindari sejak awal… Ini alasan aku tak mau langsung jadi direktur, Ayah! Ini kenapa aku memilih merintis dari bawah!”

Suara Rendi meninggi, menggema di lorong yang sepi.

Pak Wiratma hanya menghela napas. “Hanya sampai Pak Hendra sembuh, Ren…”

“Tapi Alisya, Yah… Alisya… Dia perempuan yang selalu ku jaga, ku jaga hatinya, mimpinya, keyakinannya…!”

Matanya berair. “Ayah sudah menduakan Ibu. Haruskah Alisya juga mengalami luka yang sama?”

Pak Wiratma menatapnya lama, lalu berkata dengan nada tegas,

“Jangan sampai Alisya tahu. Jangan sampai perusahaan hancur karena idealismemu.”

Rendi memejamkan mata. Ia melihat siluet gedung-gedung tinggi di kejauhan, di sana—di Jakarta—Alisya sedang menunggu kabar suaminya.

Ia menggenggam keras kerah bajunya. Hatinya penuh sesak.

Pak Wiratma berdiri, meninggalkan pesan terakhir.

“Satu lagi. Ini bukan hanya tentang akad. Jalani semuanya layaknya suami istri. Sekali lagi, jangan pikirkan Alisya. Jangan sampai dia tahu…”

Langkah ayahnya menghilang di ujung lorong.

Rendi terduduk, nafasnya berat.

“Bangsat…” desisnya, menepis rambut yang membasahi keningnya, melepaskan satu per satu kancing bajunya yang terasa mencekik.

Tok. Tok. Tok.

Langkah sepatu seorang perempuan mendekat.

Bunga muncul, wajahnya penuh kegelisahan.

“Pak… Maaf… Karena saya… Bapak jadi harus melewati semua ini…” Ia menunduk, menyodorkan surat yang tadi sempat hendak dibuang Rendi. Di dalamnya tertulis jelas: Pernikahan resmi antara Rendi dan Bunga.

Bunga menatap kosong. “Pak… mmm… saya…”

Rendi menatap mata itu, mata yang tak meminta cinta, hanya minta diterima dalam sebuah kesepakatan yang dibungkus kepasrahan.

“Sampai Ayahku sembuh…” bisik Bunga,

kalimatnya terhenti saat Rendi berbalik dan pergi meninggalkannya sendirian di lorong rumah sakit.

Entah apa maksud dunia pada Rendi.Ia hanya tahu: setiap langkahnya kini menorehkan luka pada satu hati yang paling ia cintai.

Langkah kaki Rendi menjauh Suara sepatunya semakin pelan… dan akhirnya hilang.

Bunga berdiri mematung di sudut lorong yang sepi. Di tangannya, surat yang tadi sempat ia berikan kini hanya selembar kertas dingin—tak lagi punya arti. Matanya menatap kosong ke ujung lorong, tempat lelaki yang baru saja menjadi suaminya pergi tanpa satu kata pun.

"Apa ini yang disebut menikah…?

Ketika aku harus memulai dengan luka dan penghindaran Ketika mata nya bahkan tak sempat menatap mataku…”

Lorong rumah sakit sunyi Lampu-lampu menyala pucat, melempar bayangan-bayangan kelabu di lantai.

Di balik kaca, terdengar samar suara alat monitor detak jantung. Bau cairan disinfektan menyengat, mencampur dengan hawa dingin yang menusuk kulit.

 “Apa aku terlalu egois karena menerima ini?

Atau aku terlalu bodoh… berharap dia akan kembali menoleh meski hanya sekilas, hanya sekali… agar aku tahu, aku nyata di matanya…”

Ia mengepalkan jemari, menahan gemetar.

"Ayah… kau ingin aku tidak sendiri…

Tapi kenapa rasanya lebih sunyi dari sendirian…?”

Air mata jatuh satu-satu, tanpa suara.

Dan Bunga tahu… sejak hari itu, ia bukan hanya istri kedua…tapi juga bayang-bayang yang tak tahu harus berdiri di mana"

1
Iis Dawina
mendingan mundur alisya...ga blk bner klo ortu dah ikut campur mah
Yati Syahira
sdh panjang bab tdk terungkap perselingkuhan suaminya aneeh bikin males baca
ARSLAMET: biar makin penasaran kak , hehehe staytune trus ya
total 1 replies
D͜͡ ๓KURNI CACAH
wanita sebaik dan secantik sabar alisha kok bisa si di sakiti Sama laku laku kampret Kya si Rendi
D͜͡ ๓KURNI CACAH
ngk rela bgt alisha di Madu
D͜͡ ๓KURNI CACAH
kampret Rendi sama bunga kok bisa nikah ...dasar laki laki apa pun ala San nya tetap tak di benarkan
Rubyna
kok gak ada kejelasan tiba tiba menikah karna apa, dan bunga seharus nya menolak tau kan kalau Rendi susah beristri
ARSLAMET: dukungan nya kaka , selalu berharap yang terbaik untuk tulisan ku dan semua hal hehe
Rubyna: semangat ya, noveltoon gak kayak dulu, asal kontrak sudah dapat cuan sekarang susah
total 4 replies
❤ Nadia Sari ❤
ketikannya kok center semua?
ARSLAMET: @ terimakasih sebelumnya atas sarannya ..
❤ Nadia Sari ❤: bagus yg awal aku tadi bacanya kayak lagu
total 3 replies
pembaca
lanjut kan tuk menuju sukses
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!