Ibu,,, aku merindukanmu,, airmatanya pun berderai tatkala ia melihat seorang ibu dan anaknya bercanda bersama. Dimanakah ibu saat ini,, aku membutuhkanmu ibu,,,
Kinara gadis berusia 18thn yang harus menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian kedua orang tuanya yang mengejar bahagia mereka sendiri, hingga ia harus merelakan harga dirinya yang tergadai pada seorang CEO untuk kesembuhan sang adik,,apakah bahagia akan hadir dalam hidupnya atau hanya derita dan derita,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Liliana *px*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 kaulah hidupku
"Kakak,,,,"
Nara pun memeluk erat Raffi sambil berderai air mata.
"Kenapa baru sekarang Kakak mengatakan semuanya, kenapa tidak dari pertama kali kita bertemu?"
Nara menatap lekat kearah Raffi, air mata yang terus mengalir itu pun di hapus lembut oleh Raffi. Sambil menakupkan kedua tangannya di pipi Nara, lalu mengecup keningnya dengan lembut.
"Bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya padamu, saat itu kau begitu ketakutan melihatku, dan aku memang ingin tahu apa kau masih mengingatku."
Raffi pun merengkuh tubuh Nara, membawanya dalam pelukan yang menentramkan serta mendamaikan hati wanita yang telah mencuri hatinya semenjak dia remaja.
"Kakak kemana saja selama ini,,, aku selalu menanti kehadiran Kakak,,,, sepuluh tahun sudah tak ada kabar dari Kakak,,, aku hampir hilang kepercayaan akan janji kita."
Nara yang menyembunyikan wajahnya di dada bidang Raffi makin terisak dengan tangisnya.
"Maafkan aku sayang,,, hampir sepuluh tahun ini aku telah kehilangan ingatanku, karena kecelakaan yang telah kualami saat mengejar mobil yang membawamu saat itu. Baru saat ada acara party di Club Night, saat aku menatapmu serpihan ingatan itu muncul, lalu aku mulai mencari informasi tentangmu, dan aku mendapatkan semua ingatan itu, bersamaan dengan kita berjumpa lagi."
Raffi pun menganggkat dagu Nara, hingga mereka saling beradu pandang, dengan senyum yang tersungging di bibirnya, Raffi pun mencium kening, pipi dan menyatukan hidung mereka. Lalu mencium lembut bibir Nara sekilas.
"Maafkan aku sayang,,, malam itu aku telah mengambil yang berharga darimu dengan sedikit paksaan, aku sungguh tak sanggup menahan kerinduanku, tapi justru itu malah melukaimu."
Raffi yang mendekatkan wajah mereka serta menempelkan hidungnya dengan Nara, membuat jantung Nara berdetak dengan kencang, hingga Raffi bisa merasakan hembusan nafas Nara yang tak beraturan. Ia pun tersenyum tipis.
"Maukan kau memaafkan aku sayang,,dan terima kasih kau akan memberiku yang terindah dari cinta kasih kita, aku akan menjaga kalian dengan segenap kemampuan yang aku miliki, terutama dari Mama."
Nara yang mulanya merasa damai dengan janji Raffi, kini berubah raut wajahnya mendengar wanita yang telah mengusir mereka dari rumah mereka sendiri, juga yang membuat keluarganya menjadi terpisah seperti sekarang.
Ia pun memejamkan matanya, mencoba menahan luka hatinya yang teramat perih.
Buliran bening pun lagi lagi membanjiri pipinya. Ia memgingat di mana ayahnya yang mengkhianati Ibunya karena ada wanita lain, dan menguras semua harta mereka, menyisakan kemiskinan yang harus ditanggung Nara juga adik adiknya. Begitu juga dengan ibu tercinta yang harus meninggalkan mereka untuk meraih bahagianya.
"Apakah aku akan terpisah lagi dengan orang yang kusayangi karena wanita itu, wanita yang seumur hidupku tak akan pernah aku lupakan, namun sayang,, justru wanita itu adalah Mama dari orang yang sangat kucintai, Ya Allah,,, beri hamba kelapangan hati untuk memaafkan dan mengikhlaskan semua."
Bisik Nara dalam hati.
"Apa kau mau memaafkan aku sayang?"
Tanya Raffi sekali lagi yang di jawab anggukan oleh Nara. Sungguh hatinya sedang berbunga bunga sekarang, dan ia tak mau menodai momen yang indah ini dengan hal hal yang membuatnya sakit hati.
"Terima kasih sayang,,, sudah mau memaafkan aku, dan juga debay yang akan kau berikan untukku."
Seakan tersadar oleh sesuatu kini Nara pun menjauhkan wajah serta tubuhnya dari Raffi. Membuat Raffi terkejut dengan reaksi Nara yang menatapnya dengan tajam.
"Kenapa sayang,,, ada yang salah dengan ucapanku?"
"Apa Kakak akan memisahkan kami?"
Raffi pun tersenyum mendengarnya, di pandangnya lekat Nara, lalu meraih tangan Nara dengan lembut agar mendekat padanya. Namun Nara tetap tak menggerakkan tubuhnya seakan ia ingin menunjukkan pada Raffi kalau ia sedang bertahan untuk melindungi calon bayinya.
Raffi pun mendesah pelan, ia pun mengalah dan mendekati Nara, mengikis jarak antara mereka.
"Aku sangat mencintaimu, bagaimana mungkin aku bisa menjauhkanmu dari anak kita, sedang kutahu ia hidup dan duniamu, sedangkan kamu adalah hidup dan duniaku saat ini, setelah debay lahir, kalianlah hidupku."
Raffi memeluk Nara dengan erat, seakan takut mungkin inilah pelukan terakhir untuk mereka.
"Kak,,, kau menyakitiku,,"
mendengar ucapan Nara menyadarkan Raffi kalau ia terlalu erat memeluk wanitanya hingga Nara kesulitan bernafas.
"Maafkan aku sayang,,, sungguh aku takut kehilangan kalian."
Nara pun tersenyum mendengar penuturan Raffi. Hatinya kini menjadi tenang, setidaknya ia tahu takkan berpisah dengan buah hatinya kelak.
"Sayang berjanjilah kau akan menjaga anak kita dengan baik apa pun yang terjadi."
Ucap Raffi yang memeluk sambil membelai perut rata Nara dan mencium keningnya.
"Aku janji Kak,,, akan menjaga amanat ini dengan baik, meski apa pun yang terjadi."
Balas Nara yang semakin erat memeluk suami kontraknya sekarang, yang merupakan cinta masa kecil juga sekarang dan yang akan datang.
Keduanya seakan larut dalam kebahagiaan yang hanya mereka sendiri yang tau, karena tak bisa diungkapkan dengan kata kata, betapa hari ini adalah hari yang teristimewa bagi keduanya.
Hingga suasana itu harus ternodai dengan ucapan seseorang yang membuat keduanya pun melepas pelukan mereka.
"Beraninya kau,,, menyingkir dari tubuh nya,,,"
Raffi dan Nara pun menatap tajam kearah sumber suara, yang nampak seorang wanita sedang berkacak pinggang pada keduanya.
"Ya Allah tolong lah hamba,,,"
Bisik hati Nara tanpa melepas pandangannya dari wanita itu.
bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹