RUMIT

Devan menghapus air mata Zafira mereka saling menatap satu sama lain, hingga bibir ranum Zafira terasa disapu oleh bibir tebal milik Devan.

Zafira terkejut dan terdiam dengan apa yang terjadi, Zafira seketika menutup kedua matanya melingkarkan kedua tangannya ke leher Devan.

Mereka saling berciuman saling menyalurkan rindu yang sangat dalam, tidak munafik bagi Devan bahwa sebenarnya dia menyukai Zafira begitupun dengan Zafira.

Zafira juga munafik dengan perasaanya yang menaruh hati kepada Devan, Zafira sudah menyukai Devan saat mereka pertama kali bertemu kembali dalam keadaan Devan yang menolongnya saat dirinya diculik oleh brandalan itu.

Devan membuka kancing teratas baju Zafira begitupun dengan Zafira yang sudah menelusupkan telapak tangannya ke dalam dada bidang milik Devan.

Zafira merapa pinggang Devan yang terdapat sebuah bekas luka sayatan disana, dia mengingat kejadian lima tahun yang lalu saat Devan dan Edwin tengah berkelahi dengan beberapa orang yang telah menculiknya.

Zafira menghentikan ciumannya kemudian menatap bekas luka itu dan memandang Devan, Devan hanya tersenyum kecil kemudian membawa tangan Zafira yang merapa pinggangnya untuk dia ciumi.

"Apa ini bekas malam itu ?" Devan hanya mengangguk dan tersenyum "jadi kau terluka karena aku ?" kali ini Zafira bertanya sambil mengigit bibir bawahnya dan matanya mulai tergenang dengan air mata.

Devan mencium bibir itu kembali dengan cepat "ini hanya luka kecil, tidak papa Zaf" Zafira hanya diam "Lagipula malam itu aku bisa membuatmu puas bukan walaupun pinggangku terluka" kali ini Devan menggoda Zafira seraya mengedipkan matanya satu.

"Mama dan om sedang apa" suara Elvano yang berada di depan pintu kamar apartement Devan membuyarkan dua insan yang saling bermesraan itu.

Zafira mendorong Devan menjauh dari tubuhnya kemudian Devan menengok ke kanan sambil mengusap tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu.

"Elvano" Ucap Zafira sembari berjalan pelan ke arah anaknya itu "ada apa sayang, kenapa bangun ?" Elvano hanya menggelengkan kepala kemudian memeluk Zafira dengan erat.

"Elvano ingin tidur dengan mama dan juga om" Devan yang mendengar anaknya itu berbicara, anak ? Iya Elvano memang anak Devan dan Zafira.

Seketika hati Devan menghangat jika dia mengingat akan hal itu, Devan berjalan kemudian ikut berjongkok mensejejarkan dirinya dengan Elvano.

"Mulai sekarang Vano harus memanggil om dengan papa ya" Zafira melototkan matanya kemudian menggeleng kecil, Zafira melepaskan pelukan Elvano "Vano tunggu mama di dalam kamar itu lagi ya, nanti mama akan menemani Vano tidur" Elvano mengangguk kemudian berjalan kembali ke arah kamar Devan.

"Dev jangan memberi harapan kepada Elvano jika kamu tidak bisa mengabulkannya" Zafira mengultimatum Devan, karena selama ini Elvano selalu berharap dirinya memiliki seorang ayah seperti teman - temanya.

"Aku tidak mau melihatnya terluka Dev" Devan menghela nafasnya kemudian berkata "Zaf aku akan menikahimu tetapi tidak dalam waktu dekat ini, ada hal yang harus aku selesaikan terlebih dahulu" Zafira hanya diam.

"Zaf biarkan Elvano memanggilku papa" Zafira hanya mengangguk lemah, mau tidak mau dia harus membiarkan itu toh Elvano suatu saat akan mengetahuinya juga bahwa Devan adalah Ayahnya.

"Ayo kita tidur besama" Zafira melototkan mata kemudian Devan terkekeh kecil " maksudku tidur besama Elvano" Zafira menghela nafas lega.

Zafira kembali mengingat kejadian beberapa menit yang lalu saat dirinya berciuman dengan Devan, hampir saja mereka kelepasan dan melakukan hak itu kembali untung saja ada Elvano yang membuyarkan mereka.