Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PCC. 25.
Prang!!
Berbagai benda yang terbuat dari bahan kaca terlempar bertubi-tubi, pecahan dari benda itu berserakan dimana-mana. Situasi yang begitu mencekam terasa disana, terjadinya pertengkaran hebat diantara dua orang manusia yang berbeda jenis.
Kehidupan yang awalnya mereka baik-baik saja dan begitu bahagia, namun seiring berjalannya waktu. Kebahagian itu mulai sirna, pertengkaran dan perdebatan sering terjadi diantara mereka berdua. Bahkan pada hal kecil pun, menjadi permasalahan besar bagi mereka.
Kedua orang tersebut adalah Arabella dan Zayan, keduanya merupakan salah satu dari bagian dunia entertain. Jika Arabella adalah seorang aktris yang cukup terkenal, dan Zayan yang menjadi CEO dari agensi yang menaungi Arabella.
"Kamu bohong, kamu membohongiku Zayan." Arabella membentak pria yang duduk manis dihadapannya.
"Jawab, Zayan! Kamu sudah membohongiku, kamu mengkhianati semuanya." Amarah itu semakin tidak terkendali.
Sikap tempramental itu semakin terlihat, Arabella terus melemparkan benda-benda yang berada di dekatnya. Mendapati Zayan yang berjalan bersama salah seorang aktris baru mereka, membuat Arabella merasa dikhianati oleh pria itu.
Melepaskan seorang Elio yang begitu sangat mencintanya, bahkan apapun akan diberikan kepadanya. Namun semuanya itu hilang, ketika peristiwa kecelakaan itu terjadi. Kelumpuhan yang dialami oleh Elio, membuat Arabella merasa malu akan keadaan dari pria itu. Tergoda dengan janji manis yang begitu memikatnya, hingga berujung pengkhianatan secara diam-diam yang dilakukan. Hingga akhirnya, mementingkan popularitas secara instan.
Dan kini, Arabella seakan sedang menikmati hasil dari apa yang telah ia lakukan sebelumnya.
"Katakan, katakan jika itu tidak benar Zayan. Katakan kamu tidak mempunyai hubungan dengan wanita sialan itu." Perasaan marah dan tidak ingin diduakan, itu yang ingin Arabella dapatkan.
"Katakan apa? Sudahlah, tidak perlu dibesar-besarkan." Dengan cukup tenang, Zayan menanggapi nya.
"Apa? Kamu bilang tidak perlu dibesar-besarkan? G*la kamu ya, kita sudah bertunangan Zayan. Dan publik mengetahui itu semuanya, kamu mau membuat mereka semuanya menjelekkan kita? Itu mau kamu." Amarah itu semakin menjadi-jadi.
"Tunangan itu hanyalah sebuah status, Bella. Ayolah, kamu sendiri kan yang lari padaku setelah Elio menjadi cacat. Hahaha, apa itu salahku?" Senyuman sini itu begitu terang, dan membuat Arabella semakin meradang.
"Zayan!" Teriak Arabella yang tidak terima.
"Apa?! Sudah cukup kamu selalu mempunyai pikiran g*la seperti itu, tidak semuanya orang tunduk dengan kamu. Ingat, tanpa aku. Kamu bukanlah siapa-siapa, Arabella." Kini, Zayan berdiri dan menghadapi amarah Arabella.
Arabella mendekati Zayan, dengan mudahnya tangan itu melayangkan tamparan keras pada salah satu sisi pipi dari pria yang sedang berdebat padanya.
Plakh!!
Atas tamparan itu, Zayan hanya tersenyum dengan menahan emosi yang sudah siap meledak kapan pun. Membalas dengan tatapan yang sangat tajam, Zayan bukanlah pria yang penuh dengan kesabaran. Ia hanya tidak ingin meluapkan semuanya pada Arabella, yang bisa saja dengan mudahnya ia buang kapan saja.
"Aaaa!" Sebuah tangan mencengkram leher kecil milik Arabella.
Mendapatkan serangan tersebut, membuat Arabella kaget dan berusaha menahannya agar tidak membuatnya kehabisan nafas. Akan tetapi, kekuatan dari tangan kekar itu bukanlah tandingan untuknya.
"Jangan anggap diam ku memudahkan mu untuk berbuat semaunya sendiri, Arabella! Bahkan untuk membuatmu berpindah alam dalam hitungan detik, itu bisa aku lakukan." Cengkraman itu terlepas dan dengan kasarnya, tubuh Arabella terhuyung terhempas begitu saja dengan keras ke lantai.
"Camkan itu baik-baik, dan ingat. Karier mu ada di tangan ku." Ucapan yang berisikan ancaman itu diberikan.
"Dasar bre***sek kami Zayan, kamu pria yang menjijikkan. Jika tahu seperti ini, aku tidak akan mau melepaskan Elio." Amarah Arabella mulai membanding-bandingkan.
"Aarkh! Sakit, sakit." Rambut panjang nan indah itu tertarik dengan begitu kuat.
"Apa katamu, hah? Elio lebih baik dariku? Cuih! Ingat wanita sialan, kamu membuangnya karena dia cacat. Cacat."
"Aku bukan tidak tahu tentang diri kamu, Bella. Mulai detik ini, jangan pernah mengatur hidupku. Karena kamu hanyalah mainanku, camkan baik-baik dalam kepalamu ini." Kembali lagi, tubuh kecil itu terhempas dengan keras.
Zayan masuk ke dalam kamar yang selalu mereka berdua gunakan disaat saling membutuhkan, tak berapa lama kemudian ia keluar dengan keadaan tampilan yang cukup rapi dan meninggalkan Arabella begitu saja. Umpatan demi umpatan Arabella berikan, namun ada rasa takut yang baru saja ia rasakan disaat mendapati sikap Zayan yang sebenarnya.
"Kamu jahat, Zayan. Kenapa kamu mengkhianati ku? Hiks." Tangisan itu menjadi begitu lirih.
Rasa lelah dirasakan Arabella setelah puas menangis seharian, dalam lamunannya. Ia teringat dimana saat ia masih bersama dengan Elio, pria itu tidak pernah bersikap kasar padanya. Bahkan Elio selalu memanjakannya dengan penuh kasih sayang, setiap kali dirinya meminta sesuatu pasti akan segera dikabulkan oleh Elio.
Disaat kedua orangtuanya tidak merespon hubungan mereka berdua, Elio tetap menjaga Arabella dengan sangat baik. Memastikan akan tetapi bersamanya, walaupun tanpa adanya restu dari kedua orang tuan Elio.
Hanya karena ia merengek ingin Elio sendiri yang menjemputnya di hari pertunangan, membuat peristiwa kecelakaan itu terjadi. Awalnya Arabella begitu kaget dan sedih, ia setiap merawat Elio dengan baik selama masa perawatan. Akan tetapi, ketika dokter memvonis pria yang ia cintai itu lumpuh dan tidak bisa bergerak bebas. Membuatnya mulai mengikis rasa sayang itu menjadi jijik, karena Elio selalu memintanya untuk mengurusi semua kebutuhannya sehari-hari. Hal itu membuat Arabella menjadi tidak suka, dirinya mulai menarik diri dari mulai jarang mengunjungi Elio sampai pada akhirnya ia benar-benar meninggalkan pria itu dalam keadaan yang begitu kacau.
Saat ini, rasa penyesalan itu begitu besar ia rasakan. Setelah mendapati betapa jahatnya pria yang telah ia pilih selama ini demi setelah melepas Elio.
"Zayan, kamu tega sama aku. Untuk apa aku bertahan dengan dia, lebih baik. Aku mendekati Elio lagi, dia sangat mencintaiku. Pasti dia akan menerimaku kembali." Dengan begitu percaya dirinya, Arabella mulai merangkai rencananya untuk kehidupannya.