Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 35
Sementara itu di apartemen Nenek, dia masuk ke apartemen Leandra, mulai dari membuka pintu dan jendela jendela lain nya. “Tempat ini pasti sudah lama tidak di bersihkan,” dia juga membuka kamar Leandra.
Tanpa di sadari, ada sesuatu yang mengawasi di luar, di atas balkon gedung apartemen di depan, ada Tora yang menatap jendela balkon kamar Leandra, sepertinya dia menghabiskan waktu menatap ruangan yang tertutup itu, selama ini dia terus menunggu hingga saat ini, jendela terbuka membuatnya langsung tersentak pelan.
Untuk kali ini, dia bisa melihat kamar Leandra dan tentunya yang membukanya adalah Nenek Leandra.
“Nah, begini kan lebih cerah, masuk kembali cahayanya,” gumam Nenek, ia lalu melihat sekitar juga di susul kucing kucing yang banyak dan masih muda masuk ke kamar Leandra dari pintu di luar kamar.
“Hm... sepertinya aku harus mengambil peralatan bersih-bersih,” gumam kembali Neneknya lalu berjalan keluar kamar Leandra.
Ketika dia benar-benar keluar, tampak bayangan besar muncul dari jendela balkon dan mendarat seorang Tora di depan, dia terdiam sebentar melihat kondisi kamar Leandra yang begitu kosong tak menyisakan barang apapun, lalu memutuskan untuk masuk ke dalam.
Dia mengingat semuanya, termasuk bagaimana dia sudah berkali-kali masuk ke dalam kamar Leandra pada saat gadis itu masih di tempatnya ini, tapi mau bagaimana lagi, sekarang sudah tidak ada membuat Tora menatap ke jendela luar. “Apa kau, masih takut pada kegelapan?”
Kemudian dia tak sengaja ingat bagaimana ia memegang sebuah buku gambar yang saat itu di simpan di bawah ranjang oleh Leandra sendiri, dialah yang melihat bagaimana Leandra menyimpan buku gambarnya di sana membuatnya sekarang langsung berlutut dan mengintip di bawah ranjang.
Dan rupanya benar, dia menemukan sebuah buku gambar milik Leandra sendiri, bahkan langsung mengambilnya, dia membuka satu persatu dan melihat kembali apa yang sudah dia lihat, tapi di lembar terakhir yang hampir ia tutup, ia kembali membukanya di lembar terakhir dan melihat sebuah gambar yang baru, yakni dia melihat gambaran milik Leandra yang belum pernah dia lihat, gambaran arsiran yang begitu nyata.
Yakni gambaran Tora dan Leandra sendiri, Tora dengan topeng macan menatap Leandra di sisi kertas gambar yang lain, mereka saling menatap lalu ada sebuah tulisan di sana, Tora mengusap tulisan itu dengan jari yang terbatas sarung tangan nya.
“Ketika aku pertama kali melihat lubang mata di topeng itu, aku bisa melihat di antara kegelapan yang tersembunyi, sepasang mata yang tengah memandang ku dengan sangat dalam…” itu adalah tulisan yang di tulis Leandra sendiri, kini Tora tahu bahwa Leandra memang telah menerima Tora sebagai seseorang yang mengenalnya.
Dalam topeng nya itu, dia bahkan masih terdiam menatap itu.
“(Di antara gambaran yang menggambarkan bagaimana dia tertekan, bagaimana dia takut akan kegelapan, dan bagaimana keluarganya yang kosong, dia menggambarkan sesuatu yang berbeda di lembar terakhirnya…)” pikirnya.
Tapi mendadak ia mendengar Langkah kaki Nenek Leandra, tanpa pikir panjang dia menyimpan buku gambar di bajunya dan ketika Nenek Leandra masuk, dia terdiam melihat di dalam yang rupanya kosong tapi yang membuatnya terdiam adalah gorden yang bergerak seperti ada angin yang keluar.
“Hm… apa yang terjadi?”
--
Di sisi lain, Leandra masuk ke dalam kamarnya dan langsung membuang buku tebalnya di atas kasur sambil menghela napas yang panjang. “Aku sudah sangat Lelah….”
Ia bahkan juga langsung membanting tubuhnya di kasur yang empuk dan sekejab dia merindukan Paman dan Neneknya membuatnya langsung berguling tengkurap memeluk sebuah boneka. “(Dari awal, mereka memang bukan siapa-siapa ku, bahkan Nenek maupun Paman, tak pernah menjadi Nenek ku maupun Pamanku, mereka tak ada hubungan nya dengan Ayah, tapi ada sebuah cerita yang menjelaskan semuanya kenapa mereka dan aku juga saling mengenal,)” pikirnya, kemudian dia kembali terbaring menatap langit langit dan menutup mata perlahan.
“(Dulu, Ayahku terlibat perselisihan dengan beberapa organisasi gelapnya, aku tak akan menjelaskan secara pasti apa pekerjaan mereka, yang pasti Ayah berakhir terluka dan harus melarikan diri hingga ke gang distrik yang kebetulan dekat dengan tempat ia bertemu dengan beberapa organisasi bisnis yang sangat pandai berdebat, Ayah terluka sangat parah apalagi dia terkena tembakan peluru di betisnya membuatnya tak bisa berjalan lagi dan terjatuh di antara dinding apartemen yang di tinggali Nenek maupun Paman.
Dari sana, Paman yang kebetulan sudah selesai bekerja malam itu menemukan seorang pria tak sadarkan diri di depan rumahnya, dia lalu dengan sangat baik membawanya ke dalam dan memanggil ahli medis seadanya untuk membantu Ayah.
Nenek juga tengah kebingungan dengan apa yang terjadi hingga Ayah tersadar dalam lukanya, dia bangun duduk menatap mereka berdua dan dari sana, dia harus bisa menggunakan kalimat terima kasih dan akan membalas budi pada mereka, karena mereka juga telah menyelamatkan Ayah, tapi kata kata itu memang lah tidak akan bisa lepas dari sikap dingin Ayah.
Kemudian mereka mulai mengobrol dan bercerita hingga Ayah mulai mengatakan dia memiliki aku. Memiliki seorang putri yang hampir remaja dan tumbuh dewasa, ketika insiden itu terjadi, umurku masih ada 16 tahun, jadi kejadian itu tidak lama kan?
Di saat itu aku selalu meminta izin pada kedua orang tuaku untuk berlibur bersama, aku ingin liburan bersama mereka, tapi karena mereka sibuk, Ayah dan Ibu tak bisa memenuhi permintaan ku, jadi Ayah mungkin berpikir akan mengirim ku kepada dua orang baik yang bisa di percaya dan bisa menyembunyikan identitas keluarga berdarah rusia di tempat Paman dan Nenek.
Ayah pikir itu liburan untukku, tentu saja itu hanya akan menjadi kesialan bagiku, tapi entah kenapa, setelah aku datang ke sana, aku langsung bisa menganggap dua orang baik itu sebagai Paman dan Nenek ku, meskipun Ayah juga masih over protective pada ku dan meminta ku pulang saat itu, meskipun aku juga sudah bisa terbiasa dengan suasana di sana, tapi kenapa setelah aku terbiasa, aku malah harus pergi?)”
“(Itu bahkan bisa membuatku terpikirkan sesuatu…)” pikirnya kembali dan tiba-tiba saja dia terpikirkan Tora.
Seketika itu membuatnya terkejut dan langsung mengggeleng. “(Kenapa tiba-tiba aku terpikirkan dia, apakah aku, ingin bertemu dengan nya? Tidak mungkin!!)” dia panik dan langsung menggeleng sangat cepat, tapi kemudian dia tenang dan mulai menerima bahwa dia memang benar-benar terpikirkan oleh Tora.
“(Apakah ini memang benar? Apakah aku memang ingin bertemu dengan nya?)” ia tampak cemas, tapi kemudian ponselnya berbunyi panggilan, ia langsung panik dan merogoh tas yang ia bawa tadi dengan sangat cepat mencari hinggga benar-benar menemukan nya, ia melihat bahwa itu dari nama wanita, mungkin teman kampusnya.
“Ah halo?” Leandra langsung menempelkan nya di telinganya sambil kembali berbaring.
Lalu terdengar suara. “Halo Leandra, sebentar lagi liburan kampus loh, kamu akan liburan kemana?”
Seketika Leandra bangun lagi. “Oh iya!! Liburan kampus!!” bahkan langsung antusias dan beranjak dari ranjang nya, tanpa sadar meninggalkan ponselnya yang masih menyala. “Halo? Leandra?? Halo?”
Siapa yang menyangka, Leandra berlari dari Lorong mansion besar itu hingga menemukan pintu besar dan mengetuknya pelan kemudian masuk sambil memanggil. “Ayah,”
Terlihat Ayahnya menatapnya dari meja kantornya, dia menatap tajam ke Leandra. “Bicara saja apa yang kau mau,” saking sibuknya, dia hanya meminta pada intinya Leandra datang, lalu Leandra dengan malu-malu berjalan mendekat di hadapan mejanya.
“Ayah, sebentar lagi, liburan kampus—
“Lalu?” Ayahnya langsung menyela.
“Um, bolehkah aku ke tempat Nenek dan Paman di gang distrik?”
“Tidak,” Ayahnya langsung menyela lagi membuat Leandra terkejut tak percaya.
“Ke-kenapa, a-aku sudah menunggu sangat lama untuk ke sana, bu-bukankah aku sudah melewatkan banyak liburan dan kali ini, liburan kampus paling lama,” tatap Leandra dengan gemetar, dia juga takut pada Ayahnya sendiri yang saat ini terdiam hanya menatap tajam.
“Bukankah kau harus belajar di saat liburan juga?” tatapnya, itu membuat Leandra memasang wajah kesal secara tiba-tiba.
“Aku sudah menjadi mahasiswi yang paling pintar di kampus!! Apakah aku harus belajar di sini!! Aku juga ingin menikmati hidupku!! Jangan bawa-bawa aku ke dalam kurungan masalah Ayah, bukankah waktu Ayah masih sangat lama, kenapa tidak membiarkan ku untuk menikmati dunia luar, aku juga akan berjanji akan belajar juga…!!” kata Leandra dengan nada tambah memberontak membuat Ayahnya terdiam dan menghela napas panjang, tapi kemudian dia berdiri dengan wajah yang masih mengintimidasi membuat Leandra tambah ketakutan.
Tapi siapa sangka, Ayahnya mengatakan sesuatu. "Leandra! Untuk apa kau ke sana? Untuk apa kau ke tempat yang suram begitu? Bukankah kau hanya harus belajar dan mengembangkan skill mu di sini, jangan sampai jika kau sudah siap waktunya, kau masih berpikir seperti anak kecil... Kau sudah hampir 18 tahun..." tatap Ayahnya dengan serius.
Tanpa sadar, itu menyakiti perasaan Leandra, bahkan ia tampaknya sudah sangat lelah. "Aku membencimu ayah, aku tak akan mau bicara dengan mu..." katanya begitu saja dan langsung berjalan pergi dari sana membuat Ayahnya menghela napas panjang dan lanjut mengerjakan pekerjaan nya layaknya dia benar-benar tak peduli dengan perasaan Leandra.
Hingga siapa sangka, ketika Leandra masuk ke kamar dan memeluk bantal sambil menatap ponselnya dia tampak terus menangis, tapi kemudian dia menemukan sesuatu di ponselnya. Dia melihat ada sebuah konten yang di buat orang lain, dia merupakan ahli coding sekaligus developer penciptaan game.
Leandra terdiam melihatnya, dia bahkan tampak tertarik. "(Selama ini, aku menulis novel, aku selalu ingin membuat visualisasi cerita novel ku, tapi aku tak bisa menguasai skill itu... Melihat bagaimana coding dapat membantu, apakah aku bisa bermain dengan ini....?)" ia tampak ragu, bahkan dia mengingat bagaimana Ayahnya tak pernah melihat pencapaian nya dalam pendidikan.
"(Jika kau tidak melihatku, maka kau akan melihat bagaimana aku berubah...)" ia tampak menyimpan dendam, lalu langsung mengirim pesan pada seseorang.
\= Aku ingin membeli komputer dan perlengkapan lain nya!! \=