NovelToon NovelToon
CEO Cantik Vs Satpam Tampan

CEO Cantik Vs Satpam Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Pengawal
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: MakNov Gabut

Kisah Perjodohan seorang CEO yang cantik jelita dengan Seorang Pengawal Pribadi yang mengawali kerja di perusahaannya sebagai satpam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MakNov Gabut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Bab 1

Pagi itu, sinar mentari menembus jendela kamar Aryo Pamungkas, menyorot debu tipis yang melayang di udara. Udara masih sejuk, namun langkahnya sudah terburu-buru. Aryo tengah menyiapkan tasnya untuk bekerja, memastikan seragam rapi dan alat komunikasi keamanan di saku. Namun suara ibunya yang tiba-tiba terdengar dari ruang tengah membuatnya berhenti.

“Aryo! Tunggu sebentar!”

Ibunya keluar dengan tergesa-gesa, membawa secarik kertas yang terlihat agak kusut di tangan. Wajahnya memancarkan kombinasi antara gugup, khawatir, dan harap.

“Aryo, mama lupa beritahu. Nanti sore kamu datanglah ke restoran ini,” katanya cepat, menyerahkan kertas itu.

Aryo menatapnya, mata berbinar bingung.

“Mau ngapain, Mah?”

“Kamu akan ketemu calon istrimu,” jawab ibunya tanpa ragu, nada suaranya pasti, seperti keputusan itu sudah final.

Aryo nyaris tersedak mendengar kata “calon istri”.

“Hah? Maksud Mah… aku dijodohkan begitu saja?”

“Sudah waktunya kamu menikah, Aryo,” ujar sang ibu, lembut tapi tegas. Pandangan matanya mengandung harapan panjang yang tak ingin ia sembunyikan.

Aryo menunduk sebentar, menghela napas panjang.

“Kok bisa tiba-tiba begini, Mah? Aku bahkan belum siap mental.”

“Ini Mama bawakan baju ganti juga,” kata ibunya sambil menjejalkan kantong berisi pakaian bersih ke tas Aryo. “Biar nanti sore kamu langsung terlihat rapi saat bertemu calon istrimu.”

“Tapi tetap saja, Mah… ini seperti serangan mendadak. Tidak ada pembicaraan sebelumnya, tiba-tiba harus dijodohkan,” keluh Aryo.

“Iya, Mama lupa kasih tahu. Tapi percayalah, ayahmu sudah lama merencanakan hal ini. Jangan bikin Mama kecewa. Mama cuma ingin melihatmu bahagia, dan menikah sebelum Mama tua.”

Aryo menatap wajah ibunya yang mulai keriput, hatinya tersentuh. “Tapi bukankah seharusnya aku menikah dengan pilihan hatiku sendiri?”

“Temuilah dia dulu, Nak. Siapa tahu kamu berubah pikiran,” bisik ibunya dengan lembut.

“Baiklah, Mah,” Aryo akhirnya mengangguk. Ia mencium tangan ibunya, menahan rasa canggung, lalu melangkah keluar rumah menuju pekerjaannya.

Kejadian di Money Changer

Sesampainya di Money Changer Global Exchange, suasana masih sepi, hanya beberapa pelanggan yang berdiri menunggu transaksi kurs mata uang asing. Lampu neon berpendar lembut di kaca display, memantulkan kilau koin logam dan kertas uang yang berwarna-warni. Aryo mengamati gerak-gerik pelanggan dan pegawai, insting pengamannya segera mendeteksi gerakan mencurigakan dari tiga pria yang mondar-mandir di sudut ruangan.

Tiba-tiba, terdengar suara keras:

DOR!

Semua orang menunduk, panik, beberapa berteriak, sementara Aryo tetap menahan diri, menilai situasi. Seorang pria bersenjata memasuki ruang, pistol diarahkan ke para nasabah. Dua rekannya mengikuti dengan wajah tegang, membawa senjata tajam.

“Angkat tangan semua dan jangan bergerak!” bentak pria bersenjata itu dengan nada tegas, membuat udara seolah berhenti sejenak.

Aryo menelan ludah, menahan degup jantung yang cepat. Naluri keamanan yang terlatih memintanya menunggu momen yang tepat. Salah satu perampok melompat ke meja kasir, membentak pegawai untuk membuka laci, suara kaca dan koin berdering saat ia menodong. Kasir perempuan gemetar hebat, hampir menjerit ketakutan.

Aryo bergerak pelan ke samping, menjaga jarak aman. Namun gerakannya tertangkap, dan pistol segera diarahkan ke arahnya.

“Hei, kamu! Mau mati begitu saja? Angkat tangan!”

“Oke, oke bos! Aku angkat tangan!” Aryo pura-pura ketakutan, menunduk, mencoba terlihat lemah.

“Jangan sok jagoan! Lihat pistol ini!” bentak perampok itu, wajahnya menakutkan.

“Enggak bos, enggak!” Aryo membelakangi mereka, menunggu momen untuk bertindak.

Sekejap kemudian, dengan ketepatan yang sempurna, Aryo memutar tubuhnya, meringkus pria bersenjata yang memegang pistol, menundukkannya dengan pukulan cepat dan terukur. Dua perampok lain terkejut, salah satunya mengancam kasir dengan pisau. Aryo menembakkan pistol ke udara — peluru melesat tipis di atas kepala perampok itu, membuatnya segera menjatuhkan senjatanya. Semua perampok menyerah.

Aryo mengikat mereka menggunakan tali pembatas antrian. Tepuk tangan bergemuruh dari nasabah dan pegawai. Polisi datang beberapa menit kemudian, meringkus ketiga perampok.

Meski terlihat tenang, hati Aryo berdebar. Ada firasat yang tak bisa dijelaskannya, bahwa sesuatu akan berubah hari itu.

Restoran di Senja Hari

Sore menjelang, langit jingga menembus kaca Restoran La Ventana, memantulkan kilau perabotan mewah dan aroma makanan yang menggoda. Aryo berjalan pelan, gugup tapi berusaha tetap tegar.

Seorang pria paruh baya menunggunya di dalam, wajahnya ramah namun penuh wibawa.

“Aryo Pamungkas! Lama tak bertemu,” sapa pria itu.

“Pak Kamal Andara?” Aryo terkejut dan tersenyum gugup.

Pak Kamal tersenyum hangat.

“Silakan duduk. Kamu pasti kaget, ya?”

“Iya, Pak,” balas Aryo sambil menahan debar. Ia belum pernah bertemu putri Pak Kamal sebelumnya.

“Dulu aku dan ayahmu membuat perjanjian kecil. Jika suatu hari kami punya anak laki-laki dan perempuan, kami akan menjodohkan mereka. Dan sekarang, saatnya tiba,” jelas Pak Kamal.

Saat itu, pintu restoran terbuka, dan seorang perempuan dengan gaun merah menyala melangkah dari mobil limosin hitam. Kacamata hitam menutupi separuh wajahnya, tapi aura wibawanya terasa menekan.

“Aryo, kenalkan… putriku, Meliana Andara,” kata Pak Kamal.

Meliana melepaskan kacamata, menatap Aryo dengan tatapan tajam. Pandangan mereka bertemu, seketika dunia seakan berhenti.

“Kamu!” seru Meliana, menunjuk Aryo dengan ekspresi marah dan kaget.

Aryo garuk kepala, wajah memerah.

“Eh… kita pernah ketemu ya?”

“Kalian sudah saling kenal?” tanya Pak Kamal, menatap mereka bergantian.

Aryo tersadar siapa perempuan ini. Meliana adalah CEO tempatnya bekerja, yang sebelumnya pernah mempermalukannya di lobi gedung Andara Group karena kesalahpahaman.

Pertemuan yang Membakar

Tanpa menunggu jawaban, Meliana berdiri dan berkata tajam,

“Pah, aku ingin bicara sebentar dengan dia.”

Ia berjalan keluar restoran, Aryo mengikuti dengan gugup. Begitu berada di luar, Meliana menatap Aryo dengan mata menantang.

“Otak mesum! Kamu pikir aku gak tahu niatmu? Sengaja pura-pura jadi satpam biar dekat denganku, ya?”

“Tidak, Bu Meliana. Saya cuma—”

“Diam! Sekarang tiba-tiba kamu jadi tunanganku? Mau numpang nama Papa? Mau hartaku?”

Aryo menunduk, menahan malu dan amarah.

“Saya tahu saya tidak pantas, tapi ini permintaan ayahmu juga. Saya cuma menghormati keinginan mereka.”

“Hah! Aku akan pastikan pertunangan ini dibatalkan. Aku gak akan sudi menikah dengan orang sepertimu.”

Meliana berbalik dan kembali ke restoran, meninggalkan Aryo yang hanya bisa terdiam.

“Pah!” serunya keras begitu masuk. “Batalkan pertunangan ini! Meliana tidak sudi menikah dengan lelaki cabul seperti dia!”

Pak Kamal menatap putrinya, kemudian pandangannya bertemu Aryo yang berdiri di belakang, wajah pucat, menunduk dalam-dalam. Suasana restoran hening, hanya terdengar napas tertahan dan denting sendok di meja.

Dan di antara keheningan itu, tatapan Meliana dan Aryo kembali bertemu — tajam, menantang, seolah menandai awal dari pertarungan emosi yang tak bisa dihindari.

BERSAMBUNG…

1
Edana
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
Hiro Takachiho
Aku akan selalu mendukungmu, teruslah menulis author! ❤️
Oscar François de Jarjayes
Serius, ceritanya bikin aku baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!