Heaven, pria tampan sejuta pesona yang telah mendapat predikat playboy sejak SMA, mengalami nasib tragis setelah mendapatkan kutukan dari salah satu mantannya.
"Aku sumpahi kamu menjadi perjaka tua. Tak akan ada yang mau menikah denganmu. Jika adapaun kau akan mendapatkan istri yang sangat jelek." Ucap Selena setelah mengetahui jika dia bukan satu satunya kekasih Heaven. Ternyata pria itu memiliki 4 orang kekasih disaat bersamaan.
Entah karena kutukan itu atau karena memang takdir, hingga usia 33 tahun, Heaven tak juga laku. Kisah cintanya selalu kandas tak sampai pada pernikahan.
Hingga sang mamanya yang sudah kebelet pengen cucu, mendatangi paranormal untuk menghilangkan kutukan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAKUT DOSA
"Selidiki pria bernama Rafa yang fotonya tadi aku kirim. Aku ingin hasil secepatnya."
Mayra yang sedang duduk diatas ranjang memperhatikan Heaven yang sedang menelepon. Entah dengan siapa pria itu telepon, yang pasti mereka sedang membicarakan Rafa.
Selesai menelepon, Heaven menatap kearah Mayra sambil senyum-senyum.
"Ngapain lihat aku kayak gitu?" Mayra mendadak salah tingkah.
Bukannya menjawab, Heaven malah berjalan mendekati Mayra lalu duduk disebelahnya. Merasa jika Heaven duduk terlalu mepet, Mayra menggeser badannya menjauh. Tapi Heaven tak mau kalah, dia ikut menggeser badannya kearah Mayra. Saat Mayra kembali menggeser badannya, Heaven lagi-lagi ikut bergeser. Hingga sampailah Mayra dipinggir ranjang. Tapi rupanya, Mayra tak menyadarinya. Dia masih bergeser lagi. Beruntung Heaven bergerak cepat menarik lengannya hingga Mayra tak sampai terjatuh.
Tarikan Heaven membuat keduanya makin dekat. Bahkan wajah mereka hampir bersentuhan. Jantung Mayra berdetak dengan cepat saat matanya dan mata Heaven saling beradu.
"Kak Heaven lepas. Gak usah nyari kesempatan deh." Mayra berusaha mendorong dada Heaven agar menjauh darinya.
"Dasar bodoh," maki Heaven. "Kalau aku melepaskanmu, kamu akan jatuh. Belajar dari pengalaman, dulu sudah pernah jatuh, sekarang masih mau ngulang lagi?" Heaven mundur sedikit lalu menarik Mayra agar sedikit ketengah.
"Dasar mulut pedas. Perasaan baru beberapa jam lalu bilang yang manis- manis. Pakai sok sokan bilang cinta dan ngulang semua dari awal. Sekarang udah ngatain aku bodoh," Mayra memutar kedua bola matanya malas.
Heaven terkekeh. "Cie....takut aku berubah lagi ya?"
"Dih kepedean."
"Maaf, mulutku memang kadang susah buat dikontrol. Makanya aku butuh kamu buat selalu mengingatkanku."
"Jadi ngajak aku memulai rumah tangga dari awal cuma buat ini doang, buat jadi kontrolnya Kakak?"
Heaven tergelak melihat ekspresi kesal Mayra.
"Gak juga," jawab Heaven datar. "Eh, tadi kamu sudah lihatkan, foto bayi lucu yang aku kirim?"
"Hem, emang kenapa?"
"Itu juga salah satu tujuanku untuk membina rumah tangga denganmu."
"Maksudnya?" Mayra belum nggeh.
Heaven berdecak pelan. Masa iya dia harus menjelaskan secara detail. Padahal menurutnya, clue yang dia kasih sudah sangat jelas.
"Kamu tahu hari ini hari apa?" Heaven balik bertanya.
"Hari kamis. Emang kenapa?"
"Itu artinya, sekarang malam jumat."
"Terus?" Mayra memutar kedua bola matanya malas. Tapi beberapa detik kemudian, dia baru paham kemana arah pembicaraan Heaven sejak tadi. Reflek dia mengambil bantal lalu menutupi dadanya.
"Udah paham sekarang?" Heaven menahan tawa melihat tingkah Mayra.
"A, aku lagi datang bulan."
"Bohong dosa."
"Udah tahu." Mayra turun dari ranjang lalu berjalan cepat menuju kamar mandi. Disana dia tak melakukan apapun selain mondar mandir tak jelas.
"May, nolak suami dosa loh?"
Mayra bisa mendengar teriakan Heaven dari luar kamar mandi.
"Kenapa diam? Kenapa gak dijawab sudah tahu? Jangan-jangan kamu belum tahu ya?" Heaven kembali berteriak. Dia tak menyangka jika menggoda Mayra akan semenyenangkan ini.
"Selain dosa, kamu juga tak akan mendapatka ridho Allah dalam segala hal."
Ish, bisa diam gak sih dia, berisik sekali. Pakai sok sok an ceramah. Kayak ngerti aja dia.
Mayra makin kelimpungan di kamar mandi. Sekecewa dan semarah apapun dia dengan sikap Heaven selama ini, pria itu tetaplah suaminya. Selain itu, Heaven sudah memberinya mahar yang besar dan juga nafkah lahir. Jadi sudah kewajibannya untuk melayani suami.
Tapi Mayra masih belum mau luluh pada Heaven secepat ini. Dia masih ingin memberi pria itu pelajaran agar kelak lebih menghargainya sebagai istri.
Mayra akhirnya keluar dari kamar mandi. Kenapa juga dia harus bersembunyi disana. Heaven tersenyum melihatnya yang berjalan menuju ranjang. Dia pikir Mayra sudah siap untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri.
"Akhirnya keluar juga." Ujar Heaven sambil senyum senyum menggoda.
Mayra tak peduli dengan ucapan Heaven. Dia merebahkan badan diatas ranjang, menarik selimut sebatas leher lalu memejamkan mata seolah barusan tak terjadi apa apa.
"May, kok malah tidur?" Heaven terlihat bingung. Dia menarik selimut yang dipakai Mayra tapi Mayra menahan selimut tersebut hingga akhirnya terjadi adegan tarik menarik. Tapi tenaga Heaven jelas lebih kuat. Dia berhasil menyingkirkan selimut yang menutupi badan Mayra.
"Kak Heaven mau apa sih?" Tanya Mayra setengah berteriak. "Bukannya dulu pernah bilang jika gak nafsuu melihatku. Bahkan saat aku telanjang didepan Kakak saja, tak akan bisa membuat senjata Kakak berdiri. Lalu kenapa sekarang ngajakin?"
Heaven terdiam sambil menunduk. Dia teringat kembali kata-kata yang dulu pernah dia ucapkan pada Mayra. Dia memang keterlaluan, jadi wajar jika Mayra masih belum bisa memaafkannya.
"Ya sudah tidurlah." Heaven mengambil selimut lalu menutupi kembali badan Mayra hingga sebatas leher. "Maafkan aku, seharusnya aku tahu diri. Aku sudah terlalu sering menyakiti perasaanmu selama ini. Tapi sekarang, dengan tak tahu malunya malah meminta hakku. Tidurlah, semalat malam." Heaven meletakkan guling ditengah tengah mereka. Dia tak mau Mayra merasa tak nyaman jika pembatas itu dihilangkan.
Astaga, kenapa dia ngomong seperti itu sih, bikin aku merasa bersalah saja. Semoga Tuhan tidak melaknatku karena sudah menolak ajakan suami.
Sepanjang malam Mayra tak bisa tidur karena kepikiran tentang hal tadi.