NovelToon NovelToon
DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintapertama / One Night Stand / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Dark Romance
Popularitas:28.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kevia tak pernah membayangkan hidupnya berubah jadi neraka setelah ayahnya menikah lagi demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Diperlakukan bak pembantu, diinjak bak debu oleh ibu dan saudara tiri, ia terjebak dalam pusaran gelap yang kian menyesakkan. Saat hampir dijual, seseorang muncul dan menyelamatkannya. Namun, Kevia bahkan tak sempat mengenal siapa penolong itu.

Ketika keputusasaan membuatnya rela menjual diri, malam kelam kembali menghadirkan sosok asing yang membeli sekaligus mengambil sesuatu yang tak pernah ia rela berikan. Wajah pria itu tak pernah ia lihat, hanya bayangan samar yang tertinggal dalam ingatan. Anehnya, sejak malam itu, ia selalu merasa ada sosok yang diam-diam melindungi, mengusir bahaya yang datang tanpa jejak.

Siapa pria misterius yang terus mengikuti langkahnya? Apakah ia pelindung dalam senyap… atau takdir baru yang akan membelenggu selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Kakak Ketemu Gede

Pertanyaan itu membuat Kevia sempat tertegun, jemarinya kaku di atas meja. Namun sebelum sempat menjawab, Yoga melanjutkan dengan suara tenang.

“Kau tahu… saat kecelakaan itu aku hanya setengah sadar. Pandanganku kabur, aku bahkan tak bisa melihat jelas siapa yang menolongku. Setelahnya, aku terus mencarimu, ingin tahu siapa yang telah menyelamatkan nyawaku. Sampai akhirnya aku tahu… ternyata itu kau. Aku bahkan sempat datang ke rumahmu untuk mengucapkan terima kasih.”

Mata Kevia melebar. “Om… datang ke rumahku?”

Yoga mengangguk mantap. “Tapi ibu dan saudara tirimu berkata, kamu jarang pulang ke rumah.”

Senyum getir tersungging di bibir Kevia, pandangannya jatuh pada meja. “Kami… sudah tak lagi tinggal di rumah itu.”

Alis Yoga berkerut halus. “Lalu sekarang tinggal di mana?”

“Di kontrakan,” jawab Kevia singkat.

Yoga mengangguk pelan, seolah memahami tanpa ingin memaksa lebih jauh. Tepat saat itu seorang karyawan kafe datang, meletakkan pesanan mereka di meja dengan sopan, sebelum berlalu pergi.

“Makanlah,” ucap Yoga lembut.

Kevia mengangguk, lalu mulai menyuapkan makanan. Namun ia segera menyadari sorot mata Yoga yang terus memerhatikannya. Wajahnya memerah, tersipu.

“Om… kenapa lihat aku kayak gitu?” tanyanya pelan, menunduk malu-malu.

Senyum hangat tersungging di bibir Yoga. “Karena kamu terlihat menggemaskan saat malu-malu.”

Pipi Kevia makin bersemu, membuat Yoga tak kuasa menahan senyum yang lebih lebar. Ia lalu menyandarkan tubuh di kursi, menatap gadis itu serius namun tetap lembut.

“Oh ya… karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku, katakan apa yang kamu inginkan. Asal aku mampu, aku akan memenuhinya.”

Kevia menatap Yoga dengan senyum lembut yang begitu tulus.

“Aku menolong Om atas dasar kemanusiaan. Lagipula… Om juga sudah menolong aku dua kali. Jadi, Om gak perlu kasih apa pun untuk aku,” ucapnya, suaranya lirih namun tegas.

Yoga tersenyum, tatapannya hangat. “Kamu memang gadis baik.” Ia lalu menadahkan tangannya. “Oke, kalau gitu, mana ponselmu? Biar nanti kalau kamu butuh apa pun, aku bisa bantu. Ingat, jangan sungkan minta tolong padaku.”

Kevia tersenyum kecil, lalu mengeluarkan ponsel kusam dengan layar retak yang tampak memprihatinkan. “Om sebutkan saja nomor Om. Aku catat di sini.”

Yoga sempat terdiam sejenak menatap ponsel itu, matanya jelas menyiratkan rasa iba. Namun ia tetap menyebutkan nomornya. Kevia dengan sigap mengetiknya, lalu menekan tombol panggil. Beberapa detik kemudian ponsel Yoga bergetar di meja, membuat Kevia tersenyum puas.

“Om,” katanya pelan sambil menatap lurus ke wajahnya. “Aku belum tahu nama Om. Aku harus simpan kontak Om dengan nama apa nih?”

Alis Yoga terangkat, sebuah senyum menggoda terbit di bibirnya. “Simpan saja dengan nama sayang.”

Pipi Kevia langsung merona. Alih-alih marah, ia justru menutupi wajahnya dengan telapak tangan sambil tergelak kecil. “Apaan sih, Om. Aku serius tanya nama, loh.”

Yoga terkekeh, bahunya berguncang ringan. “Yoga. Yoga Pratama. Itu namaku.”

“Yoga Pratama…” Kevia mengulang pelan, senyum manis merekah di bibirnya.

Ia menunduk menatap ponselnya. Jempol mungilnya berhenti lama di kolom nama kontak. Ada sedikit senyum jail di bibirnya, lalu ia menambahkan satu emoticon di belakang nama Yoga Pratama.

🌞

Matahari kecil itu membuatnya terdiam beberapa detik. Ada rasa hangat yang merambat dalam dadanya, seolah-olah layar kusam itu sedang memantulkan cahaya cerah hanya untuknya. Aman, sederhana… tapi baginya sangat personal.

“Sudah?” tanya Yoga sambil mencondongkan tubuh, mencoba melirik ke layar ponselnya.

Kevia buru-buru menutup ponselnya rapat-rapat, pipinya langsung merona. “Sudah! Jangan kepo, Om!”

Yoga terkekeh lagi, alisnya terangkat dengan ekspresi penuh penasaran. “Hmm, sepertinya kamu nyimpan sesuatu yang menarik di sana.”

“Enggak!” Kevia menggeleng cepat, gugup. Jantungnya berdetak lebih kencang. Emoticon itu sederhana, tapi baginya… adalah rahasia kecil yang tak boleh terbongkar.

Ia mencoba mengalihkan topik dengan tersenyum. “Oh ya, Om. Namaku Kevia.”

Namun belum sempat ia melanjutkan, Yoga mencondongkan tubuhnya sedikit. a tajam namun penuh kehangatan.

“Kevia Amelia,” ucapnya mantap. “Siswi teladan. Selalu dapat beasiswa.”

Mata Kevia terbelalak, senyumnya tercekat. “Da-dari mana Om tahu?” tanyanya terbata, menatapnya dengan penuh heran.

Yoga hanya tersenyum, melipat tangan di dada seakan menikmati keterkejutan itu. “Tentu saja aku tahu. Kamu sudah menyelamatkan nyawaku… jadi wajar kalau aku mencari tahu siapa orang berhargaku itu. Cuma, aku memang sempat lupa kalau kita pernah bertemu beberapa tahun lalu. Karena…” matanya menyapu lembut wajah Kevia, “…wajahmu sekarang jauh berubah. Semakin cantik.”

Pipi Kevia makin panas. Ia buru-buru menunduk, mencoba menyembunyikan rona merah yang jelas tak bisa ia sembunyikan.

Yoga terkekeh pelan, lalu tangannya terulur, mengacak rambut Kevia dengan gemas. Sama seperti yang pernah ia lakukan dulu. “Kamu menggemaskan sekali.”

Kevia mendongak perlahan, menatapnya dengan senyum hangat. Dan di detik itu, ia sadar, sosok yang selama bertahun-tahun mampu menghangatkan hatinya, yang sering ia kenang diam-diam… kini benar-benar ada di depannya. Duduk bersamanya. Bersikap akrab, sama seperti dulu.

Yoga menggandeng tangan Kevia keluar dari kafe.

“Ayo, ikut aku,” ucapnya singkat.

Kevia menatap heran. “Ke mana?”

“Nanti juga tahu,” jawab Yoga dengan senyuman misterius. Ia melangkah ke motor gambotnya, menaiki jok depan dengan santai lalu menepuk-nepuk jok di belakang.

Kevia mengulum senyum, tanpa ragu naik, lalu refleks menggenggam pinggang Yoga begitu motor melaju.

“Pegangan. Gadis secantik kamu kalau jatuh 'kan sayang,” ujar Yoga sambil melirik ke spion.

Ucapan itu membuat wajah Kevia merona. Ia tersipu malu, tapi justru memeluk pinggang Yoga lebih erat. Aroma parfum yang samar manis namun tetap segar tercium, aroma yang cocok untuk siang hari, dan entah kenapa membuat Kevia merasa nyaman.

Tak lama, mereka tiba di depan sebuah mall besar. Kevia mendongak menatap bangunan megah itu, matanya berbinar campur canggung.

“Kita mau ngapain di sini… Om?” tanyanya polos.

Yoga terdiam, lalu menghela napas panjang dengan ekspresi seolah baru saja mendapat kabar buruk. “Apa aku terlihat tua?”

Kevia refleks menggeleng cepat. “Enggak kok.”

Yoga menyilangkan tangan di dada, satu alisnya terangkat. “Lalu kenapa panggil aku Om? Kau mau jadi sugar baby-ku, hm?”

Kevia terperangah, wajahnya langsung merah padam. “Apaan sih, bukan begitu…”

“Jadi aku memang sudah terlihat tua?” Yoga mendesak dengan nada pura-pura kecewa.

“Enggak! Beneran enggak!” Kevia makin salah tingkah. “Om itu… eee… pria muda dewasa.”

Yoga memicingkan mata, pura-pura tak percaya. “Kalau begitu, kenapa masih panggil aku Om?”

Kevia menggigit bibirnya, lalu tersenyum kikuk. “Lalu… aku harus panggil apa?”

“Kira-kira apa?” Yoga balik bertanya sambil menunduk, wajahnya nyaris dekat dengan wajah Kevia.

Kevia terpaksa berpikir cepat, lalu dengan ragu berkata, “Ka-kakak aja… gimana?”

Senyum lebar langsung merekah di wajah Yoga. “Nah, gitu dong. ‘Kakak’ terdengar lebih baik. Kakak ketemu gede.” Ia terkekeh puas lalu meraih tangan Kevia lagi, menariknya masuk ke dalam mall.

Kevia hanya tersenyum menatapnya, melangkah mengikutinya, membalas genggaman yang terasa menghangatkan hatinya.

Di sebuah toko elektronik, Yoga menunjuk deretan ponsel dan laptop. “Kalau kamu punya banyak uang, kira-kira pilih yang mana?”

Kevia menatap rak dengan serius. Ia tidak asal tunjuk, tapi benar-benar menimbang.

“Kalau ponsel,” ujarnya pelan, “aku pilih yang kamera depannya bagus, baterainya tahan lama, RAM-nya cukup besar supaya gak gampang lemot, dan tetap ringan dipakai sehari-hari. Soalnya… kalaupun punya banyak uang, sayang kalau beli cuma karena gengsi. Yang penting fungsinya sesuai kebutuhan.”

Yoga mengangguk, menatapnya kagum. “Hmm… masuk akal. Terus, kalau laptop?”

Kevia melangkah ke deretan laptop, jemarinya menyentuh papan tombol salah satu model. “Laptop ini, deh. Spesifikasinya tinggi, tapi desainnya tipis. Jadi gampang dibawa ke mana-mana. Cocok buat aku yang kadang harus multitasking, tapi nggak mau repot sama barang yang berat.” Ia tersenyum kecil, lalu menambahkan, “Kalau laptopnya cuma keren tapi bikin punggung sakit karena berat, buat apa?”

Yoga menatapnya lama, lalu tersenyum sambil menunduk sedikit. Ada kekaguman yang jelas di matanya.

“Ternyata kamu bukan cuma cantik… tapi juga pintar mikir prioritas.”

Kevia mengangkat dagunya sedikit, sok percaya diri. “Tentu saja. Gadis cerdas memang begitu.”

Yoga terkekeh, mengacak rambut Kevia pelan. “Ya ampun, ini cewek… makin bikin aku kepincut.”

Kevia tersipu, lalu pura-pura memalingkan wajah. Namun, senyum kecil tetap terselip di bibirnya.

...🌸❤️🌸...

Next chapter...

Yoga mendekat, menempelkan telunjuknya ke bibir Kevia.

“Sstt… jangan menolak. Kalau kamu nolak…” matanya menatap dalam, “…ini terakhir kita ketemu.”

To be continued

1
Dek Sri
Kevin lupakan sajalah kevia
kevia sudah bahagia sama yoga
Cicih Sophiana
jgn di paksaan Vin mundurlah sebelum terlalu sakit... ikhlaskan Kevia agar dia bahagia dgn pilihan hati nya...
Cicih Sophiana
seperti nya itu Kevin yg memanggil Kevia...
abimasta
mundurlah kevin biarkan kevia bersama yoga
Puji Hastuti
Via gpp ayah, justru karna luka itu, via jadi ketemu pujaan hati 😄
asih
Vin lebih baik mundur aja lah biar berkurang rasa sakitmu nanti Dari pada kau terus bertahan memperjuangkan via nanti malah via dlm bahaya akibat wanita yg mengejarmu
Hanima
lanjut Kak Nanaaaa
Fadillah Ahmad
Lanjutkan lagi Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Anitha Ramto
oh ternyata Kevin yang memanggil Kevia...dan ia penasaran dengan keadaan Kevia yang di Gendong Yoga ke Klinik..,di situlah Kevin menyaksikan keakraban Kevia dan Pria yang baru Kevin ketahui....terbakarlah sudah hati Kevin saat melihat Kevia dan Yoga berinetraksi sangat akrab dan hangat...

Sepertinya Yoga dapat telp dari anak buahnya yang melapor tentang kecelakaan yang menimpa Kevia...yang hampir tertabrak motor..sepertinya itu di sengaja ada orang yang mau nyelakai Kevia..apa mungkin suruhannya si Popy?

Pak Ardi sangat khawatir melihat Kevia pulang dalam keadaan perbanan
Siti Jumiati
kevin... kevia gk bisa menyukaimu tapi gk jangan putus asa ayo kamu berhak bahagia coba buka hatimu untuk orang lain mungkin kamu akan mendapatkan orang yang benar-benar cinta dan mau menerima kamu apa adanya...
lepaskan kevia biarkan dia bahagia dengan pilihannya.
Hanipah Fitri
lanjut ya Thor, aku suka cerita nya
Khoi Rumi
👍👍
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Puji Hastuti
Siapa yang manggil ya
Anitha Ramto
Yaa ini seperti kisah Leon dan Varendra satu orang yang sama tapi dua sosok yang berbeda...

itu Kevin atau Ayah Kevia kah...?
Siti Jumiati
jangan2 calon mertua nih yang menyapa, makin seru nich kak Nana sukses bikin penasaran.
sudah gk sabar nich nunggu kelanjutannya kak Nana lanjut kak....
Ari kerja ditempan Zayn, Ari itu kayaknya yang dulu waktu masih sekolah suka pipis gratis dikebun itu ya...
Sry C'cipit Tea
semoga org yg sama
Endang Sulistiyowati
siapa ya??Ayah Kevia atau Kevin?
berarti bener ya Pria Misterius dan Yoga itu orang yg sama. Aku jadi ikutan mikir kalo mereka orang yg beda
Hanipah Fitri
Kevin kah yg memanggil Kevia? atau Ardi
asih
siapa yg manggil ayah kevia kah
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!