Series Kedua
Sebelum membaca novel ini hendaknya terlebih dulu baca novel Terjerat Rasa.
Sebuah kisah cinta yang kembali terulang dalam ruang waktu dan jiwa yang berbeda, bertemu kembali merangkai kisah cinta dan mengarungi peliknya kehidupan.
Mutiara Mikha Aditama adalah gadis kalem nan cantik yang tangguh, ia jarang tersenyum karena badai kehidupan itu terlalu kuat mengepungnya.
Akankah ada seseorang yang mampu membebaskan Mutiara dari kepungan badai kehidupan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Mai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Masih dihantui masa lalu.
Hati yang sedang berbunga-bunga membuat Mutiara terlihat kegirangan berlari mendapati Anggita yang sedang merapikan lemari pakaian.
"Omaaaa!" dekapan manja Mutiara dari belakang dengan suara lembutnya sambil tersenyum senyum riang gembira.
"Tampaknya hari ini lagi senang banget!"
"Iyah dong, Oma lihat ini, taraaaaaaa!" Mutiara memperlihatkan bingkisan kecil kepada Anggita dengan bangganya.
"Apa ini?"
"Buka aja!" langsung duduk di hadapan Anggita, Mutiara terlihat gregetan menunggu ekspresi sang nenek.
Anggita langsung membuka bingkisan itu dengan sangat hati-hati.
Saat mengetahui isi bingkisan itu.
Anggita terlihat sangat takjub dan benar-benar tidak menduga isi kotak tersebut merupakan kotak kalung emas murni yang sangat berharga.
"I..ini beneran buat Oma?"
"Yup!" angguk bahagia Mutiara.
"Tapi bukannya kamu sedang banyak kebutuhan!" ucapan lembut Anggita.
"Kalau yang namanya kebutuhan, tidak akan ada habisnya Oma, aku harus berusaha bisa mengembalikan perhiasan Oma dan buat Oma bahagia!"
"Terima kasih yah sayang, Oma benar-benar bangga kepada kamu!" Dua bola mata Anggita terlihat berkaca-kaca langsung memeluk Mutiara.
"Biar Mutiara pakaikan," ia bangkit, lalu mengalungkan perhiasan emas itu di leher Anggita.
"Malam itu wajah Oma tampak kegirangan, sebuah raut wajah kebahagiaan yang belum pernah aku saksikan, selama ini aku hanya melihat raut wajahnya yang tertekuk, berjuang, sedih hingga menangis. Ya Tuhan ku, Terima kasih atas rezeki yang engkau limpahkan.
Mal itu aku juga langsung mengabadikannya di memori ponselku dan benar-benar tidak ingin melewatkan moment yang jarang dan sangat langka terjadi. Oma adalah wanita yang setia, berjuang dan berkorban Sudah saatnya ia bahagia!"
*
"Mutiara, tahukah kamu yang membuat Oma bahagia sekali itu apa?"
"Perhiasannya yang mewah!" tebak Mutiara.
"Bukan, tapi ini adalah pemberian kamu, hasil kerja keras cucu oma!"
"Iyah Oma!" Mutiara memeluk bahagia sang nenek dan berkata;
"Mutiara janji akan terus membuat Oma bahagia seperti ini, Jangan menangis lagi yah!"
"Terima kasih sayang!" Keduanya berpelukan haru.
"Oh Iyah Oma!" Mutiara masih tersenyum-senyum sumringah.
"Tampaknya hari ini kamu benar-benar sangat bahagia?"
Mutiara terlihat malu-malu.
"Pasti sedang jatuh cinta kan?"
"Ih...hehe...Oma sok tau deh, enggak kok!" jawab senyum tawa Mutiara berusaha menutupi.
"Kalau kamu bisa bohong kepada orang lain, tapi kepada Oma tidak bisa. Meskipun Nia yang melahirkan kamu, tapi Oma ini adalah ibu yang mengurus kamu sejak lahir, tentu oma bisa melihat apa yang sedang kamu rasakan saat ini!" jawab santai Anggita.
"Hem...Iyah deh, Mutiara mengakuinya, bagaimana pendapat oma!"
"Oma senang, karena itu adalah sebuah perasaan yang sangat indah yang benar-benar bisa membahagiakan kamu!"
Mutiara terdiam masih dalam wajah sumringahnya.
"Dia Bastian Oma!"
Mendengar nama Bastian, senyum Anggita pun menghilang lalu menghela nafas dan kembali fokus dengan yang lain.
"Oma tidak suka dan tidak setuju yah!" tanya tertegun Mutiara yang begitu paham dengan respon datar sang nenek.
Mutiara terus mendatangi Anggita.
"Tolong berikan pendapat oma!" rengeknya dihadapan Anggita.
"Mutiara, siapapun pria yang ada di hatimu, kau juga sudah mencintainya, itu adalah hak dan kebahagiaan mu. Cucu Oma ini sudah dewasa. Apa kamu masih ingat, Oma pernah mengatakan jika masa depan kamu adalah milikmu sepenuhnya, Oma tidak punya kuasa lagi untuk mengatur hidupmu, sehingga kau tidak bisa bahagia!"
"Iyah Oma, Mutiara masih ingat."
"Ini bukan soal setuju atau tidak setuju, Bastian bukanlah pria sembarangan, dia itu seperti pangeran di sebuah kerajaan besar, sedangkan kita, hanyalah rakyat jelata, Jika dulu Aditama Group itu setara dengan Woong di Indonesia, tapi sekarang sudah tidak lagi."
Mutiara reflek menunduk dan membenarkan ucapan sang Oma.
"Oma hanya berpesan kepada kamu, jangan pernah meniru jejak langkah ibumu yang terlalu berlebihan mencintai seseorang. Belajarlah dari kesalahan itu, kita sudah cukup berjuang sejak awal, agar bisa keluar dari badai hitam kehidupan ini. Jadi Oma mohon kepadamu, jangan pernah sia-siakan perjuangan kita. Oma tidak sedang mengatur mu, semuanya Oma kembalikan kepadamu, karena Oma percaya dengan kamu.
Mutiara... Jika berpacaran tidak memiliki tujuan, sebaiknya tidak perlu kamu lanjutkan, itu hanya menghabiskan waktumu dengan sia-sia dan merugikan diri kamu sendiri sebagai wanita. Cinta memang tidak harus memilik, tapi mencintai tidak memiliki itu sangat sakit jika mentalmu tidak siap, Oma tidak ingin nasibmu sama seperti ibumu.
Bastian dan keluarganya, tentulah mereka sudah memiliki kriteria pasangan hidup, untuk anak cucu Woong!"
Mutiara terdiam memandangi Anggita.
"Sayang, percayalah, di dunia ini, tidak ada kasih yang tulus selain kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kamu harus bisa membedakan mana cinta yang harus kamu perjuangkan dan mana cinta yang harus kamu tinggalkan, jika memang jodoh mu adalah Bastian kalian akan menikah!"
Mutiara reflek memeluk hangat neneknya.
*
Sarapan pagi, dalam perasaan penuh cinta dan kasih sayang. Pagi itu Mutiara menyuapi Aditama makan sebagai pelepas rindunya kepada sang kakek, Pria yang sebagai pengganti ayahnya. Mutiara menatap dalam raut wajah sosok pria yang dulu sangat hebat dan disegani dengan kekuasaannya, kini sekarang telah berubah menjadi renta dan tidak berdaya, begitu lemah bahkan tidak bisa berbuat apa-apa, hidupnya sangat tergantung kepada Anggita dan Mutiara.
"Makan yang banyak yah Opa!" ucap lembut Mutiara
Pria itu mengangguk dengan cepat, ia terlihat lahap karena Mutiara hati yang selama ini ia rindukan, telah kembali datang melihatnya.
*
Keputusan berlibur bersama Bastian tetap Mutiara jalankan. Pagi itu Mutiara mulai mengemas beberapa pakaian untuk menginap satu malam bersama Bastian.
Terlihat mobil Bastian sudah terparkir di luar halaman di depan rumah Aditama. Pemuda itu langsung mengambil ponselnya.
"Aku sudah di depan?"
"Sabar yah, aku siap-siap kan pakaian dulu!"
"Tinggalkan itu, buruan masuk mobil!" ucap Bastian.
"Kita mau bermalam kan?" tanya Mutiara.
"Aku sudah siapin semua keperluan kamu, mulai dari dalam sampai luar!" senyum Bastian.
"Hem!"
"Iyah sudah deh!"
"kalau begitu aku pamit dulu!" pinta Mutiara.
"Apa aku harus berpamitan juga?" tanya Bastian.
"Tidak usah!"
"Okey, aku tunggu yah sayang!" ucap bucin Bastian.
*
Ketika ingin berpamitan pada sang nenek dan kakeknya,tanpa sengaja Mutiara mendengar pertengkaran hebat dari pasutri itu. Aditama terlihat marah besar dan tidak setuju jika Mutiara berlibur dan bermalam bersama Bastian pemuda bangsawan itu.
Mutiara mendengar suara samar-samar yang tidak jelas dari suara Aditama.
"Bodoh kamu bodoh...apa kau akan melihat Mutiara sama seperti Niq?" ucap Aditama dalam logat bahasa yang tidak jelas, namun Mutiara bisa mengartikannya.
"Kamu yang bodoh, bukankah Nia itu adalah hasil didikan mu, kenapa aku yang kau katakan bodoh, aku percaya, didikanku kepada Mutiara itu tidak sama dengan didikanmu kepada Nia!"
"Kalau sesuatu terjadi pada Mutiara kau yang akan aku bunuh!" bentak Aditama.
"Kenapa tidak sekarang saja kau bunuh aku?" Anggita melemparkan gunting kepada sang suami membuat pria itu terdiam.
"Kenapa diam saja? Ayo lakukan? kamu takut kalau aku mati, tidak akan satu manusia pun yang mengurus hidupmu yang sudah tidak berguna ini?" ucap emosi Anggita.
Aditama terdiam tidak berkutik, lalu Anggita keluar dari kamar dengan raut wajah marah dan kesal.
Terlihat, Mutiara sudah berdiri di depan pintu.
"O...Oma!" Mutiara dan Anggita sama-sama merasa kepergok dalam raut terkejut.
"ka...kalau kalian bertengkar gara-gara aku, aku akan batalkan liburan ini!" ucap Mutiara menunduk sedih.
ikut merasa senang dan gembira dengan akhir cerita yang berakhir bahagia, Farel pun akhirnya mnyadari kesalahannya serta mau meminta maaf.
Setiap kehidupan ada hal2 yang harus kita lalui baik ataupun buruk. terkadang kita menanyakan mengapa hal2 buruk harus menimpa diri kita..namun yakinlah setiap kejadian yg kita lalui adalah garis hidup yg harus kita lalui yang mngkin saja memberikan pelangi buat hidup kita kedepannya.
Begitu juga dengan kehidupan Mutiara..yg sedari kecil harus menderita, memiliki ibu yg gila dan ayah yg sudah tiada. Namun berkat doa, jerih payah, usaha, kepintaran dan hati yang tulus menerima semua kehidupannya dengan ikhlas dan sabar semuanya akhirnya berakhir bahagia dan indah untuknya
Tentunya banyak hal yg dapat kita petik dari novel ini seperti ttg kasih sayang seorang nenek dan Bunda Adinda kpd cucu dan anaknya. Serta ketulusan hati mutiara dalam mnjalani kehidupannya
Terima kasih Kak Mai atas novelnya..ditunggu utk novel berikutnya.
Tetap semangat, sehat selalu dan sukses utk karya2nya...🙏
ini adiknya Mutiara akan seumuran sama anaknya dong 🤭🤭🤭
semoga bs mngikuti jejak Bastian dan Mutiara 🤭🤭
jgn kalah lahh..coba dekatin Tiffani
itulah buah dari kedengkian dan keserakahanmu..
dan alhamdulillah semua happy ending dengan pasangan'y masing", trimakasih banyak buat ka'Sarah yang telah membuat karya luar biasa ini banyak hikma yang di petik dari kisah MH banyak pelajaran hidup terutama PERJUANGAN, SABAR juga Keikhlasan... jangan menyerah dengan ke ada'n di saat qita berasa dalam titik terendah selalu berserah diri dan berpasrah kepada Allah...
trimakasih banyak ka'sarah di tunggu lagi karya" hebat mu tetep semangat dan sehat selalu ya🤗🤗🤗🥰🥰🥰🥰