WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>
___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.
Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh Element Mana Sihir
‧˚♪ 𝄞 :
...ᝰ.ᐟ...
Di sisi lain, Alourra tengah melangkah dengan tenang menuju ruang kepala akademi, menyusuri koridor panjang yang dipenuhi cahaya matahari sore yang menembus jendela kaca patri. Denting sepatu bot kulitnya bergema pelan di lantai marmer yang dingin. Sesampainya di depan pintu tinggi berukir lambang akademi, ia mengetuk perlahan, lalu mendorong daun pintu yang terbuka dengan derit lembut.
Di dalam ruangan luas bernuansa emas dan biru putih itu, berdirilah Graclle, kepala sekolah yang bijaksana dan disegani, membelakangi meja kerjanya, memandang jauh keluar jendela besar yang terbuka ke arah taman langit.
"Salam, kepala sekolah," Alourra menunduk sopan.
"Salam, Alourra," ujarnya, suaranya tenang namun tegas.
"Ada gerangan apa memanggilku ke sini, Kepala Sekolah?" tanya Alourra, sopan dan masih dibalut kebingungan.
"Ada aliran Mana sihir yang kuat dan berantakan di dalam dirimu," ujar Graclle sambil melangkah menjauh dari mejanya, mendekati jendela yang semilir anginnya membawa aroma mawar putih dari taman bawah.
"Begitu besar, dan akan sulit untuk kau kendalikan," lanjutnya, matanya kini menerawang jauh ke langit senja yang mulai berwarna keunguan.
"Apa kau tahu itu, Putri Alourra?" Graclle berbalik perlahan, sorot matanya menembus, menatap Alourra yang masih berdiri tegap namun bingung.
"Aku tidak tahu," ujar Alourra. "Apa itu berbahaya?"
"Sesungguhnya, sesuatu yang tidak bisa kita kontrol atau kita kendalikan tentunya akan menjadi sesuatu yang berbahaya, Alourra," ujar Graclle.
"Lalu, aku harus bagaimana?" tanya Alourra, suara lembutnya mulai dipenuhi kegelisahan.
"Apa kau merasakan sesuatu yang berbeda selama kau di sini?" tanya Graclle, seolah hendak menyingkap rahasia yang tersembunyi.
"Iya," jawab Alourra jujur.
"Katakanlah," perintah Graclle.
"Saat pertama kali aku menginjakkan kaki di sini, aku merasakan ada sesuatu yang menarikku. Aku memang merasakan ada sesuatu dalam tubuhku yang meronta seolah ingin keluar. Terkadang aku sendiri pun merasa aneh. Saat tidur, aku selalu merasakan ada yang tumbuh, terkadang mencium bau bunga, lalu tiba-tiba merasakan dinginnya air, padahal aku sedang sendiri dan tidak melakukan apa-apa," ujarnya.
"Duduklah, akan kujelaskan," ujar Graclle yang kini berdiri tegak di hadapannya.
Alourra menurut. Ia duduk perlahan di salah satu kursi kayu mahoni yang terletak di depan meja besar berkaki naga emas.
Tiba-tiba, Graclle mengayunkan tangannya. Sebuah sinar lembut melingkupi Alourra, membumbung ke udara lalu membentuk hologram berwarna biru muda yang berkilau di tengah ruangan.
"Lihat, dan perhatikan," ujarnya.
Dalam sekejap, bayangan kerajaan Eamora muncul di dalam pancaran hologram itu—gunung-gunung agung, istana bercahaya, dan aliran sungai sihir yang mengelilinginya.
"Ada tujuh elemen utama di alam semesta yakni Air, Api, Udara, Tanah, Cahaya, Kegelapan, dan Spirit/Jiwa. Namun, elemen Api dianggap sebagai bagian dari elemen kegelapan, atau bahkan terkutuk, karena dianggap hanya membawa kehancuran."
"Kau adalah keturunan kerajaan Eamora, yang disebut sebagai penguasa elemen Cahaya, anugerah dari Dewa Cahaya. Cahaya melambangkan kebaikan, menyinari, dan memberi harapan."
Tampilan hologram berubah. Kini muncul sosok-sosok dari berbagai ras peri hutan, elf, naga, bahkan ras malaikat bersayap perak.
"Pernikahan yang terjadi dari generasi ke generasi, antara berbagai ras yang memiliki elemen sihir yang berbeda-beda, telah melahirkan kombinasi sihir yang disebut elemen-elemen kebaikan, Air sebagai penenang, Udara sebagai penyejuk, Tanah Hijau sebagai kehidupan, Cahaya sebagai kebaikan, dan Spirit sebagai ketenangan jiwa. Kelima elemen ini terus mengalir dalam darah keluarga kerajaan Cahaya, dari generasi ke generasi."
Perlahan, pancaran hologram mulai memudar, meninggalkan jejak hangat di udara.
"Dan kini, Raja Altherick menikah dengan ibumu, Alora, dari ras malaikat—yang tentu memiliki kekuatan pemurnian," ujarnya dengan suara dalam yang mengandung makna besar.
"Kau adalah calon Ratu Eamora nantinya. Sangat penting bagimu untuk mempelajari sihir, dan membuktikan pada rakyatmu bahwa kau adalah seorang pelindung kerajaan," ujar Graclle.
"Apa kau mengerti, Alourra?" tanya Graclle lembut, namun penuh tekanan tanggung jawab.
"Aku mengerti. Lalu, bagaimana caraku mengendalikannya?" tanya Alourra. "Aku bahkan tidak tahu, ada tidak sihir itu dalam diriku!" lanjutnya sedih, matanya redup menatap lantai.
"Alourra, aku akan mengajarimu. Atas permintaan Duke Aelion," ujarnya, suara itu seketika menggetarkan udara.
"Ael? Memintamu?" tanya Alourra, tak percaya.
Graclle lalu menundukkan tubuhnya dalam-dalam, seolah memberi hormat yang telah lama tertahan.
"Salam, Yang Mulia Putri Alourra, Cahaya Kebaikan Kerajaan Eamora. Saya Graclle, sang penyihir," ujarnya dengan suara dalam dan penuh rasa hormat.
"Kepala sekolah, kau tidak perlu begitu," ujar Alourra, panik dan bingung akan perubahan sikap mendadak itu.
"Tidak, Yang Mulia Putri. Saya, Ael, Paul, dan juga Ela, telah lama bekerja di istana Eamora. Dan saya adalah penyihir kerajaan Eamora, dulunya."
Sontak, pengakuan itu membuat Alourra terkejut bukan kepalang. Dunia seakan berhenti sejenak di sekelilingnya.
"Ela juga?" tanyanya tak percaya, menoleh cepat ke arah Ela, gadis lembut yang sejak tadi berdiri di sampingnya. Ela hanya tersenyum tenang dan mengangguk mantap.
"Berikan tanganmu," pinta Graclle lembut.
Alourra menurut tanpa ragu. Begitu tangannya menyentuh tangan Graclle, sebuah lingkaran sihir ungu muncul di udara, melingkar indah di atas kulitnya. Graclle memejamkan mata. Alourra menahan napas, tak tahu apa yang tengah terjadi. Saat Graclle membuka matanya kembali, sorot matanya tampak sangat terkejut, jauh dari ekspresi biasanya.
"Ada apa, Graclle?" tanya Alourra, cemas.
"Kau akan melihatnya sendiri," jawab Graclle. Lalu, dari telapak tangannya, muncul Tujuh batu kristal berwarna-warni, melayang dan berputar membentuk lingkaran di udara.
Betapa terkejutnya Alourra saat melihatnya langsung di hadapan mata.
"Ini adalah batu kristal elemental," ujar Graclle.
"Warna biru muda adalah Air. Warna abu-abu transparan adalah Angin atau Udara. Warna hijau adalah alam. Warna emas adalah Cahaya. Warna perak adalah Spirit atau Jiwa. Dan warna putih adalah Pemurnian. Ini semua adalah elemen-elemen Mana sihir yang ada dalam dirimu, Alourra. Tetapi... ada satu yang tidak baik."
"A... Api," ujar Alourra gugup, tatkala melihat satu kristal berwarna merah menyala yang ikut berputar di antara yang lainnya.
"Iya," ujar Graclle pelan, lalu perlahan melepaskan tangan Alourra.
Alourra terduduk lemas di kursi. "Ba... bagaimana mungkin?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik, dibalut keguncangan.
"Alourra," panggil Graclle lembut, namun penuh ketegasan.
"Semua sihir yang ada di dalam dirimu saling menekan satu sama lain. Jika kau tidak bisa mengendalikannya, bisa jadi akan ada satu elemen yang mendominasi."
"Namun bersyukurlah," lanjutnya. "Ada elemen Pemurnian milik ibumu. Aku yakin, dialah yang selama ini menahan kekuatan Api agar tidak lepas kendali."
"Alourra, kau harus segera bisa mengendalikan kekuatanmu. Karena seiring bertambahnya usia, aliran manamu akan semakin besar dan kuat. Jika tidak, sewaktu-waktu elemen Api itu bisa meledak... dan menyakiti orang-orang yang kau sayangi!" ujar Graclle, suaranya mengeras, mencengkeram batin Alourra.
"Aku... aku tak ingin menyakiti orang-orang yang kusayang, Graclle," ujar Alourra, suara lirihnya pecah oleh perasaan bersalah yang mendalam, terlebih saat ia membayangkan Althea, adiknya terluka karena dirinya. Itu adalah ketakutan terbesarnya.
"Aku ingin menjadi ratu... yang bisa melindungi rakyatku," lanjutnya, sedih, namun suara itu kini mulai menunjukkan tekad yang bangkit dari luka.
Perkataan itu membuat Graclle tersenyum, ada rasa haru dalam sorot matanya.
"Aku akan mengajarimu," ujar Graclle mantap.