Rebecca Alveansa adalah seorang model cantik yang lagi naik daun. Karir yang bagus harus terhenti sejenak karena kejadian yang tak terduga.
Ia terjebak cinta satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya, sehingga membuatnya hamil dan melahirkan dua bayi kembar yang terpaksa ia rahasiakan keberadaannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah pria itu? Apakah sang bayi dapat bertemu dengan sang Ayah? Baca kisahnya hanya di sini ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRSM 35
Rebecca sedang membantu putranya untuk berkemas. Excel sudah siap untuk keluar dari rumah sakit. "Sayang, kamu harus duduk di kursi roda ya!" ucap Rebecca pada Excel.
"No, Mommy! Aku ingin jalan saja," sahut Excel menolak permintaan Ibunya.
Teresa pun ikut menegur cucunya. "Benar kata Mommy mu, Excel! Duduklah di kursi roda, kamu baru saja pulih. Tidak boleh kelelahan."
Mendapat bujukan dari dua orang membuat Excel menurut. Tak lama kemudian, Reigner masuk ke dalam ruangan. Dia telah selesai mengurus semua administrasi.
"Semuanya sudah selesai, Excel sudah boleh pulang," ucap Reigner pada Rebecca.
Rebecca langsung membantu Excel turun dari ranjang, kemudian duduk di kursi roda. Di belakang Evelyn sedang kesal. Di bawah tadi dia melihat seorang anak perempuan yang sedang melukis. Namun, ketika Evelyn mendekat anak itu justru mengusirnya.
"Daddy, belikan aku satu set kuas seperti anak tadi," ucap Evelyn merengek pada Ayahnya.
"Iya Daddy nanti akan beli untukmu, Manis. Tunggu Daddy ada waktu ya!"
"No, aku mau secepatnya Daddy. Hari ini juga," pinta Evelyn dengan raut wajah melas.
Rebecca hanya diam sembari melihat sifat manja Evelyn yang mulai kambuh. Sudah menjadi kebiasaan jika meminta sesuatu harus segera terwujud.
"Evelyn tidakkah kamu lihat sekarang situasinya seperti apa? Kakakmu harus pulang ke rumah dulu. Membeli sesuatu kan bisa lain waktu," tegur Rebecca pada putrinya.
Evelyn langsung terdiam ketika di tegur oleh Ibunya. Wajahnya langsung berubah jadi sedih. Melihat drama sang cucu membuat Teresa jadi sedikit kasihan. Lalu dia mencoba untuk menghibur cucunya.
"Evelyn Sayang, jangan bersedih ya! Nanti beli bersama Grandma. Kamu boleh pilih sendiri kuas mana yang kamu sukai," sahut Teresa pada cucu.
"Iya. Nanti beli sama Grandma ya, Honey! Soalnya Dad dan Mom setelah ini akan berangkat bekerja. Menurut ya!" jelas Reigner pada putrinya.
Evelyn hanya mengangguk dan akhirnya menuruti perkataan Ayahnya. Setelah itu mereka semua keluar dari ruangan untuk menuju ke parkiran.
Sesampainya di luar, Reigner segera membuka pintu untuk Excel. Setelah semua masuk, dia segera menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah. Di perjalanan pulang tidak banyak obrolan apapun. Hanya Evelyn yang masih dihibur oleh Neneknya.
Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di rumah, hanya membutuhkan waktu 25 menit saja. Sesampainya di halaman, Reigner segera keluar untuk membantu putranya turun dari mobil. Setelah keluar, Rebecca menggandeng tangan Excel untuk masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam, Paman Abrein dan juga Paulina menyambut kedatangan anak asuhnya. "Selamat datang kembali Tuan muda."
"Hai Kakek, hai Nenek," sapa Excel kepada keduanya.
"Aku sudah membersihkan kamar Tuan muda, Nona," ucap Paulina.
"Terima kasih Bi," sahut Rebecca.
Teresa melihat rumah yang ditempati oleh Rebecca dan kedua anaknya itu. Dia agak kurang suka karena begitu kecil. "Rei kamu yakin akan membiarkan mereka tinggal disini?" tanya Teresa pada Reigner.
"Kenapa Mom? Ini salah satu rumah rekomendasi dari perusahaan ku," jawab Reigner santai.
"Apa keamanan di sini terjamin?"
"Sangat terjamin Mom. Nanti kalau sudah saatnya kita boyong mereka ke rumah utama. Itu kan, yang Mom inginkan?" ucap Reigner menebak maksud Ibunya.
Teresa tersenyum. "Kamu memang selalu bisa mengerti apa yang Mom inginkan. Lakukanlah yang terbaik untuk mereka. Mom akan selalu mendukungmu," sahut Teresa dengan menepuk pundak Reigner.
"Mom tenang saja, akan aku taklukkan gunung es itu sebentar lagi."
Setelah itu mereka ikut masuk ke dalam kamar Excel. Sesampainya di dalam, Rebecca masih membantu putranya."Excel, setelah ini Mom akan berangkat bekerja. Jadi turuti apa kata Nenek dan Kakek. Jangan bandel ya!"
Excel menganggukkan kepalanya. Setelah itu dia merebahkan tubuh untuk istirahat kembali.
"Becca, Mom juga akan di sini mengawasi mereka. Kamu tidak keberatan kan?" seru Teresa dari belakang.
Rebecca menoleh dan tersenyum ramah."Silahkan Mom, rumah ini milik Mom juga. Jadi jangan berkata seperti itu."
"Iya terim kasih Nak sudah menerima Mom dengan baik. Oh ya kalian ke kantor berangkat bareng saja biar mempersingkat waktu. Ya kan Rei?"
Reigner menjawab dengan kikuk. "Emm, ya Mom. Kami akan berangkat bersama."
Rebecca menatap Reigner sejenak, lalu berkata, "Baiklah kita berangkat bersama. Tunggu aku bersiap-siap dulu!"
Setelah itu, Rebecca keluar dari kamar putranya. Reigner merasa senang karena sikap Rebecca yang sedikit melunak kepadanya. Sebelum pergi, Reigner juga berpamitan dulu pada kedua anaknya.
Excel mau menjawab perkataan Reigner meski sedikit canggung tapi Reigner dapat memakluminya. Sedangkan Evelyn masih saja merajuk karena keinginan yang belum terpenuhi. Sifat keras kepala kalau sudah keluar maka akan melebihi sang Kakak.
Setelah itu, Reigner keluar dari kamar si kembar. Dia menunggu Rebecca yang sedang bersiap-siap. Dia duduk di ruang tamu dengan bermain handphone. Tak lama kemudian, Rebecca muncul dan membuat pria itu terpesona.
"Ayo kita berangkat, aku sudah siap," seru Rebecca dengan menenteng tasnya.
Reigner menoleh dan tertegun sesaat. Dia takjub dengan apa yang dilihatnya. Rebecca pun salah tingkah dengan cara Reigner memandangnya. Dia berjalan turun dan menyadarkan pria itu. "Maaf Tuan, kalau anda tetap melamun disini saya akan pergi sendiri," ucap Rebecca pelan dengan melewati Reigner yang terpaku di tempatnya.
Ucapan Rebecca menyadarkan Reigner. Dia langsung tersadar dan mulai beranjak dari tempatnya. Mereka keluar dari rumah dan menuju ke mobil.
"Dimana remote mobil itu, aku akan memakai mobilmu hari ini," ucap Reigner berjalan di samping Rebecca.
Rebecca langsung mencari remote mobil di dalam tasnya. Setelah ketemu dia berikan pada Reigner. Sesampainya di halaman, mereka masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Reigner mulai mengemudi dan menjalankan mobil menuju ke R&M group.
Di perjalanan, Reigner dan Rebecca tidak saling berbicara. Akhirnya Reigner mencoba mencari topik pembicaraan. "Peluncuran produk terbaruku kali ini memakai konsep klasik. Jadi nuansanya agak sedikit berbeda."
Rebecca menghirup nafas dalam dan menjawab, "Tidak apa-apa, aku sudah mempelajari konsepnya. Jadi, aku akan melakukan yang terbaik."
"Oke, bagus kalau begitu."
Setelah Rebecca menjawab tak ada pembahasan lagi hingga mereka sampai di kantor. Rebecca turun dari mobil dan disambut oleh managernya.
"Nona, semua sudah saya persiapkan. Kita akan berangkat sebentar lagi," ucap Elley pada Rebecca.
"Baiklah, terima kasih Elley."
Rebecca masuk ke dalam kantor dan Reigner mengikuti dari belakang. Sengaja dia memberi jarak agar Rebecca nyaman dalam pekerjaannya.
Reigner masuk dan langsung di sambut oleh Edward. "Tuan variety show hari ini ada perubahan jam tayang. Acara akan dimulai satu jam lagi."
"Baiklah, apa kamu sudah mempersiapkan semuanya di ruangan ku?"
"Sudah Tuan, semuanya sudah siap," jawab Edward pada bosnya.
Setelah itu, Reigner masuk ke ruangannya untuk bersiap-siap.