"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 [ Berganti Kennan Yang Berani Menggoda ]
"Dalam data ini benar nyatanya Anaya itu Anaya yang dulu, tapi apa dan dengan tujuan apa dia kembali mendekati Reno sang mantan anak majikannya?"
Lalu Kennan terbayang-bayang kejadian masalalu Anaya, sejak dinyatakan mengandung tanpa jelas siapa ayah dari janin itu, Anaya dinyatakan meninggal secara tragis akibat kecelakaan bus, namun identitasnya yang tidak jelas hanya bisa dikenali lewat pakaiannya, akankah ...
"Apakah mungkin kembalinya Anaya mendekati Reno karena Reno ada hubungannya dengan Nina? Akankah kembalinya Anaya dia hanya bermaksud membalaskan dendam? Sekaligus memecahkan kasus yang hingga kini belum terpecahkan? Ataukah Nina ... dia aslinya darah daging Reno? Aku harus cepat menuntaskan masalah ini."
Kennan berjalan, ketika dia diruang tamu, ia melihat Nina bermain hanya seorang diri, dengan banyaknya boneka diatas lantai terlihat anak itu sangat riang gembira.
"Sayang ...kok sendirian saja mana Mama kamu?"tanya Kennan pada si kecil.
"Mama lagi beres-beres di Kamar Om, om mau menemani Nina?"tanya si kecil.
"Tentu dong sayang sini main sama Om."
Keduanya bermain, Kennan memperhatikan sekeliling, dirasa situasinya aman Kennan secara pelan mencabut rambut Nina, terdengar anak itu merintih sakit biarpun hanya sekilas.
"Kenapa sayang?"
"Tidak Om, tadi rambut Nina terasa sakit, tapi sudah baikan kok."
"Baiklah kamu main sendiri dulu ya Om ingat masih ada sesuatu yang harus Om kerjaan."
"Iya, Om."
Sesaat Kennan Memasuki kamar pribadi Nadia- adiknya, diatas nakas ia melihat dua sisir yang berwarna berbeda.
Satu warna pink yang jelas warna kesukaan Nadia, dan warna hitam yang jelas punya Reno, masih memperhatikan sekeliling dan dirasa kembali aman ia mengambil beberapa rambut yang tertinggal disisir hitam milik Reno, biarpun tak banyak, tapi Kennan lega ini masih bisa dites DNA.
"Berterima kasihlah pada Tuhan karena Tuhan sudah berada di pihakmu ... terima kasih ...terima kasih ...."
Buru-buru Kennan akan keluar, baru membalikkan badan ia dikejutkan dengan kehadiran Anaya yang muncul tiba-tiba.
"Apa yang kamu lakukan?"tanya Kennan panik.
"Harusnya aku yang tanya apa yang kamu lakukan dikamar adik kamu sendiri? Akankah ....."
Baru juga Kennan mau mencari kesempatan dalam kesempatan, terdengar langkah bersepatu perlahan menuju arah kamar ini, gelagapan Anaya dan Kennan panik tidak karuan, tidak memiliki pilihan lantaran keduanya sudah terpojok, Kennan menarik tangan Anaya dan keduanya pun malah terjebak bersembunyi dibawah ranjang tempat tidur Nadia dan Reno.
Posisi Anaya yang berada dibawah, dan Kennan diatas bisa dibilang mereka saling tumpang tindih, Anaya sedikit canggung dan ragu setiap kali kelepasan melirik Lelaki diatasnya, tapi berbeda dengan Kennan.
Lelaki itu malah tersenyum dengan puas, Anaya akan bangkit, Kennan sigap melarang keras sadar langkah sepasang suami-istri itu sudah memasuki kamar pribadinya.
"Sayang ...."
Reno memeluk Nadia dengan erat, dibelai bahkan diberikan kecupan berulang-ulang kali situasi ini membuktikan jika mungkin Reno sesungguhnya memiliki perasaan yang dalam terhadap sang istri, namun cintanya masih kalah dengan obsesinya yang tak cukup jika hanya mendapatkan pelayanan hanya satu seorang Wanita saja.
"Lihat dan dengar kamu salah sasaran kan? Reno sama sekali tidak mencintaimu...dia hanya mencintai Istrinya dan kamu tidak akan mungkin berhasil merusak hubungan mereka, ingat." Kennan membisikkannya.
Kejadian ini sangat tidak ia duga, tapi ia lega bisa menambahkan rencana baru dalam misi balas dendam nya.
"Tapi ada baiknya Reno memang benar-benar memiliki perasaan kepada Nadia ..., jika aku berhasil menjalankan rencana ini, di pihak ini hanya Reno yang menderita, sedangkan Nadia tidak! Kini tugasku selanjutnya aku harus mencari seseorang pengganti agar nanti Nadia tidak terlalu sakit hati mengetahui fakta ini, tapi gimana caraku akankah aku cari tau lewat lelaki ini?"
Anaya membatin, kini lirikannya berganti memandang Kennan yang sedari tadi terus menerus tersenyum kearahnya.
Tapi biarpun begitu ia tak nyaman, karena posisi dirinya dengan Kennan yang saat ini sangatlah intlm. Bahkan tak sekali dua kali Lelaki diatasnya nampak puas tak menunjukkan akan wajah takutnya jika mereka kepergok oleh Nadia ataupun Reno.
"Kenapa wajahmu memerah? Apa kamu merasa sangat malu bahkan gugup ketika kita saling tumpang tindih seperti ini? Ataukah kamu menginginkan jawaban atas tawaran kamu yang dulunya pernah kamu tawarkan padaku?"
Kali ini Anaya tak Mampu menyembunyikan kegugupannya, wajahnya sangat memerah menunjukkan arti jika ucapan Lelaki itu memang sangatlah benar.
Benar, memang dulu Anaya pernah sekali bermaksud menggodanya hanya untuk ia jadikan alat sebagai tamengnya, tapi setelah ia memikirkannya secara serius.
Ditambah mendengar arahan dan larangan Shinta, ia akhirnya memilih mundur tak mengunakan Kennan sebagai alat, namun sekarang bagaikan terjerat dalam jebakannya sendiri Anaya bingung cara mengatasi Lelaki ini.
Dan yang pasti biarpun mereka bersembunyi, mereka masih bisa saling ngobrol lantaran Nadia dan Reno masih bermain kuda-kudaan di kamar kecil, hanya suara erangan yang dihasilkan oleh keduanya dan bukanlah suara yang asing sadar antara Anaya ataupun Kennan bukanlah pemain pemula.
"Kenapa kamu sangat gugup melihat mereka saling bercumbu bibir? Akankah kamu juga ingin merasakan sama seperti yang kita lakukan pertama kali?"goda Kennan yang kian memancing Anaya.
"Jangan gila! Anda terlalu pede, sekarang aku minta menyingkir lah dari atasku ini terlalu menyiksa."
"Terlalu menyiksa atau kamu yang takut jika kita hilang kendali? Tidak ingin kah kamu merasakan apa yang sama dilakukan oleh mereka? Jujur jika ditanya bagian tubuh mu mana yang aku sukai? Aku mungkin akan langsung menjawab bibir, kamu tau apa alasannya?"goda Kennan lagi.
"Apa ini?"gumam Anaya yang kian panik dan cemas yang tak terkendali.
Bahkan keringat Anaya mulai timbul sadar ada sesuatu yang bergerak bagian bawahnya, ada sesuatu yang nampak bangun, tapi dari reaksi Anaya ia tau bagian apa itu yang bangun dikala waktu yang tak pas seperti ini.
"Kenapa gugup? Kamu yang membangunkannya tidak ingin kah kamu mempertanggung jawabkan perbuatanmu ini?"
Anaya mati kutu, ia pula terpojok, jika dikatakan pengoda dia mungkin sudah ahlinya, namun sekarang ...
"Jika aku tau akan seperti ini alangkah baiknya aku tidak masuk dan memergokinya,"batin Anaya menggerutu.
"Kenapa tidak menjawab?"
Kini tangan kekar Kennan pelan-pelan mulai membelai wajah Anaya, mengendusnya, Anaya semakin tak tertahan, berulang kali ia berusaha menahan, akhirnya ia kelepasan menelan salivanya.
"Benar kan kamu sudah gagal mengendalikan diri?"
Anaya sadar, tanpa aba-aba ia langsung menggigit hidung Kennan, Kennan kelepasan berteriak sontak Nadia dan Reno ikut terkejut, lirikannya kompak menyambar arah ruangan ranjang tempat tidurnya, keduanya pula beranjak menyusuri suara yang barusan mereka dengar.
"Siapa itu?"tanya Nadia.
"Kamu dengar kan ada suara?"tanya balik Reno, Nadia memberikan anggukan.
Wajah Anaya dan Kennan memerah, kali ini keduanya diselimuti ketakutan, siapa sangka akibat keteledoran Kennan, ia malah membuat ulah, langkah kaki keduanya kian mulai mendekati, pandangan Reno dan Nadia masih mengitari setiap ruangan, dan ...
"Kak Kennan?"batin Nadia.
Lirikan Nadia menyambar arah sepatu yang dikenakan seseorang yang kali ini sedang bersembunyi dibawah ranjang, untungnya hanya Nadia, sedangkan Reno masih sibuk mencari kearah lain.
"Apa yang dilakukan mereka dibawah sana?"batin Nadia menebak, ia juga melihat sepatu Wanita yang jelas ia tau siapa pemiliknya.
"Tunggu!" Nadia menghentikan langkah sang Suami.
"Ada apa?"tanya Reno heran.
Nadia melingkari pundak sang Suami, ia lalu mengajak suaminya memasuki kamar mandi.
"Kamu yakin disini?" Nadia mengangguk manja, Nadia mengunci sendiri kamar mandinya dari dalam, keduanya pun melanjutkan mainnya.
Anaya gelagapan keluar, akan pergi Kennan sempat-sempatnya meledek dan menarik pergelangan tangan Anaya hingga tubuh mungil itu terperangkap dalam Kungkungan tangan kekarnya, sontak Anaya melepaskan paksa dan keluar langsung dari kamar ini.
BERSAMBUNG
lanjut 🙏