TIGA PRIA DARI DESA

"Dia supir belagu yang kemarin aku ceritakan, Tante." terang Rio.

"Apa!" Pekik Sandra kaget. Tentu saja dia terkejut. Bagaimana mungkin ada pria setampan itu di rumahnya? Hati Sandra seketika bergejolak. Pikirannya melambung tinggi membayangkan sang supir yang baru saja dilihatnya.

"Kenapa? Tante tertarik?" ucap Rio curiga.

Seperti orang yang hampir ketangkap basah. Sandra langasung tergagap mendengar pertanyaan Rio. "Eh em, enggak lah, Ri. Masa aku tertarik sama supir."

"Baguslah." balas Rio lega.

Sebagai seorang simpanan tante tante, tentu saja Rio memiliki sisi khawatir. Dia takut tante Sandra mencampakkannya jika ada laki laki lain. Rio sih yakin, bagi tante, menjerat anak muda itu mungkin sangat mudah. Sandra punya uang, wajahnya cantik dan tubuhnye terawat. Pasti banyak pria yang tergiur kepadanya.

Bahkan saat pertama kali Rio berkenalan dengan Sandra juga dia merasa takjub. Sandra masih kelihatan muda walau sudah memiliki anak seusia Selin.

Dan dari kedekatannya dengan Sandra, Rio tahu kalau wanita itu penggila pria muda seusianya. Tak heran jika Rio khawatir akan dibuang karena Rio merasa selera Sandra mudah berubah jika sudah melihat yang lebih tampan.

Sementara di tempat lain, Selin asyik memilih beberapa baju untuk pria yang sedang berdiri canggung dan bingung di belakangnya. Selin memilih beberapa kemeja lengan pendek dan celana kemudian menyodorkannya kepada Jamal.

"Kenapa, Non?" tanya Jamal bingung.

"Cobain sana," perintah Selin.

"Cobain?" tanya Jamal semakin bingung dan Selin mengangguk. "Tapi, Non ... "

"Udah sana cobain," paksa Selin.

Jamal pun pasrah. Di ambilnya pakaian dari tangan Selin dan dia membawanya ke ruangan yang ditunjuk Selin.

"Gila! Mahal amat!" pekik Jamal pelan. Matanya membulat ke arah harga yang menggantung pada satu kemeja. tertera disana angka enam ratus ribu. Dengan malas Jamal pun mulai membuka bajunya dan berganti. Setelah satu baju dan celana menempel dibadannya, dia keluar sesuai perintah Selin tadi saat Jamal hendak masuk.

Mata Selin berbinar. Jamal semakin memukau dengan pakaian yang dia pilih. Bahkan kemeja itu sangat pas dan seakan mempertegas keindahan tubuh Jamal.

"Yang lain coba juga," titah Selin dan Jamal menurutinya.

Hanya ekspresi takjub yang Selin tunjukkan saat melihat Jamal mencoba semua pakaian yang dia pilih. Supirnya benar benar terlihat sangat berbeda. Dengan senang hati Selin pun membayar semua pakaian yang dia pilih.

"Jangan, Non. Itu terlalu mahal." cegah Jamal merasa tak enak hati.

"Tenang aja, aku yang bayar ini." balas Selin santai.

"Tapi aku yang nggak enak, Non. Nanti tuan tahu terus Non Selin dimarahin gimana?" keluh Jamal.

"Papah udah tahu, jadi nggak perlu khawatir ya?" kilah Selin. Sudah pasti dia berbohong. Tapi seandainya Tuan Gustavo tahu juga bukan masalah besar buat Selin, karena dia tahu papahnya gimana.

"Sekarang apa lagi yang ingin kamu beli? Mumpung kita disini?" tawar Selin begitu selesai melakukan pembayaran.

"Tidak ada, Non." jawab Jamal ragu.

"Yakin tidak ada?" tanya Selin memastikan.

Jamal pun sedikit berpikir untuk memastikan. Matanya juga memandang berkeliling ke area toko tersebut. Seketika mata Jamal berhenti pada satu tempat dimana ada patung pria di sebelahnya. Sekarang dia tahu apa yang mereka butuhkan. Dia menoleh ke arah Selin dan tangannya menunjuk ke tempat dimana barang yang di inginkan Jamal.

Mata Selin membelalak saat dia melihat ke arah yang Jamal tunjuk. Di sana tertulis dengan jelas "Underwear pria."

Sementara itu ketika hari mulai terik. Gustavo dibuat meradang di dalam kantornya. Kedatangan Sandra ke kantornya benar benar membuat pria itu selalu emosi.

Setelah tadi pulang dari Mall dan mengantar Rio, Sandra langsung melajukan mobilnya menuju kantor pria yang sebentar lagi akan jadi mantan suaminya. Entah apa yang dia pikirkan hingga kehadirannya saja selalu membuat amarah Gustavo menggelegar.

Dan saat ini, Sandra kembali dengan angkuh dan tanpa rasa malu menemui Gustavo diruang kerjanya.

"Sebenarnya mau kamu apa sih, San? Hah! Kita udah nggak ada urusan satu sama lain! Apa kamu benar benar nggak punya rasa malu sedikitpun?" ucap Gustavo lantang.

"Nggak, kita masih ada urusan. Dan aku mau, kamu segera memecat supir barumu itu," ucap Sandra penuh penekanan hingga Gustavo tercengang dengan permintaan konyol itu.

"Memecat bagaimana? Orang pekerjan dia baik, nggak ngecewaian." bela Gustavo.

Ya. Sandra ingin supir yang bekerja pada Selin dipecat oleh Gustavo. Tapi alasannya kali ini bukan karena Rio, alasannya karena Sandra yang mulai tertarik dengan supir tampan itu dan dia ingin supir tersebut bekerja untuk dirinya.

"Pokoknya pecat supir itu, atau aku beberkan rahasia kita!" ancam Sandra membuat Gustavo tercengang seketika.

...@@@@@...