CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak Paparazi!
Ternyata misteri tentang foto wanita berstiker monokorobo bukan hanya menghebohkan jagat dunia maya dan dunia gaib. Kali ini dunia nyata seputar perusahaan besar itu juga mendadak heboh.
Dan karena mendadak heboh, para staff yang tadinya cuma punya keahlian bikin laporan untuk perusahaan sekarang jadi punya bakat untuk jadi paparazi juga. Gimana enggak coba, kantin yang tadinya sepi sekarang ramai dengan satu titik di mana Dara sedang dikerubuti para paparazi dadakan berseragam batik.
Dara sudah gerah sekaligus lapar. Kembali terjadi adegan slow motion saat Dara harus mengibas-ngibas rambutnya yang tergerai indah, sekilas ia jadi mirip Anggun di iklan shampo Pantene. Apalagi setelah itu Dara tertawa ngakak kayak salah satu adegan dimana Anggun bilang:
"Jadi duta shampo lain? gkgkgkgkgkgkgkgkk"
Dara sudah kesal setengah mati karena tadi congor nya sudah dikelilingi handphone berbagai merk milik para karyawan, dari yang harganya paling murah sampe yang paling mahal tentu dengan angsuran setiap bulan alias belum lunas.
"Ra, lo harus kasih tahu ke kita-kita sebenarnya siapa wanita monokorobo yang ada di postingan atasan ganteng kita itu?"
"Ngapain kalian tanya aku? tanya aja Pak Bagas langsung." decak Dara kesal.
"Ya kan elo yang paling dekat sama dia sekarang, Ra. Maksud gue, lo pasti tahu sama siapa aja Pak Bagas telponan, atau janjian." desak salah satu paparazi dadakan itu.
"Nggak tau, pokoknya aku gak tahu. Lagian kita harus hormatin Pak Bagas karena dia juga sedang menjaga privasi istrinya." sahut Dara keukeh.
"Ya gak bisa gitu Ra, lo tahu kan di antara ratusan pegawai perempuan di sini semuanya naksir Pak Bagas. Kami harus tahu siapa kiranya perempuan beruntung sekaligus sial itu."
"Aduh.... aku gak tahu. Mending kalian tanya orangnya langsung lah." Dara mengibas-ngibaskan tangannya dan segera lari meninggalkan kerumunan.
"Dara, tolong jangan lari-lari. Kamu bisa menggemparkan gedung ini dengan getaran-getaran itu." ujar salah satu karyawan lelaki dengan nakal. Buat Dara membuka sepatu tingginya hendak memberi pelajaran pada lelaki yang sudah ngibrit masuk ke dalam lift sambil cengengesan itu.
Dara kembali ke ruangan dimana Bagas tengah tertidur. Ia jadi iba pada suami yang harus tetap masuk bekerja padahal sedang lemas setengah mati karena hampir kehabisan cairan karena dehidrasi akibat nasi goreng pedas mampus kemarin.
"Mas, masuk ke kamar aja yuk. Kamu tidur di dalem aja ya. Kamu pucat." Dara jadi cemas.
Bagas langsung merebahkan kepalanya di dada sang istri. Empuknya membuat Bagas merem melek tak terkendali. Ini kesempatan langka, ia harus memanfaatkan sebaik-baiknya!
"Iya nih, Dara. Aku kayaknya gak kuat lagi. Kamu harus temenin aku di saat-saat terakhir ya." ujar Bagas sambil melingkarkan tangannya di sepanjang pinggang ramping Dara, sementara kepalanya tetap berada di tempat favoritnya.
"Ih gak boleh ngomong gitu, emang kamu gak mau bikin anak sama aku? udah mau mati aja rupanya." sahut Dara yang tentu saja langsung disambut antusiasme yang sangat kelihatan dari Bagas.
"Sekarang aku tahu apa obatnya, Ra." desis Bagas penuh keyakinan.
"Apa Mas?" tanya Dara penasaran.
"Nyai!" jawab Bagas yakin seyakin yakinnya.
"Itu emang pengennya kamu aja ih!" Dara segera menjejalkan tisu ke wajah suaminya itu. Bagas jadi tergelak. Ia masih betah memeluk Dara di sofa dengan posisi enak seperti tadi.
"Nanti orang lihat loh Mas." bisik Dara sembari mengelus rambut gondrong suaminya itu.
"Biarin aja. Biarin mereka nyari tahu sampe tahu beneran." Bagas tergelak.
"Jahil banget kamu."
"Aku malah gak sabar pengen mereka nanti terkejut lihat kamu udah buncit karena hamil anak aku." Bagas tertawa ngakak. Dara mau tidak mau jadi tertawa juga.
"Ntar aku bilang apa ya kalo itu beneran terjadi?"
"Kamu bilang aja udah dihamilin buaya gondrong."
Dara tertawa kencang mendengar guyonan suaminya itu. Sekarang mereka memang bisa bermesra-mesraan sebab dua Tarzan sudah pulang satu jam yang lalu.
"Mas, kamu gak pernah kontek-kontekan sama Angel lagi kan?" tanya Dara masih dengan tangan aktif membelai kepala suaminya yang sedang bersandar manja.
"Enggak, Sayang. Aku gak peduli lagi sama dia. Kan udah ada kamu, lagian aku gak mau main-main lagi. Masa aku tega sama kamu yang udah aku ambil sarinya ini." goda Bagas membuat Dara tersenyum malu.
Tapi kemudian ia jadi teringat komentar perempuan yang memanggil Bagas Abang kemarin.
"Tapi..." Dara menghentikan kalimatnya.
"Kenapa, Ra? ada yang mau kamu tanya?"
"Ah enggak kok. Mas Bagas mau kita gini terus?" tanya Dara sambil menunduk memandang Bagas yang sudah membenamkan wajahnya di sana.
"Iya, aku mau tidur bentar. Kamu di sini aja temenin suami kamu ini." sahut Bagas dengan mata yang sudah mulai terpejam lagi.
Dara mendesah pelan, ia hanya bisa pasrah. Menuruti keinginan suaminya yang tiba-tiba jadi manja kronis ini. Untung hari jumat peraturan perusahaan tidak membolehkan adanya pertemuan meeting karena untuk kepentingan para karyawan yang harus melaksanakan solat jumat dan mendapat jam istirahat yang lebih panjang dari hari biasa.
Dara juga akhirnya jadi ketiduran bersama Bagas yang sudah terlelap duluan. Untungnya lagi, ia sudah mengunci pintu ruangan. Agar para paparazi dadakan tidak bisa sembarangan masuk.
Saat bangun, ia melihat Bagas masih betah memeluknya sambil bersandar seperti tadi. Nampaknya suaminya itu benar-benar lemas dan kehilangan tenaga. Dara iseng mengambil foto dirinya dengan Bagas yang masih tertidur lalu mengirimkannya di grup.
Gilaaaaaaaa! Dara aku mau juga! Foto yang langsung di serbu komentar itu membuat Dara tertawa cekikikan.
Pak Bagas manja betol! komentar Niar dengan emoticon tertawa.
Dara, jangan bilang kamu sudah ternodai? komentar itu datang dari Bayu dengan emoticon sedih.
Aku gak terima, aku harus bikin perhitungan! Angga menimpali.
Woi tai kukunya Pak Bagas, mau bikin perhitungan apa? yang ada juga kamu yang dipecat. balas Vira dengan emoticon sebal.
Sesi berbalas komentar itu membuat Dara tidak sadar bahwa Bagas sudah bangun karena Dara tertawa dan itunya jadi berguncang manja.
"Gue suka nih gempanya begini. Menggemaskan." celetuk Bagas membuat Dara menunduk lalu memencet hidung mancung suaminya.
"Udah bangun kamu, aku kirain masih tidur."
"Aku kebangun karena ada gempa. Getarannya sampai ke bawah sana." tunjuk Bagas pada Jeki.
"Ih dasar mesum." Dara menjejal muka Bagas dengan bantal sofa.
Keduanya bercanda, Bagas menggelitik perut Dara membuat istrinya itu tidak sanggup lagi tertawa. Bagas senang melihat Dara yang ceria. Rasanya ia sekarang sudah jatuh cinta betulan pada perempuan berkacamata itu. Besok Bagas mau bawa bunga mawar sekebon untuk diberikan kepada Mama dan Papa karena telah memaksanya menikahi Dara yang ternyata cocok di hatinya.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.