Ayah kandung yang tega menjadikan putra keduanya bayang-bayang untuk putra pertamanya. Menjerumuskan putra kedua menuju lembah kehancuran yang menimbulkan dendam.
Ayah dan saudara yang di cari ternyata adalah sosok manusia namun tak berperasaan. Sama seperti iblis yang tak punya hati.
"Rahmat Rahadian"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Syantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DENDAM MARCO!
“Apa? Cari sampai ketemu!” perintah Dean.
Sam dan Jack yang melihat wajah Dean berubah pucat, menjadi saling pandang.
Mereka bertiga tidak tidur malam itu, dan menghabiskan waktu dengan minum-minum. Jadi begitu Erick menelpon, Dean langsung mengangkatnya.
“Ada apa kak?” tanya Sam dan Jack serempak.
“Ada penyusup yang membebaskan Marco!” timbal Dean dengan gusar.
“Apa!?” pekik Sam dan Jack. Mereka tak kalah terkejutnya dengan Dean.
“Kita harus segera ke markas!” ujar Jack, ia segera menaiki anak tangga rumah itu. Menemui Mayang yang sedang tertidur pulas.
Cekrek.. Jack membuka pintu kamar dan berjalan perlahan mendekati Mayang. “Maafkan aku, aku harus pergi malam ini. Aku berjanji akan secepatnya kembali,” Jack mengecup kening gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.
Jack pun meninggalkan sepucuk surat untuk istrinya, agar setelah bangun. Mayang tak mencarinya. Setelah itu, ia segera turun kelantai bawah dan bergegas pergi.
“Kau harus tetap tinggal, Jack!”
“Tidak! Aku tidak bisa tetap di sini, aku harus menemukan Marco, jika tidak! Semua rencana kita akan gagal!” Jack keluar dari Apartemen itu lebih dulu.
Tanpa menunggu Dean dan Sam, Jack segera menancap gas mobilnya menembus jalanan yang lengang dan sepi itu.
“Ckk.. Sulit sekali menebak sikap manusia yang berpribadian ganda seperti Kak Jack,” guman Sam.
“Apa yang kau katakan, Sam?”
“Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa!” sahut Sam.
Setengah jam kemudian, mobil Jack telah sampai di depan gedung besar yang berada di pinggiran kota itu. Tepatnya di sebuah hutan yang di keliling pohon besar dan juga lahan ilalang.
“Tuan Jack.!” Erick, Iwan dan anggota Klan Dragon yang lain segera mendekati Jack yang turun dari mobilnya dengan wajah memerah menahan amarah.
“Apa saja kerja kalian?” bentak Jack setelah turun dari mobilnya.
“Maafkan saya, Tuan. Saya sudah lalai dalam menjalankan tugas, saya siap menanggung resikonya,” Erick hanya bisa menundunduk dan mengakui kelalaiannya.
“Di mana Joe dan Argo!?”
“Mereka pergi sejak kemarin sore, dan belum kembali sampai saat ini, Tuan!” jawab Erick.
“Bodoh!” buk.. Jack memukul Erick hingga jatuh tersungkur.
“Kalian semua tidak becus!” maki Jack.
Dean dan Sam yang tertinggal oleh Jack, kini telah tiba di markas itu. Keduanya turun dengan tergesa-gesa, Sam yang tidak berhati-hati, harus menahan rasa sakit di kakinya akibat tersandung tunggul kayu (bongkol bekas potongan kayu).
“Alamak..!” pekik Sam tertahan.
“Ada apa, Sam?” tanya Dean yang tidak melihat hal itu, karena memang hari masih cukup gelap.
“Kaki ku, pecah. Kak,” ringis Sam.
“Dasar cengeng!” maki Dean, “Cepatlah, jangan membuat keadaan semakin buruk.”
Dengan tergesa, Sam kembali melangkahkan kaki nya yang terluka dan bahkan mengeluarkan cairan berwarna merah itu menuju markas.
.
.
.
“Ada yang datang.!” Teriak penjaga pos satu.
“Segera lapor pada, Ketua!” perintah penjaga yang lain.
Salah satu dari penjaga pos itu segera berlari, menemui ketua mereka.
“Lapor, Ketua! Ada beberapa orang yang datang dari arah timur,” kata penjaga itu pada ketuanya.
“Dia sudah tiba,” guman ketua itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Kenzo. Ketua Klan Tiger.
“Buka gerbangnya, biarkan dia masuk!” perintah Kenzo.
Penjaga itu, segera kembali menemui rekannya. Dan membuka gerbang masuk markas itu.
“Silahkan!” mereka mempersilahkan Marco masuk kedalam markas.
Kini Marco tengah berdiri di hadapan Kenzo, “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Kenzo yang di tatap oleh Marco merasa risih.
“Aku punya mata!” jawab Marco.
“Cih, sudah mau mati. Masih saja berlagak angkuh!”
“Aku di utus sese-“
“Aku sudah tau, kakakku yang mengutusmu kemari,” Kenzo menyela perkataan Marco. “Pergilah ke lantai atas, bersihkan tubuhmu yang bau itu. Aku mata dan hidungku sakit melihat dan mencium aroma tubuhmu!” Kenzo menutup mulut dan hidungnya serta memejamkan matanya.
“Sialan!” umpat Marco.
“Tunjukan tempatnya!” perintah Kenzo kepada anak buahnya.
Anak buah Kenzo itu, segera mengatakan Marco menuju lantai atas.
Marco segera mengikuti anak buah Kenzo itu, lalu membersihkan tubuhnya yang begitu kotor dan bau.
Di dalam kamar mandi, Marco memandangi wajahnya di cermin. “Sialan! Kenapa wajah ini harus sama!” umpat Marco. “Aku akan membalas semuanya, membalas semua rasa sakit ini pada wanita yang tidak berperasaan itu. Dia harus mempertanggung jawabkan semua dosanya karena telah mencampakkan aku! Aku akan membalas semuanya kepada Rahmat, karena dialah, ibuku mencampakkan aku!”
Kenapa? Kenapa Marco membenci ibu dan saudaranya? Siapa yang salah di sini? Apa yang tidak di ketahui Marco tentang ayahnya?
Satu jam kemudian, Marco turun dari lantai atas gedung yang di jadikan Klan Tiger sebagai markas itu.
“Aku harus segera kembali,” kata Marco yang sudah berada di ruangan Kenzo.
“Kau tidak bisa kembali!”
“Kenapa? Aku harus menemui papaku dan mengatakan segalanya,”
“Tidak semudah itu, Brahma tidak akan percaya padamu untuk saat ini. Karena ada Jackson yang menjadi dirimu di sisinya.” Jelas Kenzo.
“Sial!” umpat Marco. “Aku akan menghabisi bajingan itu, dia tidak hanya merebut ibuku tapi juga ingin merebut papaku!” dada Marco kempang kempis menahan gejolak amarah di hatinya.
“Tenang lah, kita susun rencana. Baru bertindak,” kata Kenzo dengan santai.
“Aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi, Bajingan itu tidak boleh lebih unggul dariku!”
“Kita tunggu kakakku kembali, baru susun rencana,”
Marco terdiam, ia mencoba meredam gejolak amarah yang ada di hatinya.
“Ternyata, otak anak ini sudah di cuci oleh Brahma. Sehingga ia tidak bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah, akan ada perang saudara yang menarik untuk di tonton.” Batin Kenzo.
.
.
.
“Hoam..” Mayang yang baru membuka matanya, kembali menguap. Matanya sangat enggan untuk di buka.
“Kemana dia?” guman Mayang sambil menyapu seluruh ruangan kamar dengan pandangan matanya.
Pandangan mata Mayang berhenti pada selembar kertas yang ada di atas nakas.
“Aku pergi, ada pekerjaan yang harus ku urus secepatnya. Aku akan segera kembali, aku mencintaimu. Ku mohon maafkan aku, aku sengaja tidak membangunkan tidurmu karena tidak ingin mengganggu.”
“Selalu seperti ini,” guman Mayang. “Tapi setidaknya, ada sedikit perubahan. Ia meninggalkan pesan untukku,” Mayang tersenyum, ia sadar, Jack tidak akan berubah sepenuhnya dengan cepat.
Tidak ingin berlarut-larut memikirkan kepergian Jack, ia pun segera pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Di hatinya tetap percaya, bahwa Jack akan segera kembali.
Note: Sebenarnya, Perasaan Marco tidak begitu jauh berbeda dengan Jackson. Mereka sama-sama menyimpan dendam. Hanya saja, Marco tidak tahu, siapa yang bersalah sebenarnya. Pencucian otak yang selama ini di lakukan oleh Brahma, telah membuat hati dan perasaan Marco mati untuk ibu dan saudaranya!