Hidupku yg sempurna berubah 180° berkat perselingkuhan ayahku. Aku yg dulu hidup bagai tuan putri kini harus bekerja keras mencari nafkah demi kelangsungan hidupku, belum lagi ibuku yg jatuh sakit pasca perceraian. Bagaiamana aku harus bertahan??
#HowtoFight??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.28 Air mata
Hari itu Margaret tidak bisa berhenti menangis. Air matanya terus jatuh meski sudah ia coba tahan. Hari itu juga Chyntia dimakamkan di negara tersebut. Dan semuanya telah disiapkan oleh Chyntia seolah tahu waktunya tak banyak lagi.
"Mama bahkan sudah menyiapkan segalanya sendiri.." ucap Margaret.
"Margie, ibumu memang sudah menyiapkan ini sejak lama. Dia tak mau merepotkanmu." ucap Theresia.
"Rupanya begitu." ucap Margaret.
Setelah semua urusan di rumah sakit selesai, ibunya dimakamkan di sebuah pemakaman umum yang telah dipesan dari jauh-jauh hari. Margaret hanya perlu mengurus beberapa berkas dan semuanya langsung beres.
Di depan batu nisan sang ibu, Margaret menangis lagi dan dan berpamitan untuk terakhir kalinya.
"Mama, sekarang mama sudah tidak sakit lagi, mama bisa istirahat dengan tenang. Aku akan hidup dengan baik, jadi mama jangan khawatir." ucap Margaret di depan batu nisan sang ibu.
Rasa sedih kehilangan yang begitu mendalam, membuatnya tak bisa berpikir dengan jernih. Bahkan dirinya tak sempat mengabari Kevin atau Beni. Margaret duduk di sebuah bangku taman yang ada di pemakaman tersebut. Dirinya terdiam dan merenungkan apa yang terjadi saat ini. Belum siap rasanya Margaret untuk pulang ke rumah.
Tiba-tiba sebuah panggilan telepon pun berbunyi dan membuyarkan lamunannya.
"Tuan Kevin.." gumamnya.
"Iya tuan.." jawab Margaret.
"Sekarang kau ada dimana?" tanya Kevin.
"Aku di pemakaman Xxx.." jawab Margaret.
"Pemakaman??" tanyanya terkejut.
"Maaf tuan, aku tak sempat mengabari, ibuku meninggal hari ini." ucap Margaret dengan air mata di pipinya.
"Begitu rupanya, aku bisa mengerti." ucap Kevin.
"Sekali lagi maaf tuan, aku belum bisa masuk kerja selama beberapa hari." ucap Margaret.
"Aku mengerti, aku akan segera kesana." ucap Kevin.
"Baik tuan." ucap Margaret lesu.
Kevin langsung memberitahu Beni dan mereka segera mendatangi Margaret di pemakaman tersebut. Dengan memakai setelan hitam keduanya datang ke pemakaman ibu Margaret.
"Kami turut berduka cita Margaret, aku pribadi mengatakan bela sungkawa atas kejadian yang terjadi padamu." ucap Kevin.
"Terimakasih tuan." ucap Margaret dengan mata sembab.
"Margaret, aku turut berduka cita." ucap Beni.
"Terimakasih pak." jawab Margaret lirih.
"Aku tahu ini pasti berat bagimu, aku akan memberimu waktu berduka selama 1 minggu." ucap Kevin.
"Baik tuan." ucap Margaret.
"Istirahatlah dan tenangkan pikiranmu, baru kau bisa kembali bekerja." ucap Kevin.
"Iya tuan terimakasih." ucap Margaret sambil terus menghapus air matanya.
Kevin dan Beni melihat kesedihan yang teramat dalam pada Margaret. Mereka berharap, Margaret bisa melewati tragedi ini dengan tabah dan kembali seperti sedia kala. Apalagi matanya sudah merah dan sembab karena tak bisa berhenti menangis.
Cukup lama mereka berada di pemakaman dan banyak orang kenalan dan keluarga Margaret datang kesana. David pun belum mengetahui kabar ini jadi dirinya tak datang pada hari itu.
Setelah cukup lama berada disana, Kevin dan Beni hendak berpamitan pulang dan mendekati Margaret . Margaret yang sudah pucat berusaha untuk tetap berdiri tegap menerima para pelayat yang datang.
"Margaret kau baik-baik saja?" tanya Kevin.
"Iya tuan, aku hanya lemas." jawab Margaret.
"Kami mau berpamitan, kebetulan masih ada pekerjaan." ucap Kevin.
"Iya tuan, terimakasih banyak sudah datang." ucap Margaret.
"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Kevin saat Margaret mengantar kepergian mereka.
"Iya, hanya sedikit lelah."
"Wajahmu sangat pucat.." ucap Kevin.
"Benarkah?" tanya Margaret.
"Iya.. sebaiknya kau pulang dan istirahat, para pelayat juga sudah tidak ada." ucap Kevin.
"Iya tuan.." ucap Margaret mulai pusing.
Pandanganya mulai kabur dan pendengarannya mulai menghilang, hingga Margaret tak bisa mendengar suara apapun dan terjatuh karena pingsan.
"Margaret.." ucap Kevin dan Beni.
Kevin menangkap Margaret dan menggendongnya. Theresia pun mendekat dan terkejut melihat kondisinya.
"Maaf tuan, Margaret pingsan tiba-tiba.. Sebaiknya kita ke rumah sakit." ucap Theresia.
"Tapi anda siapanya Margaret?" tanya Kevin.
"Aku teman ibunya, Selama ini Margaret tinggal denganku." ucap Theresia.
"Kami akan membawanya ke rumah sakit S, anda bisa menyusul setelah urusan disini beres." ucap Kevin.
"Baiklah, tolong jaga Margaret." ucap Theresia.
"Tentu." jawab Kevin.
"Beni ayo cepat, buka pintunya." ucap Kevin.
Beni pun membukakan pintu mobil mereka dan membantu Kevin membawa Margaret ke rumah sakit. Margaret yang sudah tak sadarkan diri dibawa ke rumah sakit S untuk mendapatkan perawatan. Setibanya disana, dokter langsung memeriksanya. Setelah itu, dokter menjelaskan kalau Margaret kelelahan, melewatkan jam makan dan syok. Kevin pun menjelaskan kalau ibunya baru meninggal dunia hari ini, jadi wajar jika Margaret syok.
Dokter yang mendengarnya pun meminta Kevin untuk menyuruh Margaret beristirahat jika dirinya sudah sadar. Tubuhnya saat ini sedang lemah karena syok berat. Akhirnya Kevin menjaga Margaret di rumah sakit dan menyuruh Beni kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Theresia pun datang tak berapa lama kemudian. Dirinya dan Kevin menjaga Margaret, hingga panggilan telepon membuat Theresia pergi karema ada pasien yang membutuhkannya.
"Maaf tuan, tolong jaga Margaret. Aku ada panggilan dari pasien." ucap Theresia.
"Baiklah." ucap Kevin.
"Terimakasih tuan, aku permisi." ucap Theresia.
"Iya." jawab Kevin
Begitulah akhirnya Kevin menjaga Margaret yang sedang tak sadarkan diri. Sesekali Margaret bergumam dan memanggil nama ibunya.
"Mama.." gumamnya.
"Dia sudah tenang sekarang, kau harus istirahat." ucap Kevin.
Kevin melihat keringat yang menetes di dahi Margaret dan mengusapnya dengan lembut. Dirinya merasakan bagaimana menderitanya Margaret karena kepergian sang ibu. Bahkan hatinya ikut sakit melihat kondisinya.
"Apa ini? Kenapa aku ikut menderita melihatnya menderita.??" gumamnya dalam hati.
Begitulah, hingga beberapa jam kemudian Margaret sadarkan diri.
"Ugh.. Mama.." ucapnya lalu membuka mata.
"Kau sadar juga akhirnya." ucap Kevin.
"Tuan Kevin.. Ini.. dimana?" tanyanya.
"Kau pingsan tadi, jadi aku membawamu kemari, lalu Theresia tidak bisa menjagamu karena harus bekerja." ucap Kevin.
"Terimakasih tuan, maaf sudah merepotkan." ucap Margaret.
"Kau memang merepotkan, aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." ucap Kevin.
Setelah itu, dokter datang dan memeriksa kondisinya. Lalu Margaret diberi makanan agar tubuhnya memiliki tenaga.
"Makanlah dengan benar, jangan sampai merepotkan orang lain." ucap Kevin.
"Baik tuan, jika tuan sibuk, anda sudah bisa pergi, aku bisa menjaga diriku." ucap Margaret.
"Kau mengusirku?? Aku sudah membawamu dan menjagamu sekarang kau mengusirku?" tanya Kevin.
"Bu-bukan begitu, aku hanya merasa tak enak pada anda yang menjagaku selama ini." ucap Margaret.
"Ehh.. Dia kenapa sih?" gumam Margaret dalam hati.
"Kalau begitu, makan dan habiskan baru aku pergi." ucap Kevin.
"Baik tuan." jawab Margaret.
Margaret pun makan bubur tersebut dan menghabiskannya karena tak mau merepotkan Kevin lagi. Lalu setelah melihat Margaret menghabiskannya Kevin tersenyum.
"Istirahatlah, aku akan pergi sekarang." ucap Kevin.
"Baik tuan, terimakasih." ucap Margaret.
Kevin pergi meninggalkan Margaret setelah Theresia mengabari akan tiba sebentar lagi. Dirinya baru merasa lega setelah melihat Margaret sadar dan menghabiskan makananya.
"Wanita itu sungguh membuatku khawatir.." gumamnya di dalam mobil.
...----------------...