Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
Ucapan Stella membuat Jessica jadi sangat gelisah sekarang.
"Apa maksudmu?! Di mana Felix sekarang?" Secepat kilat Jessica mendekat sambil melayangkan tatapan tajam.
Stella tersenyum sinis. "Astaga anak ini, mana kutahu," ucapnya lalu melengoskan muka. Wanita itu pergi dari situ dengan sangat cepat.
Meninggalkan Jessica menatap kepergian Stella dengan menggeram rendah. Detik selanjutnya kepanikan tergambar di wajahnya. Tanpa pikir panjang Jessica bergegas masuk ke kamar Felix. Yang ternyata ruangan dalam keadaan kosong sekarang.
Semakin resah Jessica dibuatnya. Setelah itu Jessica masuk kembali ke kamarnya hendak mengambil ponsel dan menghubungi Felix.
"Ayo angkat Felix, di mana kau?" Jessica mondar-mandir di kamar.
Namun, panggilan tak juga diangkat. Seolah-olah sang pemilik nomor tersebut tidak mau diganggu. Jessica tiba-tiba menghentikan langkah.
"Sebaiknya aku ke kantor saja, mungkin Felix saja ada di sana, tenanglah Jessica Stella hanya ingin menakut-nakutimu." Jessica segera tersadar berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya hatinya amat gelisah.
Dia kemudian berlari kencang menuju kamar mandi hendak mandi sebentar sebelum mendatangi perusahaan.
Benar saja, Felix memang berada di kantor pribadi Aiden saat ini. Sudah hampir tiga puluh menit, suara pukulan menggema di ruangan. Suasana di dalam sangat mencekam. Pria bertubuh kekar sedang melampiaskan kemarahannya pada seseorang.
Di sudut ruangan, Emmet menunduk dalam kala melihat Aiden melayangkan pukulan di tubuh Felix bertubi-tubi sekarang.
Aiden kembali melayangkan pukulan di wajah Felix.
Bugh!
Felix hanya diam saja, dari tadi hanya menundukkan kepala sambil menahan rasa sakit yang terus menjalar ke seluruh badannya.
Wajah Felix tampak lebam-lebam dan sedikit membiru. Tidak hanya itu, pelipis bagian kanan pun mengeluarkan darah sedikit sekarang.
Felix tak berani melawan, dia tahu dirinya salah karena telah melanggar perjanjian kontrak kerja. Tadi pagi, ketika mendapat pesan dari Aiden untuk segera ke kantor, dia sudah tahu akan ada masalah besar menerpanya. Felix akan mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri. Meskipun harus terluka, demi wanita yang dia cintai.
"Bukankah sudah kukatakan, kau harus fokus dengan tugasmu! Mengapa kau malah bermain api dengan anakku hah! Apa kau lupa?!" pekik Aiden dengan mata melotot keluar.
Napas Aiden memburu, foto-foto yang dikirim Stella tadi pagi, membuat amarahnya langsung memuncak. Beberapa foto di mana Felix sedang mencium Jessica.
"Kenapa kau diam, sialan! Cepat jawab aku!" jerit Aiden lagi merasa bodoh karena sang lawan tak memberi reaksi.
Dengan napas terengah-engah, Felix perlahan mengangkat kepala. "Saya tidak lupa Tuan, saya minta maaf, ini memang salah saya, tapi saya tidak bisa menampik kalau memang mencintai putri –argh!" Felix tersentak tatkala Aiden melayangkan pukulan tepat di ulu hati sekarang. Felix langsung terbatuk-batuk mengeluarkan darah.
"Bedebah! Pria sepertimu berani sekali mencintai putriku hah?!" Dengan mata melotot keluar Aiden kembali menyerang Felix.
"Tuan Aiden hentikan!" Emmet tampak panik, segera mendekat. Dengan sekuat tenaga dia menarik tangan pria itu, menahan Aiden agar tak menyerang lagi.
"Diam kau! Lepaskan aku! Aku harus memberi pria tidak tahu diri ini pelajaran! Berani-beraninya dia mencintai putriku, Jessica hanya boleh menikah dengan pria terpandang!" seru Aiden masih sorot mata menyala-nyala.
Felix tiba-tiba menyeringai tipis. "Maksudnya Tuan Mike, pria bermuka dua itu kah yang Tuan maksud, saya tidak setuju jika Tuan mau menikahkan Jessica dengan Mike," sahut Felix, sorot matanya tak menunjukkan adanya ketakutan.
Sontak perkataan Felix, menyulut emosi Aiden sampai ke puncak ubun-ubun kepala sekarang. Aiden naik pitam.
"Siapa kau, berani sekali kau mengatur-atur aku! Mike pria baik-baik dan memiliki latar belakang yang jelas! Sementara kau hanya anak yatim piatu!"
Emmet tak berhasil menahan tangan Aiden lebih lama. Secepat kilat Aiden mengangkat tangan ke udara hendak melayangkan pukulan lagi ke wajah Felix. Akan tetapi, saat Jessica masuk ke ruangan dalam keadaan wajah basah, gerakan tangannya seketika terhenti.
"Hentikan, jangan sakiti Felix, Pa! Jika Papa benar-benar menyayangiku, jangan sakiti dia! Aku mencintai Felix Pa, aku mencintainya! Aku mohon hentikan semua ini!" Dengan air mata mengalir, Jessica segera berdiri di depan Felix sambil membentangkan kedua tangannya.
siapa pulak itu yang datang