1. Terjebak dalam Siklus Kematian & Kebangkitan – Tokoh utama, Ning Xuan, berulang kali mati secara tragis dimangsa makhluk gaib (berwujud beruang iblis), lalu selalu kembali ke titik awal. Ini menghadirkan rasa putus asa, tanpa jalan keluar.
2. Horor Psikologis & Eksistensial – Rasa sakit saat dimakan hidup-hidup, ketidakmampuan kabur dari tempat yang sama, dan kesadaran bahwa ia mungkin terjebak dalam “neraka tanpa akhir” menimbulkan teror batin yang mendalam.
3. Fantasi Gelap (Dark Fantasy) – Kehadiran makhluk supranatural (beruang iblis yang bisa berbicara, sinar matahari yang tidak normal, bulan hitam) menjadikan cerita tidak sekadar horor biasa, tapi bercampur dengan dunia fantasi mistis.
4. Keterasingan & Keputusasaan – Hilangnya manusia lain, suasana sunyi di kediaman, dan hanya ada sang tokoh melawan makhluk gaib, mempertegas tema kesendirian melawan kengerian tak terjelaskan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ijal Fadlillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Kitab Iblis Langit
Di tengah rasa sakit yang menusuk tulang, tiba-tiba benak Ning Xuan bergetar. Ia segera mengubah arah belatinya yang semula hendak menebas beruang iblis, lalu dengan cepat menusukkannya ke tubuhnya sendiri.
Dalam sekejap itu, sebaris tulisan merah darah muncul di depan matanya.
【Sepuluh banding tiga】
Crat!
Belati menembus tenggorokannya.
Sakit.
Tapi rasa sakit itu masih jauh lebih ringan dibandingkan ketika dirinya dilahap hidup-hidup oleh beruang iblis.
Dengan satu putaran yang tegas, belati itu memotong lehernya semudah pisau memotong tahu.
Ia rebah di tanah, darah segar mengalir deras dari luka di lehernya. Kesadarannya perlahan memudar.
Namun, saat matanya kembali terbuka, ketenangan justru menyelimutinya.
Tangannya refleks menyentuh leher. Utuh, tanpa luka sedikitpun.
Ia mendapati dirinya kembali terbaring di atas ranjang, menatap kelambu putih yang menjuntai, lalu perlahan duduk bangkit.
Di dalam ruangan, segalanya tetap berwarna kelabu.
Ia bergumam lirih “Bunuh diri memang bisa berhasil… setidaknya bisa meringankan penderitaan dari gigitan beruang iblis itu.”
“Tapi… apa maksud dari ‘sepuluh banding tiga’ itu?”
Setelah terdiam sejenak, ia segera berlari keluar kamar menuju barak para pengawal. Ia mengambil belati dan sebilah pedang panjang, lalu tanpa ragu menempelkan belati itu ke lehernya lagi.
—--
Tulisan merah kembali muncul:
【Sepuluh banding empat】
Lalu setelahnya, muncul kalimat kecil:
“Jika setelah tujuh kali berikutnya masih gagal, akhir akan terkunci. Mimpi buruk ini takkan pernah berakhir.”
Barulah Ning Xuan mengerti. Angka sepuluh adalah jumlah maksimum putaran hidup-mati yang ia miliki. Sedangkan angka empat menandakan ia kini sudah menjalani empat kali siklus kematian. Setiap kali ia hendak bunuh diri, tulisan itu muncul untuk memperingatkannya agar tidak gegabah.
Sekelebat rasa putus asa langsung menyelimuti hatinya.
Bagaimana mungkin ia bisa menemukan cara untuk berhasil hanya dalam tujuh kali percobaan tersisa?
“Setidaknya… aku harus bisa melukai beruang iblis itu dulu.”
Ia membatin, lalu melambaikan pedang panjang di bawah sinar bulan.
Awalnya, gerakannya kaku, berat, dan tumpul. Namun tak lama, gerakan itu berubah lincah. Hingga dalam satu tebasan, pedang memancarkan kilatan cahaya bagai salju yang beterbangan, lalu berbalik dengan lengkungan indah layaknya seekor burung layang-layang yang menari di udara.
Itulah jurus pedang ‘Yanzi Zhui Feng Dao’ “Pedang Layang-Layang Mengejar Angin”.
Dulu, ketika pertama kali menyeberang ke dunia ini, Ning Xuan pernah menduga bahwa dunia ini mungkin menyimpan kekuatan supranatural. Ia pernah mengejar dan mencari, namun hasilnya nihil. Karena itu, ia sempat menenggelamkan dirinya dalam dunia seni bela diri, bukan untuk jadi pendekar besar, melainkan sekadar untuk bisa melindungi diri.
Tiga inti jurus dari pedang ini masih ia kuasai dengan baik:
Feiyan Zhui Feng (Layang-Layang Mengejar Angin)
Jurus yang menekankan kecepatan. Satu tebasan cepat cukup untuk mengakhiri lawan, tak perlu ada yang kedua.
Yan Chuan Kuanglan (Layang-Layang Menembus Gelombang Badai)
Jurus yang menekankan kekuatan. Dengan momentum dari jurus pertama yang sudah cepat, lalu dipadu dengan teknik penuh tenaga, satu tebasan ini akan menghantam sekuat badai.
Qiaoyan Huixiang (Layang-Layang yang Kembali Terbang)
Jurus yang menekankan mundur dengan jebakan. Meskipun tampak seperti bertahan, justru menyembunyikan serangan balik mematikan. Seperti pukulan kuda balik atau serangan dari bayangan.
Ia mengulang kembali jurus-jurus ini selama setengah jam, menghidupkan kembali “memori otot” yang hampir terlupakan, lalu menggantungkan pedang itu di pinggangnya.
Ning Xuan masih mengingat, di vila ini sebenarnya ada seorang ahli sejati. Seorang lelaki tua, wajahnya ramah, alis dan janggut putih, namun para pengawal yang bengis sekalipun menaruh hormat yang nyata kepadanya.
Ia mencari-cari di kamar lelaki tua itu, membongkar kotak rahasia di bawah ranjang.
Satu batang dupa kemudian, tangannya telah menggenggam sebuah tabung logam berwarna hitam pekat dan dingin.
Benda itu ternyata sebuah pelontar rahasia mekanis. Pada bagian bawahnya terdapat tali pengikat sederhana, jelas dapat dipasang di lengan. Mekanismenya ada di bagian atas, sehingga dapat diaktifkan dengan satu tangan saja.
Ning Xuan segera mengikatnya di lengan kiri, mencoba menekuk, mengulur, dan menyesuaikan hingga yakin tidak mengganggu gerakan.
“Tapi ini… masih belum cukup.”
Ia mengingat kembali putaran sebelumnya.
Pertama kali, tanpa senjata, ia langsung jadi santapan beruang iblis.
Kedua kalinya, ketika membawa senjata, beruang itu selalu membelakanginya lalu memakannya dari belakang.
Kulit beruang itu sangat tebal, sekeras baju zirah. Pedang maupun tombak hampir tak bisa menembus. Bahkan andai tabung logam ini berisi senjata rahasia, kemungkinan besar tetap tak bisa melukai makhluk itu.
Ia termenung di halaman, ditemani semilir angin malam. Ketika mendongak, bulan sudah melewati puncaknya. Fajar hanya tinggal menunggu waktu.
Tiba-tiba, sebuah gagasan muncul di benaknya.
“Setidaknya… harus dicoba.”
…
Di dalam keranjang gantung di tebing, Ning Xuan berdiri diam.
Kali ini, ia mengenakan jubah berlengan lebar.
Ia sudah mengosongkan pikirannya, menenangkan napas, dan menyimpan tenaga sebaik mungkin.
Tatapan matanya kini tajam, penuh konsentrasi, haus darah, dan kegilaan.
Betapa tidak, ia sudah mati tiga kali. Dan bukan sekadar mati… melainkan dimakan hidup-hidup tiga kali!
Ketika fajar perlahan menyingsing, sinar matahari pucat menutupi seluruh pegunungan dan lautan kabut.
Setetes air liur bau amis menetes dari atas.
Ning Xuan mendongak.
Beruang iblis itu menatapnya dengan senyum mengejek.
Dalam sekejap, cakar makhluk itu meraih tali keranjang.
Namun Ning Xuan justru melompat keluar dari keranjang gantung itu!
“Swoosh!!”
Bersamaan dengan raungan angin, beruang iblis itu mengangkat tinggi keranjang gantung, lalu melemparkannya sekuat tenaga. Keranjang kosong itu melayang di udara bagaikan batu yang ditembakkan dari ketapel, terlempar jauh ke belakang.
Namun, pada saat bersamaan, tangan kiri Ning Xuan bergerak cepat. Ia segera menancapkan belatinya ke celah bebatuan di tebing. Gerakan itu sangat cepat, hasil dari uji coba berulang-ulang. Ia sudah memastikan titik batu itu sebelumnya.
Manusia dan siluman kembali saling menatap dari kejauhan.
Senyum mengejek di wajah beruang iblis perlahan membeku, berganti dengan kemarahan yang membara.
Sedangkan Ning Xuan hanya bergelantungan dengan satu tangan, mencengkeram gagang belati, tubuhnya tergantung di udara.
Tiba-tiba…
Plaaak!
Keranjang kosong itu menghantam tanah dengan keras. Beruang iblis menekukkan tubuhnya, lalu kedua kakinya yang sebesar batang pohon mencengkeram batang pohon tua di tepi tebing. Kedua cakarnya yang raksasa terentang, seperti hendak meraup bulan di air, dan menyapu ke arah bawah dengan ganas.
Tubuhnya yang setinggi hampir tiga meter itu, seharusnya bisa dengan mudah meraih Ning Xuan.
Namun kali ini, keranjang yang digantung Ning Xuan terjuntai sangat dalam ke bawah.
Dia memang sengaja menurunkan dirinya lebih jauh dari biasanya, seolah tidak berniat kembali ke atas.
Jika ia ingin kembali, ia cukup melompat ke arah tebing.
Tapi beruang iblis jelas tidak menyadarinya.
Ia berulang kali mencoba meraih Ning Xuan, namun selalu gagal.
Manusia dan siluman kembali beradu pandang di udara yang berayun.
Beruang iblis tertawa dingin.
“Pikiran secerdas ini, pasti rasanya akan sangat nikmat. Tubuh sekuat ini, pasti dagingnya penuh kenyal!”
Ning Xuan dengan tenang menjawab:
“Ngomong-ngomong, tebing ini sangat dalam.”
Beruang iblis berhenti sejenak, lalu dengan suara serak yang menyeramkan bertanya:
“Seberapa dalam?”
Ning Xuan tersenyum tipis.
“Lompat saja, nanti kau tahu sendiri.”
Belum selesai kata-katanya, beruang iblis itu benar-benar melompat!
Tubuh raksasanya menukik ke bawah bagaikan gunung yang runtuh, cakarnya yang tajam meledak keluar, memanjang beberapa inci, seolah-olah ia mengenakan senjata cakar baja.
Shrrakk!!
Cakar tajam itu menancap ke dinding tebing.
Beruang iblis itu menahan tubuhnya, melekat pada tebing layaknya seekor cicak raksasa. Matanya yang merah menyala kini makin dekat dengan Ning Xuan.
Ia terkekeh seram:
“Bodoh! Beruang bisa memanjat pohon. Aku sudah jadi iblis bertuah, masa memanjat gunung begini saja aku tak bisa?”
Sambil berkata, ia mulai merayap cepat ke bawah.
Tubuhnya yang gemuk besar, sekeras baja, membawa tekanan luar biasa. Wajahnya semakin dekat, mata berkilat dingin, dan tangannya makin mendekati tempat Ning Xuan bergelantungan.
Namun pada detik kritis itu…
Ning Xuan tiba-tiba melepaskan pegangan tangannya!
Beruang iblis terperanjat. Ia tentu tak ingin buruannya lolos, maka kedua cakarnya segera menyambar ke bawah dengan cepat.
Wajah besar itu semakin dekat, hingga jarak hanya sejengkal.
Saat itulah, lengan kiri Ning Xuan yang terselip di balik lengan bajunya terbuka, memperlihatkan sebuah tabung logam hitam dingin yang terikat di lengannya.
Moncong tabung itu tepat mengarah ke wajah beruang iblis atau lebih tepatnya, wajah beruang itulah yang dengan bodohnya menerkam ke arah moncong tersebut.
Ning Xuan segera menekan pemicunya.
Tratatatatat!!
Dalam sekejap, tabung logam itu meletuskan hujan jarum baja. Ratusan jarum khusus “Li Hua Zhen” (Jarum Bunga Pir) berhamburan, membanjiri udara bagaikan hujan badai musim panas yang tiba-tiba mengguyur.
Jarum-jarum itu menutup rapat seluruh wajah beruang iblis, menusuk tanpa ampun.
Beruang itu tak sempat menutup mata. Seketika kedua bola matanya ditembus puluhan jarum, darah hitam memancar!
Namun, bersamaan dengan itu
Craaakk!!
Cakar beruang yang raksasa berhasil mencabik pinggang Ning Xuan, menembus dagingnya.
“Ughhh!!”
Ning Xuan mendengus kesakitan, namun tangan kanannya masih sempat mencabut pedang panjang dari pinggang, lalu menebaskannya dengan sekuat tenaga.
Slashhh!!
Tebasan berat itu menghantam wajah beruang tepat di atas luka jarum.
Beruang iblis meraung pilu, “AWWWRRRGHHHHH!!”
Dari lukanya memancar keluar asap hitam pekat, yang anehnya melayang ke arah tubuh Ning Xuan, lalu meresap ke dalam dirinya.
Beruang itu mendadak melemah, tubuhnya terguncang hebat, dan secara tak sadar melepaskan cengkeraman.
Ning Xuan pun terhempas jatuh
Braaakkk!
Ia terpelanting kembali ke dalam kamarnya, menghantam ranjang.
Pinggangnya terasa terbakar sakit, namun ia segera menyadari sesuatu yang mengejutkan. Kedua lengannya kini membesar, otot-ototnya menggembung, seolah tubuh cekingnya berubah menjadi lengan seorang prajurit tangguh.
“Jadi… kekuatan beruang itu ditransfer lewat asap hitam. Selama aku bisa melukainya, aku bisa merampas kekuatannya! Meskipun aku tak mengerti apa sebenarnya semua ini… tapi jelas inilah kunci untuk memecahkan siklus mimpi ini!”
Ning Xuan akhirnya paham.
Namun pada saat itu juga
Trrraaaakkk!!
Suara gemuruh menggema. Bangunan runtuh, dinding-dinding hancur berderak. Dari kejauhan, beruang iblis kembali menerjang, bagaikan angin puyuh hitam yang menghancurkan segalanya di jalurnya.
Ning Xuan menggenggam erat pedangnya, melangkah keluar dari kamar menuju halaman.
Kekuatan dan kecepatannya memang masih jauh dibanding beruang iblis.
Tapi kini, ia memiliki tekad untuk bertarung sampai mati.
“Feiyan Zhui Feng (Terbang Layaknya Burung Walet)!”
“Yan Chuan Kuang Lan (Walet Menembus Ombak)!!”
Dengan teriakan keras, ia berlari ke arah beruang itu, menebaskan pedang sekuat tenaga.
Tebasannya meledak di udara, bergemuruh bagaikan petir yang memecah langit!
【Sepuluh dari Lima】
…
Di atas ranjang, ketika Ning Xuan menempelkan lima jarinya di lehernya, angka merah itu kembali muncul di hadapannya.
Matanya melirik ke samping, ke arah lengannya yang kini berotot kekar.
Kekuatan yang ia rampas dari beruang iblis ternyata tidak hilang meski ia kembali ke siklus awal.
Lalu, barisan tulisan baru perlahan muncul di hadapannya:
【Ning Xuan】
【Catatan Iblis Langit: Beruang Gunung (7/100)】
【Ming (Fisik): 1】
【Xing (Mental): 1】
Tak lama kemudian, angka di kolom 【Ming】 perlahan berubah:
“1 → 1 (1.1)”
Di sampingnya, muncul catatan kecil:
“Tambahan dari Catatan Iblis Langit.”