Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Anita berdiri dengan mata berkaca-kaca, wajahnya terlihat begitu sedih melihat putranya yang menerima hukuman keras dari Vincent. Ia menoleh ke arah ibunya dengan penuh harap.
“Ma, tolong berikan kesempatan pada Jacky. Aku akan menasihatinya, dia akan berubah,” pintanya dengan suara bergetar.
Samantha yang duduk tegak di kursi tua ruang altar leluhur menatap anak perempuannya itu dengan sorot mata tajam namun penuh kewibawaan.
“Anita, kali ini perbuatan Jacky sungguh keterlaluan,” jawabnya tegas, nada suaranya seperti palu yang mengetuk hati Anita.
“Tapi bagaimana pun… Jacky telah menerima hukuman. Dia sudah dicambuk hingga terluka, dan berlutut sepanjang malam. Kalau sampai hubungan keluarga benar-benar terputus, bagaimana kelak dia akan bangkit?” Anita tak mampu menahan air matanya, suaranya pecah di akhir kalimat.
“Usianya sudah 28 tahun. Aku adalah pamannya, seharusnya dia menghormatiku, bukan menjatuhkanku. Perusahaan besar keluarga kita bukan tempat hiburan untuknya. Tugas mudah yang aku berikan pun tidak bisa dia selesaikan,” ucap Vincent lantang dengan nada penuh kekecewaan.
“Vincent, selama ini Jacky sudah berusaha, hanya saja… dia tidak pernah mendapatkan kesempatan darimu. Kenapa kau tidak ingin memberi dia satu kesempatan saja untuk bekerja di perusahaan? Lagi pula itu adalah perusahaan keluarga kita,” Anita mencoba membela, meski suaranya gemetar menghadapi tatapan Vincent.
“Kakak, apakah kau tahu alasannya aku tidak memberinya kesempatan duduk di posisi manajer? Dengan kemampuan yang dia miliki, apakah dia layak? Dia menolak menjadi karyawan biasa seperti yang lain, dan selalu menuntut posisi tinggi. Semua orang harus belajar dari awal sebelum sukses,” jawab Vincent tegas, matanya menyipit penuh penekanan.
Anita menggertakkan giginya, hatinya tak terima. “Vincent, bukankah saat papa meninggal, kau juga langsung menjadi wakil direktur? Kau sama sekali tidak mulai dari bawah!”
Vincent terdiam sejenak, kemudian berjalan mendekat, suaranya berat dan penuh penegasan.
“Aku menjadi wakil direktur karena tidak ada yang bisa menggantikan kendali keluarga ini. Sebagai putra tunggal, aku harus bisa mengelola bisnis papa. Aku memang tidak pernah mulai dari nol… tapi aku juga tidak pernah gagal. Sementara anakmu ini tidak serius bekerja. Sudah berapa kali aku beri kesempatan untuk mengurus proyek, tapi apa yang dia berikan padaku? Hanya hasil yang tidak memuaskan.”
Anita menunduk, tangannya gemetar menggenggam kain bajunya sendiri. Ia tak ingin menyerah.
“Vincent, semua orang butuh proses. Asalkan kau berikan satu kesempatan lagi… dia pasti bisa,” ujarnya dengan suara penuh harap.
Namun Vincent langsung menatapnya tajam, matanya berkilat dingin.
“Kesempatan untuk menyingkirkanku, maksudmu?”
Anita langsung gelagapan, wajahnya pucat. “Bukan itu maksudku…” jawabnya terbata-bata.
Vincent menoleh ke arah Samantha, lalu kembali menatap Anita. Wajahnya penuh amarah namun terkontrol.
“Anak kesayanganmu berusaha menyingkirkan adikmu, Apa yang dia lakukan kali ini bukan hanya mencoreng nama keluarga, tapi juga membahayakan perusahaan kita. Aku sebagai direktur utama, kalau saja benar-benar terjebak dalam permainannya, apa yang akan terjadi pada masa depan perusahaan? Apakah kau memikirkan akibatnya?”
Suasana ruangan begitu tegang, udara seakan membeku.
Vincent menghela napas panjang, lalu menatap Anita dengan tatapan menusuk.
“Hari ini kau tidak seharusnya berdebat denganku, atau membelanya. Justru kau yang harus mendidiknya ke jalan yang benar. Andaikan kau tidak mampu… jangan salahkan aku yang turun tangan!”
Vincent menatap tajam ke arah Jacky yang berlutut, tubuhnya gemetar menahan sakit. Suaranya terdengar dingin namun penuh wibawa.
"Kemas barangmu, dan pergi dari sini. Tindakanmu hari ini telah memutuskan hubungan kita. Hukuman yang kau terima adalah konsekuensi dari ulahmu sendiri. Ingat baik-baik, Jacky. Jika suatu hari kau berani menjebakku lagi, jangan salahkan aku bila aku menyeretmu langsung ke penjara."
Setelah berkata demikian, Vincent berbalik dan melangkah pergi dengan sikap tak tergoyahkan.
Anita segera berlari menghampiri putranya, air matanya jatuh deras melihat keadaan Jacky yang mengenaskan.
"Jacky... anakku," tangis Anita, berusaha menopang tubuh putranya yang terhuyung.
Tak lama, Samantha ikut menyusul. Ia berdiri tegak, tatapannya penuh wibawa.
"Anita, segera bawa Jacky ke rumah sakit. Aku akan memerintahkan pelayan untuk mengemas barang-barangnya," ucapnya tenang namun tegas, lalu menoleh sekilas ke arah Jacky dengan sorot mata yang tajam.
Jacky menggertakkan giginya, menahan rasa sakit sekaligus amarah yang mendidih di dadanya. Matanya merah, penuh kebencian saat menatap kepergian Vincent.
"Vincent Zhao... kau tega mempermalukan aku seperti ini. Lihat saja... di hari pernikahanmu nanti, aku akan membuatmu menyesal."
