Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Malam hari, di sebuah kamar hotel. Alkan dan Riris sedang berada di kamar yang sudah di siapkan oleh orang tuanya. Saat ini mereka sedang duduk di pinggir ranjang.
Sedari tadi hanya ada keheningan di antara mereka. Riris terdiam merasa gugup karena hari ini adalah malam pertama mereka. Apakah suaminya tetap akan meminta hak nya sekarang?
"Mas--"
"Ini kan yang udah Lo rencanakan? Licik Lo!" sentak Alkan tiba-tiba membuat Riris mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Ga usah nunjukin wajah sok polos Lo, jijik gue lihatnya!" bentaknya membuat gadis itu menundukkan wajahnya.
Riris terkejut melihat Alkan yang tiba-tiba kasar padanya. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang suaminya maksud. Pria itu terlihat begitu marah kepadanya. Apa ia tidak rela menikah dengannya?
Alkan beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari kamar meninggal istrinya. Riris menatap kepergiannya dengan tatapan sendu.
Malam pertama yang seharusnya indah. Kini Riris malah di tinggal sendirian, suaminya pergi entah kemana. Waktu sudah sangat malam, Riris tidak bisa tidur. Dirinya hanya menangis mengingat Alkan yang kasar padanya.
Tidak terasa gadis itu sudah terlelap karena terus menangis. Pukul 03.15 dini hari, Alkan baru saja pulang. Ia melirik gadis yang sekarang sudah menjadi istrinya. Terlihat sudah tertidur pulas dengan bekas air mata di pipi chubby nya.
Tanpa memperdulikan, Alkan naik ke ranjang dan mulai tertidur membelakanginya.
Adzan subuh berkumandang, Riris terbangun dari tidurnya. Senyuman manis mengembang menghiasi wajahnya saat melihat lelaki di sampingnya yang kini sudah menjadi suaminya.
"Mas, bangun yuk. sholat subuh," Riris membangunkan suaminya dengan lembut.
"Enggh," pria itu hanya melenguh pelan.
"Bangun, Mas. Kita sholat dulu, di lanjut nanti tidurnya," gadis itu dengan sabar masih berusaha membangunkannya.
"Berisik!" bentak Alkan langsung membalikkan badannya dan menarik selimut menutupi wajahnya.
"Mas--"
"Lo sendiri aja, jangan ganggu tidur gue!"
Riris hanya terdiam mendengar bentakan suaminya. Mengapa pria itu menjadi kasar seperti ini? Sudah lama ia mengenalnya, walaupun cuek ia tidak pernah kasar. Apakah karena sakit hati membuatnya menjadi seperti ini? Tapi mengapa melampiaskan padanya?
Riris memilih beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Berniat mandi dan sholat subuh.
Setelah selesai melaksanakan sholat subuh. Kini ia sedang menyiapkan pakaian suaminya yang kebetulan semuanya sudah di siapkan oleh orang tua Alkan.
Cahaya matahari bersinar terang menembus jendela kamar yang kebetulan berada paling pojok. Alkan mengucek matanya merasa terusik.
"Sudah bangun?" tanya Riris sambil tersenyum manis.
"Mandi dulu gih, orang tua kamu mengajak kita untuk sarapan di restoran hotel," ujarnya.
Alkan hanya diam tak menjawab. Ia mulai beranjak dari kasur, tangannya meraih baju di atas nakas yang Riris siapkan tadi. Sambil menunggu suaminya mandi, ia memilih membereskan kasur.
Beberapa menit kemudian, Alkan telah keluar dari kamar mandi dengan wajah datarnya.
"Sudah selesai, Mas?"
Tidak mempedulikan, pria itu berjalan keluar dari kamar menuju ke restoran hotel. Riris hanya menghela nafas pelan, lalu bergegas mengikutinya.
Setelah sampai di lantai bawah. Di sebuah meja restoran, terlihat orang tuanya bersama Aira sudah menunggu mereka sedari tadi.
Alkan langsung duduk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Berbeda dengan Riris yang terus tersenyum hangat pada mereka.
"Pagi semua," sapanya sambil tersenyum manis.
"Pagi."
"Cie yang baru sah, senyumannya manis banget," ledek Aira membuat Riris merasa malu.
Mereka pun memilih menyantap makanannya. Suasana sangat hening, hanya terdengar suara sendok dan piring yang saling beradu. Sedari tadi Alkan terus terdiam dengan wajah dinginnya.
Menjelang siang hari, setelah selesai beberes. Semuanya berniat pulang, Riris ikut pulang ke rumah suaminya.
Kini setelah sampai di rumah. Saat ini Riris sedang berada di kamar Aira. Orang tuanya sedang istirahat dan Alkan entah pergi kemana.
"Mas Alkan kemana?" tanya Aira penasaran.
Riris menggelengkan kepalanya tidak tahu. Pria itu dari pagi tidak mengatakan sepatah katapun padanya. Aira hanya diam dan memilih memainkan ponselnya. Sedangkan Riris hanya terdiam melamun menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Ris, kamu viral!" heboh Aira.
Riris mengerutkan keningnya. Aira memberikan ponselnya, terlihat sebuah berita pernikahannya dengan Alkan
...Seorang siswi SMA Bintang Alam telah menikah di bawah umur dengan pria yang umurnya terpaut jauh. ...
Riris terdiam melihat berita tersebut. Mungkin ada murid SMA bintang alam yang menyaksikan pernikahannya dan dengan sengaja menyebarkan berita itu.
Memang saat ini Alkan sudah berusia 27 tahun, sedangkan dirinya baru menginjak 18 tahun. Berita itu pasti akan membuatnya bermasalah di sekolah. Namun, untung saja seminggu lagi Riris akan lulus.
Drtt! Drtt!
Riris meraih ponselnya yang terus berdering. Ia menatap ponselnya terlihat panggilan masuk dari orang tuanya.
"Pulang!" titah seseorang di sebrang sana dan langsung mematikan telfonnya.
"Kenapa?" tanya Aira melihat Riris yang panik setelah mengangkat sebuah telfon.
"Aku harus pulang dulu!" gadis itu langsung berlalu pergi.
Riris berniat pulang ke rumahnya karena orang tuanya sudah kembali dari luar kota. Ia harus menjelaskan semuanya kepada mereka.
"Assalamualaikum, Ma, Pa," Riris melangkahkan kakinya menghampiri orang tuanya yang sedang berada di ruang tengah.
Plak!
Pipinya tertoleh mendapatkan sebuah tamparan keras dari Papanya. Gadis itu mendongak menatap sendu orang tuanya. Apa salahnya? Mengapa mereka tiba-tiba menamparnya.
"Dasar anak pembawa sial, tidak tau di untung! Belum juga lulus udah nikah, tanpa memberitahu kita lagi!" bentaknya.
"Pa, Ma Riris bisa jelasi--"
"Pergi kamu dari sini! Kamu udah bikin kita malu! Orang-orang pada ngira kamu hamil di luar nikah!" usirnya yang membuat Riris tidak percaya.
"Riris terpaksa nikah karena suatu hal--"
"PERGI! Nama kita udah jelek gara-gara kamu! Semua tetangga pada membicarakan kita!" bentaknya.
"Bereskan barang-barang kamu sekarang juga! Kamu udah bukan anak kita lagi!"
Riris menatap keduanya sendu dengan air mata yang mengalir. Masih tidak menyangka orang tuanya mengusirnya. Dan dengan berat hati, ia masuk ke dalam kamarnya membereskan semua barang-barangnya.
Satu persatu pakaiannya mulai di masukkan sebuah koper. Tangannya meraih bingkai foto di atas nakas yang selalu ia peluk setiap malam.
"Abang hikss ... Mama Papa udah gak sayang sama Yumi," isaknya sambil mengelus foto tersebut.
"Mereka tega usir Yumi ... Yumi pengen ikut Abang aja," lirihnya.
Tiba-tiba hembusan angin menerpa wajahnya. Kembali terasa elusan hangat di kepalanya. Riris mendongak menatap sekelilingnya sambil tersenyum tipis.
Seolah seperti ada yang mengatakan, semuanya akan baik-baik ia gadis yang kuat.
Beberapa menit berlalu, setelah selesai membereskan semua barang-barangnya. Riris mulai melangkahkan kakinya dengan berat keluar dari kamar dan menghampiri orang tuanya.
"Ma, Pa, makasih untuk semuanya. Riris tetep sayang sama kalian," ucapnya sambil tersenyum tipis.
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶