Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 11 Status Yang Di Rahasiakan
Karena baru hari pertama bekerja di kantor percetakan jadinya Aira hanya bekerja setengah hari. ia langsung bergegas pulang ke rumah untuk memasak. tadi pagi Aira sudah belanja dan mengisi lemari es dengan stok buah dan sayur juga lauk jadi ia tidak perlu mampir ke swalayan lagi.
Di tengah perjalanan. pulang ponsel Aira berbunyi. nama Yusuf tertera di layar ponsel.
"Assalamualaikum" kata Aira saat menerima telepon dari suaminya.
"Sedang dimana?" seperti biasa suara Yusuf terdengar ketus.
"Ini mau pulang mas dari kantor percetakan"
"Jangan pulang dulu! teman-temanku mau mampir ke rumah mereka tidak tahu kalau aku sudah menikah. jadi kau pergi saja dulu"
"Aira harus kemana mas?"
"Terserah! yang penting jangan menampakkan dirimu di rumahku!"
Yusuf mengakhiri panggilan telepon. Aira termenung sesaat menatap jalanan dari dalam angkot. Aira paham Yusuf pasti malu mengakui dirinya sebagai istri.
Aira menatap sekilas pantulan wajahnya di layar ponsel miliknya. Aira tersenyum getir. ia jadi merasa begitu jelek sehingga tidak pantas dianggap dan di akui sebagai seorang istri.
"Mbak mau kemana?" suara pak sopir angkot membuyarkan lamunan Aira.
Aira gugup ia tidak tahu mau kemana.
"Jalan dulu saja pak sampai pemberhentian terakhir" kata Aira.
"Maaf mbak, ini sudah pemberhentian terakhir. saya mau istirahat pulang dulu"
"Oh begitu ya .." Aira mengedarkan pandangannya sembari mencari tempat yang akan ia tuju.
"Mbak turun di mall depan saja ya, biar mudah cari taksi" kata sopir angkot menawari.
"Iya pak, terimakasih ya"
Jadilah Aira turun dulu di depan pusat perbelanjaan. karena tidak tahu harus kemana akhirnya Aira memutuskan untuk masuk saja ke dalam mall itu.
Aira berjalan tidak ada tujuan dan tidak ada teman. Ia mampir ke toko aksesoris untuk mengulur waktu. Aira juga tidak tahu jam berapa teman-teman Yusuf akan pulang dan sampai kapan Aira harus sembunyi di luar rumah.
Karena melamun Air menabrak sesuatu. ia menatap seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Maaf saya tidak sengaja" ucap Aira memundurkan langkahnya.
"Tidak masalah" kata pria itu yang hampir berjalan pergi tapi ia urungkan seperti mengingat sesuatu.
"Tunggu, sepertinya aku mengenal mu" pria itu mencoba mengingat dimana ia pernah melihat Aira.
Sementara Aira segera menghindari dan berjalan pergi. tidak enak jika sampai ada yang tahu Aira sudah menikah tapi bertemu pria lain. takut ada yang salah paham padanya.
"Hei tunggu! nama ku Alan aku ingat kau yang pernah berbagi tempat duduk di food court dengan ku, kau ingat aku?" pria bernama Alan itu terus mengejar langkah Aira.
"Maaf tidak ingat" jawab Aira singkat.
"Masa tidak ingat, tadi pagi aku juga melihat mu di kantor percetakan"
Aira menghentikan langkahnya karena Alan terus mengikutinya hingga mereka menarik perhatian beberapa orang di sekeliling mereka.
"Kau bekerja di sana?" tanya Alan.
Aira mengangguk pasrah.
"Terimakasih ya"
Aira mengerutkan keningnya ia tidak salah dengar Alan mengucapkan terimakasih padanya.
"Untuk apa?" tanya Aira bingung.
"Karena sudah berbagi meja dan tempat duduk sewaktu di food court"
"Oh..." Aira mengangguk.
"Maaf saya harus pergi" kata Aira.
Alan mengangguk kali ini ia tidak mengejar langkah Aira lagi. pria itu hanya menatap Aira yang berjalan menjauh.
***
"Kau tinggal sendiri di rumah sebesar ini?" salah seorang teman Yusuf bertanya. ia terlihat mengagumi interior dan luas rumah yang Yusuf tinggali.
"Iya, memangnya mau tinggal dengan siapa lagi?" kilah Yusuf sembari memandang Diandra.
"Kirain tinggal bareng Diandra!" tawa membahana memenuhi ruang utama ruang Yusuf.
Di rumah itu tidak ada foto Aira apalagi foto pernikahan Yusuf dan Aira. jadi tidak ada yang curiga. teman-teman Yusuf juga tidak pernah tahu jika Yusuf telah menikah. pernikahan Aira dan Yusuf di gelar di kampung halaman Aira di rumah kyai Umar. sedangkan Yusuf menolak resepsi yang di tawarkan papa Ibrahim. ia bersedia menikahi Aira asalkan tidak perlu ada resepsi lagi di rumahnya.
"Kapan kalian menikah? keburu basi" kata teman Yusuf menggoda Yusuf dan Diandra.
"Secepatnya, iya kan sayang?" tanya Diandra sembari meraih tangan Yusuf.
Yusuf terdiam, saat Diandra memegang tangannya ia merasakan ada sesuatu yang aneh di hatinya. seperti perasaan bersalah dan ia juga sempat mengingat wajah istrinya yang tidak ia akui yaitu Aira.
"Sebaiknya kalian segera menikah, keburu Diandra dilamar pria lain Suf" celoteh teman Yusuf.
Yusuf hanya menanggapi dengan senyum santai. biasanya ia selalu antusias jika berkumpul dengan teman-temannya tapi kali ini Yusuf merasa sedikit berbeda.
Diandra menyadari perubahan sikap Yusuf. ia terlihat tidak senang. Diandra tahu mungkin Yusuf sedang memikirkan istrinya yang saat ini entah sedang di sembunyikan dimana.
"Kenapa? ingat sama istr..." Diandra belum selesai bicara Yusuf buru-buru meletakkan jari telunjuknya di bibir Diandra.
"Sastthh" Yusuf terlihat sedikit panik. ia tidak ingin teman-temannya tahu soal Aira. Yusuf tidak sanggup mendengar pendapat yang akan di lontarkan teman-temannya tentang Aira. mereka pasti mengejek habis-habisan penampilan Aira.
Yusuf menghela napas ia menyingkirkan kecemasannya dan ikut mengobrol dengan teman-temannya hingga malam.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong