NovelToon NovelToon
Ku Dapat Dudamu

Ku Dapat Dudamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: housewife

Dalam perjalanan pulang dari kantor Sheryl tiba-tiba bertemu dengan cinta monyetnya waktu SMA yang pernah membuatnya patah hati, tapi ternyata dia sudah punya anak. Akankah cinta itu tumbuh lagi setelah 10 tahun berlalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon housewife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Happy birthday

Sheryl merasa lega Johan tidak lagi marah padanya. Hanya saja dia masih sedikit kesal pada Bimo yang tadi tiba-tiba menghilang di parkiran dan membiarkannya sendirian menghadapi Johan. Untung saja Johan mau mengerti walaupun awalnya sempat marah.

Sheryl yang sedang bekerja seperti biasa, tidak sengaja pandangannya tertuju pada kalender di mejanya. Dia baru ingat bahwa hari Sabtu besok adalah ulang tahun Johan. Dia pun berencana ingin memberikan hadiah kejutan untuk Johan sekaligus sebagai permintaan maaf karena dia sudah membuat Johan cemburu.

Menjelang jam makan siang Johan mengecek ponselnya. Dilihatnya ternyata ada pesan dari Tasya yang mengucapkan terimakasih dan juga meminta maaf karena sudah menyusahkannya. Johan membalas pesan tersebut.

"Iya nggak apa-apa. Aku juga minta maaf gara-gara aku nyuruh kamu pergi kamu jadi terserempet motor. Sekarang gimana keadaan kamu?"

"Itu bukan salah kamu, memang orang yang nabraknya aja yang salah. Aku udah minum obat jadi sakitnya sudah berkurang." balas Tasya.

"Syukurlah mudah-mudahan kamu cepat sembuh." balas Johan.

Sepulang kerja Sheryl mampir ke mall untuk mencari-cari kado apa yang cocok untuk Johan. Perhatiannya tertuju pada sebuah toko arloji. Dia pun memutuskan untuk membelikan Johan sebuah jam tangan. Dia berencana akan memberikannya saat berkunjung ke rumah Johan esok hari.

Tidak jauh berbeda dengan Sheryl, Tasya yang merupakan mantannya Johan, ingat betul hari ulang tahun Johan. Jangankan hari ulang tahun, semua hal-hal yang disukai dan tidak disukai Johan pun hampir semua Tasya hafal. Kaki Tasya sudah sedikit membaik jadi dia sudah mulai bisa keluar rumah. Dia pergi ke sebuah mall. Dia membeli kue ulang tahun untuk Johan dan juga membelikannya sebuah sweater. Dia tidak sabar ingin memberikannya pada Johan.

Akhirnya Sabtu pun tiba. Johan sendiri lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Hari ini dia libur tapi dia ada pekerjaan freelance di rumah. Jadi dia tidak punya rencana kemana-mana. Di hari yang masih pagi dan dengan cuaca yang agak mendung itu, Tasya pergi ke rumah Johan. Sesampainya di sana dia mengetuk pintu.

TOK TOK

"Assalamualaikum" ucap Tasya.

"Wa'alaikumsalam." jawab Johan dari dalam.

Johan pun membuka pintu dan dilihatnya Tasya berdiri di hadapannya dengan dua jinjingan di tangannya. Penampilannya santai dengan t-shirt putih yang dipadukan dengan kemeja flanel serta celana setengah paha. Kakinya dan tangannya masih berbalut perban. Tasya tersenyum melihat Johan dan berusaha bersikap manis dihadapan Johan.

"Tasya? Ada apa pagi-pagi ke sini?" tanya Johan canggung.

"Aku bosan di rumah, aku mau ngobrol-ngobrol sebentar sama kamu boleh?" tanya Tasya.

Johan terdiam sejenak seolah sedang mempertimbangkannya. Tasya melirik ke dalam rumah Johan di ruang tamunya terlihat sebuah laptop di atas meja.

"Kamu lagi sibuk ya? Yah maaf aku jadi mengganggu. Kalau gitu nanti aja deh aku balik lagi." kata Tasya yang sepertinya mau beranjak pergi.

"Nggak juga. Yuk masuk." jawab Johan tiba-tiba.

Tasya tak menyangka Johan memperbolehkannya masuk. Mereka pun masuk dan Johan mempersilakan Tasya duduk.Tasya merasa senang karena sepertinya hati Johan mulai sedikit melunak. Terlihat dari caranya memperlakukan Tasya dengan baik dan sorot matanya yang tidak setajam kemarin. Mereka berdua pun berbincang.

"Jo aku di sini nggak punya siapa-siapa, boleh nggak kalau aku ke sini sesekali? Aku harap paling tidak kita bisa berteman. Aku janji akan bersikap baik. Kamu kan sudah kenal aku sebelumnya. Apa sekarang kamu nggak percaya lagi sama aku?" tanya Tasya.

"Aku bukan nggak percaya sama kamu, aku hanya nggak percaya bahwa laki-laki dan perempuan bisa berteman. Jadi aku hanya menghindari kemungkinan yang negatif. Aku menolong kamu semampuku atas dasar kemanusiaan." jawab Johan.

"Iya aku ngerti terserah kamu deh mau anggap aku apa, teman atau tetangga. Yang penting please jangan membenci aku Jo." kata Tasya memohon.

Tasya mencoba meyakinkan Johan dan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Johan padahal dalam hatinya dia sangat berharap suatu saat Johan akan berpaling lagi padanya.

"Hhh...baik akan aku coba." kata Johan.

"Makasih ya Jo." ucap Tasya senang.

"Ngomong-ngomong kamu lagi ngerjain apa?" lanjut Tasya sambil melihat ke laptop Johan.

"Oh, ini kerjaan sampingan aja." jawab Johan.

"Rajin juga kamu ya udah capek ngantor, freelance pula." ucap Tasya kagum.

"Biasa aja. Kamu sendiri apa kegiatan kamu?" tanya Johan.

"Aku mengelola usaha perkebunan peninggalan almarhum suami aku, tapi aku sudah menugaskan asistenku untuk mengawasi pengelolaannya. Setiap minggunya dia laporan ke aku. Paling-paling nanti aku menengok ke sana sebulan sekali untuk memantau perkembangannya. Rumahku juga aku kontrakkan, aku nggak betah tinggal di sana karena terlalu banyak kenangan buruknya, makanya aku kembali ke Jakarta. Untuk sementara aku tinggal di rumah kost sebelum aku menemukan rumah yang cocok untukku. Oh iya, ngomong-ngomong aku bawa ini buat kamu." ucap Tasya sambil memberikan jinjingannya pada Johan.

Johan pun membukanya dan mengeluarkan box yang ada di dalamnya. Dia meletakkan box tersebut di atas meja dan membuka penutupnya. Dan Johan terkejut ternyata itu adalah kue tart bertuliskan "Happy Birthday Johan". Tasya pun langsung memasang sebuah lilin di atasnya dan menyalakannya dengan korek api. Kemudian dia menyanyikan lagu Happy Birthday untuk Johan.

".....Happy birthday dear Johan...Happy birthday to you......Ayo Jo tiup lilinnya dong."

Johan pun akhirnya tersenyum dan meniup lilin tersebut.

"Yeay selamat ulang tahun ya Jo." ucap Tasya sambil cipika cipiki Johan tanpa sadar.

Sejenak Tasya lupa menjaga batasan sebagai teman, karena dulu mereka biasa melakukan hal tersebut.

"Eh iya maaf ya Jo aku lupa." ucap Tasya melepaskan pelukannya.

"Iya ngga apa-apa." kata Johan canggung. " Kamu ada-ada aja pake ngerayain segala, but thanks ya." lanjut Johan.

"Ya ngga apa-apa lah dari pada gabut hehe..." jawab Tasya.

"Dan ini satu lagi buka aja." lanjut Tasya sambil memberikan paper bag yang satunya.

"Apa ini Sya? Kamu nggak perlu sampai repot-repot seperti ini." kata Johan sambil membuka hadiahnya.

"Anggap aja itu tanda terimakasih aku buat kamu. Mudah-mudahan kamu suka sweaternya ya, sekarang kan udah masuk musim hujan nanti di pakai ya, lumayan lah buat hangat-hangat." kata Tasya riang.

"Thanks ya." ucap Johan.

"Ngomong-ngomong langitnya tambah gelap kayaknya sebentar lagi hujannya turun deh." kata Tasya yang melihat keluar pintu.

"Sebaiknya aku pulang deh soalnya aku nggak bawa payung." lanjutnya.

"Ini ada payung pakai aja takut kehujanan di jalan." kata Johan sambil menyodorkan payungnya.

Benar saja, baru saja Tasya niat mau pulang tiba-tiba hujan langsung turun dengan derasnya. Johan pun tidak tega membiarkan Tasya pulang.

"Hujannya deras sebaiknya kamu tunggu dulu aja disini sampai mereda." kata Johan menyarankan dan mereka akhirnya kembali duduk.

"Sebentar ya aku mau ambil minum." kata Johan.

Tidak lama kemudian Johan kembali membawa dua cangkir cokelat hangat.

"Silakan kamu minum dulu cokelatnya mumpung masih hangat." kata Johan.

"Wah makasih ya Jo jadi ngerepotin." ucap Tasya.

"Ah nggak kok." jawab Johan.

Mereka pun minum cokelat bersama. Tidak sengaja Johan memperhatikan perban Tasya yang sudah agak lusuh.

"Sya sepertinya perban kamu harus di ganti, kalau tidak nanti bisa infeksi. Kalau kamu mau aku punya perban kok. Mendingan kamu buka dulu perbannya biar lukanya kering."

"Tapi perih Jo kalau dibuka." kata Tasya.

"Sebentar aku ambil kotak P3K dulu." kata Johan.

Tidak lama kemudian Johan kembali dengan membawa kotak P3K.

"Sini aku bantu." kata Johan.

Lalu Johan mendekat dan membantu Tasya membuka perbannya dengan hati-hati. Saat itu Tasya bisa mengamati wajah Johan dari dekat. Dalam hatinya berdebar-debar, wajahnya menjadi panas dan merona, perasaan itu masih sama seperti dulu saat mereka baru jadian.

"Sakit nggak?" tanya Johan.

"Sedikit." jawab Tasya.

Lalu Johan mengoleskan obat pada luka Tasya dan membalutnya lagi dengan perban yang baru.

Tasya jadi terharu mendapat perlakuan seperti itu. Karena setelah putus dengan Johan, belum pernah ada lagi yang memperlakukan dia seperti itu. Tapi Tasya sedih karena lelaki yang ada di hadapannya saat ini bukanlah lagi pacarnya. Baginya tidak ada yang bisa menggantikan Johan di hatinya. Tasya tidak bisa menahan air matanya yang sudah menggenang di matanya.

"Sudah." ucap Johan setelah selesai mengikat perban.

Tapi kemudian Johan mendapati air mata Tasya yang menetes di pipinya.

"Tasya? Kamu kenapa nangis?" tanya Johan.

"Ah nggak, maaf aku..." Tasya yang ditanya seperti itu malah semakin ingin menangis. Dia melanjutkan kata-katanya sambil terisak.

"Maaf ya Jo mungkin aku memang cengeng, aku sedang berusaha untuk bisa menerima keadaan aku yang sekarang, tapi aku butuh waktu perlahan-lahan. Menerima kebaikan dari kamu mengingatkan aku pada masa-masa dulu. Setelah kita pisah belum pernah ada lagi yang memperlakukan aku sebaik kamu bahkan keluargaku sendiri memperlakukan aku seperti barang dagangan. Aku benar-benar merasa sendiri. Maaf ya Jo aku hanya meluapkan isi hati aku, mudah-mudahan kamu mau memakluminya."

Mendengar kata-kata Tasya hati Johan lagi-lagi goyah. Dia tahu laki-laki dan perempuan itu sulit untuk bisa berteman apalagi mereka yang sebelumnya pernah menjalin hubungan.

"Aku mengerti Sya, itu sebabnya aku bingung saat kamu meminta aku untuk jadi teman kamu." ucap Johan.

Johan mengambilkan tisu untuknya. Tasya pun menghapus air matanya dengan tisu dan menarik nafas dalam-dalam.

"Haa...Oke...Aku sudah nggak apa-apa, anggap aja aku nggak nangis." katanya sambil memaksakan tersenyum dan meneguk cokelat hangatnya lagi.

"Jo gimana kalau kita makan kue tart nya sama-sama?" lanjut Tasya mencoba mencairkan suasana.

"Oke boleh juga." kata Johan.

Johan pun memotong kuenya dan memberikan satu potongan pertama untuk Tasya. Mereka pun menikmati kue bersama. Tanpa sadar Johan meninggalkan cream cokelat di kiri dagunya. Tasya yang melihat hal tersebut memberitahu Johan untuk membersihkannya. Tapi Johan malah mengelap kanan dagunya. Akhirnya Tasya tidak sabar segera mengelapnya dagu johan dengan tangannya.

Seketika Johan jadi diam tersentak karena jaraknya dengan Tasya terlalu dekat. Ketika Tasya menyadarinya mata mereka sudah terlanjur bertemu. Perlahan Tasya menurunkan tangannya dari wajah Johan. Tiba-tiba suasana jadi hening, hanya suara rintik hujan yang terdengar seolah menjadi lagu pengiring suasana mereka berdua saat ini. Mata Tasya yang tidak berkedip seolah menghipnotis Johan. Bibir Tasya yang sedikit terbuka seakan siap menyambut Johan kapan saja.

'Harusnya aku mendorongnya tapi kenapa tubuhku tak kuasa menolak? Kenapa dia seperti magnet yang menarik ku?' ucap Johan dalam hati dan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Tasya. Johan pun teringat ketika mereka berciuman di hotel dulu yang membuatnya jadi ingin merasakan lagi.

'Kamu benar Jo laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman.' ucap Tasya dalam hati.

Akhirnya diantara bibir mereka sudah tidak ada jarak lagi ketika keduanya sudah terbawa suasana. Namun tiba-tiba ada yang seseorang yang datang menyaksikan hal tersebut. Dia pun memanggil Johan dengan suara yang bergetar.

"Johan?"

...----------------...

1
Getoutofmyway
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
Almendra Acevedo
Cerita ini bikin ketagihan, thor. Cepetan update lagi ya! 🤤
KnuckleBreaker
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!