Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Kembali Setelah Sepuluh Tahun
Pemotretan di hari itu berjalan dengan baik, Cassie menyelesaikannya dengan sangat baik. Dia mendapatkan banyak pujian dari tim pemotretan, pihak brand itu pun memiliki harapan yang tinggi pada perkembangan brand mereka ke depan nya.
"Bagaimana dengan hari ini?" tanya Tirsa dengan bersemangat.
"Aku sudah berusaha semampu ku" sahut Cassie.
"Kau melakukannya dengan baik" ucap Jackson secara tiba-tiba.
"Huh? Terima kasih" ucap Cassie.
"Karena ini adalah hari pertama mu yang secara resmi mulai bekerja di bawah naungan perusahaan kami, maka akan ku traktir kalian makan malam yang enak. Katakan saja, apa yang ingin kalian makan?" ujar Jackson.
"Aku apa saja, bagaimana dengan kalian?" ujar Cassie.
"Jika kau sudah berkata seperti itu, maka mereka pasti akan merasa tidak enak hati mengatakan dimana mereka ingin makan" ucap Jackson.
"Begitukah? Kalau begitu, aku ingin pergi ke sebuah tempat yang dimana menyediakan makanan dan juga minuman" ucap Cassie.
"Cool!" sahut Tirsa dan Olivia.
Jackson pun segera membawa mereka ke tempat yang di maksud oleh Cassie, dia tahu ada beberapa tempat yang seperti itu namun ada satu tempat yang kualitasnya tidak diragukan lagi.
~ ~ ~
"Di sini rupanya!" ujar Tirsa.
"Kau pernah datang ke sini?" tanya Cassie.
"Pernah sekali! Teman sekelas ku saat itu berulang tahun, berhubung dia adalah orang yang terkaya di kelas kami. Jadi dia pun mengajak kami untuk pergi makan ke sebuah restoran, nah di sinilah tempatnya" ucap Tirsa.
"Benarkah? Masa SMA mu pasti sangat menyenangkan" celetuk Cassie, mereka pun mulai berjalan masuk ke dalam.
"Mn! Kata orang-orang, masa SMA adalah masa yang akan paling dirindukan nanti. Jadi saat kau masih di sana, perbanyaklah kenanangan sebanyak mungkin" ucap Tirsa.
"Dengan kepribadian mu yang seperti ini, kau pasti punya banyak teman" ucap Cassie.
"Yah begitulah! Bagaimana dengan mu kak?" tanya Tirsa.
"Masa remaja ku tidak begitu menyenangkan, saat SMA juga aku tidal bergaul dengan siapa pun. Aku hanya punya seorang sahabat, itu pun kami dekat karena kami tinggal bersama" ucap Cassie.
"Huh?" Tirsa cukup terkejut, namun dia juga merasa heran kenapa dia bisa tinggal bersama dengan sahabatnya.
"Apa sahabat mu itu saudara sepupu mu?" tanya Tirsa.
"Bukan! Dulu kami hanyalah tetangga biasa, seiring berjalannya waktu hubungan kami pun menjadi dekat" ucap Cassie.
"Begitu yah?!" ucap Tirsa, dia berhenti bertanya lebih lanjut sebab dia merasa ada sebuah memori yang tidak baik dari cerita itu jika dilihat dari ekspresinya Cassie.
. . .
Drt . . Drt . . Drt . .
Panggilan masuk dari Evelin di ponselnya, Cassie pun dengan segera mengangkat telfonnya.
"Ada apa?" tanya Cassie.
"Kamu dimana? Aku akan menjemput mu" ucap Evelin.
"Aku lagi berada di sebuah restoran, kamu ingin datang?" ujar Cassie.
"Dia boleh datang?" tanya Cassie dengan pelan pada Jackson dan dia mendapat angukan sebagai jawabannya.
"Kalian tidak masalah jika dia bergabung dengan kita?" tanya Cassie pada asisten dan manajernya, mereka berdua juga ikut menganguk.
"Katakan dimana alamatnya" ujar Evelin.
"Nanti ku kirim di pesan" ucap Cassie.
"Baiklah" sahut Evelin sembari mematikan sambungan telfonnya.
Cassie pun segera mengirim dimana alamat restoran yang mereka datangi itu.
~ ~ ~
Beberapa waktu sudah berlalu, Cassie sudah memesankan hidangan untuk Evelin dan dirinya juga. Yang lainnya juga sudah memesan, mereka menikmati hidangan itu terlebih dahulu karena sudah pada lapar juga.
"Aish maaf aku sedikit lama, aku harap kalian tidak menunggu ku datang dulu baru makan" ujar Evelin, dia langsung mengambil posisi duduk.
"Kami sedang makan" ucap Cassie.
"Oh syukurlah, maaf sudah bergabung tanpa izin" ucap Evelin.
"Tidak masalah, aku juga sudah menghubungi teman ku untuk datang" ucap Jackson.
"Oh kau juga ada rupanya, apa kau yang menemani Cassie seharian ini? Ugh, so sweet!" ujar Evelin.
"Hah! Makanlah, aku sudah memesan makanan untuk mu" ucap Cassie, dia berusaha sedemikan rupa untuk mengalihkan pembicaraan itu.
"Benarkah? Lucky!" seru Evelin dengan bersemangat.
Akhirnya Evelin pun ikut bergabung menyantap makanan dengan mereka, lalu setelah beberapa waktu berlalu kini Richardo sudah datang juga. Rupanya teman yang di maksud oleh Jackson tadi adalah dia, karena kebanyakan yang bersamanya adalah perempuan jadi dia mencari seorang pria untuk menemaninya bersama dengan mereka.
# # #
Setelah menyudahi sesi makan-makan itu, kini mereka masih mengobrol untuk menghabiskan bir yang mereka pesan.
"Kau juga akan bergabung dengan perusahaan kami kan?" ujar Jackson pada Evelin.
"Oh, bagaimana kau bisa tahu?" tanya Evelin.
"Ayah ku yang memberi tahu ku" ucap Jackson.
"Begitu yah! Aku sudah menandatangani kontrak kerjanya, bahkan sudah memulai membahas soal merilis lagu untuk ku. Mulai besok aku akan sibuk membahas berbagai hal dengan komposer utama lagu debut ku ini, semoga semuanya berjalan dengan lancar" ucap Evelin.
"Aku pernah mendengar mu menyanyi, saat itu kau sedang ikut lomba. Kala itu aku dan Jackson ada di situ juga, dengan suara yang kau miliki itu ku rasa tidak pantas untuk mu untuk merasa khawatir seperti itu. Percaya dirilah pada kemampuan yang kau miliki, jika kau sendiri tidak percaya diri bagaimana orang lain akan melakukannya?" ujar Richardo.
"Hm! Kau cukup bijak dibanding usia mu" ujar Evelin.
"Aku masih muda by the way" sahut Richardo.
"Kau seumuran dengan Jackson?" tanya Evelin.
"Yah!" sahut Richardo.
"Kalau begitu kita seumuran! Ke depannya, berhentilah bersikap seperti orang yang sudah tua saja" ucap Evelin.
"Perasaan aku tidak berbuat sesuatu yang menjadikan ku terlihat seperti orang tua" ujar Richardo.
"Tsk! Terserahlah!" ujar Evelin dengan malas.
~ ~ ~
"Chloe, berhentilah berlarian seperti itu!" seru seorang wanita.
"Chloe? Nama ini? Suara yang memanggil nama ini tidak asing di telinga ku? Suara yang tidak pernah ku lupakan selama bertahun-tahun ini" gumam Cassie di dalam hati, dia pun menoleh ke arah suara itu berasal.
Betapa terkejutnya dia kala melihat wanita paruh baya yang ada di sampingnya itu adalah ibunya, wanita yang sudah mengabaikan kehadiran dan keberadaannya.
Matanya Cassie sampai membelalak, dia tidak menyangka dalam sepuluh tahun berlalu dia masih bisa melihat keberadaan ibunya.
Ibunya juga melihat ke arahnya dengan keheranan, melihat ekspresi wajah yang dipasang oleh Cassie membuatnya keheranan.
"Cas? Apa yang kamu lihat?" celetuk Evelin penasaran, dia pun ikut menoleh dan mendapati keberadaan ibu kandungnya Cassie bersama dengan seorang anak kecil yang tengah digandengnya.
"Dia..." seru Evelin, namun ucapannya langsung terhenti kala melihat keadaan sahabatnya itu.
Cassie langsung tertunduk dengan tubuhnya yang bergetar, dia pernah berharap kalau suatu saat nanti dapat bertemu kembali dengan orang tuanya. Tapi begitu melihat mereka lagi, dia bahkan tidak tahu harus berbuat apa.
Namun satu hal yang pasti ialah rasa sakit akibat ditinggalkan seorang diri kembali terbuka, segala jenis emosi bergejolak di dalam dirinya.
Jackson menyadari ada yang salah dengan Cassie, gelagatnya sedari tadi terlihat aneh apa lagi dia juga melihat kalau dia menatap seorang wanita paruh baya tadi. Sejak saat itu dia menjadi aneh, dia sangat penasaran siapa wanita itu namun satu hal yang disadarinya adalah saat ini Cassie sedang tidak baik-baik saja.
"Ayo ikut dengan ku" ucap Jackson meraih tangannya Cassie.
Jackson beranjak dari duduknya dan menarik lengannya Cassie, sedang perempuan itu hanya mengikutinya dari belakang dengan patuh tanpa berkata apa-apa.