NovelToon NovelToon
Obsesi Om Duda

Obsesi Om Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ihsan Ghazi Rasyid, 40 tahun seorang duda beranak dua sekaligus pengusaha furnitur sukses yang dikenal karismatik, dingin dan tegas.

Kehidupannya terlihat sempurna harta berlimpah, jaringan luas, dan citra pria idaman. Namun di balik semua itu, ada kehampaan yang tak pernah ia akui pada siapa pun.

Kehampaan itu mulai berubah ketika ia bertemu Naina, gadis SMA kelas 12 berusia 18 tahun. Lugu, polos, dan penuh semangat hidup sosok yang tak pernah Ihsan temui di lingkaran sosialnya.

Naina yang sederhana tapi tangguh justru menjeratnya, membuatnya terobsesi hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

Perbedaan usia yang jauh, pandangan sinis dari orang sekitar, dan benturan prinsip membuat perjalanan Ihsan mendekati Naina bukan sekadar romansa biasa. Di mata dunia, ia pria matang yang “memikat anak sekolah”, tapi di hatinya, ia merasa menemukan alasan baru untuk hidup.

Satu fakta mengejutkan kalau Naina adalah teman satu kelas putri kesayangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2. Insiden

Pagi masih dingin, aroma masakan Naina sudah memenuhi dapur. Usai shalat subuh, ia terbiasa memulai hari dengan menanak nasi, menumis sayur, lalu membereskan rumah.

Semua dilakukan tanpa banyak suara, hanya derit sendok kayu di wajan dan langkahnya yang berpindah-pindah dari dapur ke ruang tengah.

Namira baru keluar kamar sambil menguap, rambutnya masih acak-acakan. Naina tersenyum tipis, menaruh piring berisi sayur di meja. Tak lama, Bu Rahayu keluar dari kamarnya. Tatapannya langsung tertuju pada kedua anaknya.

“Ini dua puluh ribu buat kamu. Cukupin buat dua hari, ya. Sekalian buat bensin motor dan makan di sekolah. Habis itu langsung ke sanggar, biar irit bensin,” ucap Bu Rahayu sambil mengulurkan uang ke Naina.

Naina menerima uang itu dengan hati-hati, mencoba menyembunyikan rasa perih yang menusuk setiap kali perlakuan ibunya terasa berbeda.

“Iya, Bu. Naina ngerti kok. Nanti Naina langsung ke sanggar. Nggak usah khawatir,” jawabnya, tetap ramah meski ada getir di suaranya.

Bu Rahayu lalu menoleh ke Namira, senyumnya melembut. Tangannya terulur mengusap puncak kepala gadis itu penuh sayang.

“Sayang, nanti pulang sekolah langsung ke rumah, ganti baju yang rapi sebelum les bahasa Inggris sama piano,” ujarnya pelan.

Namira mengangguk manja. “Iya, Ma. Nanti aku ganti baju yang cantik,” katanya sambil tersenyum lebar.

Naina diam, hanya menunduk sambil merapikan ranselnya. Di hatinya, ia sudah hafal pola ini. Namun, baginya, menahan luka jauh lebih penting daripada memperpanjang masalah.

Meski begitu, ia tetap menjaga sikap, membalas setiap kata dengan nada sopan, seolah tak ada yang mengganjal.

Naina diam-diam mengikuti kursus bahasa Inggris dan bahasa Korea dengan biaya dari hasil menari di sanggar. Setiap lembar uang yang ia terima disisihkan sedikit demi sedikit, tanpa sepengetahuan Mama maupun Namira.

Bagi mereka, Naina hanya gadis yang sibuk di sanggar, padahal di balik itu ia sedang menyiapkan jalan untuk masa depannya sendiri.

Berselang beberapa menit kemudian…

Jalanan pagi itu padat, suara klakson bersahutan. Naina duduk di belakang kemudi motornya, napasnya berat. Sejak keluar rumah, pikirannya terus dipenuhi hal-hal yang mengganjal.

Sesekali ia menghela napas, menatap lurus ke depan, mencoba fokus, tapi pikirannya melayang ke mana-mana.

Tanpa sadar, remnya terlambat ditarik. Suara “duk!” memecah riuh jalanan ketika bagian depan motornya menyentuh bemper mobil hitam mengilap. Naina langsung terpaku, matanya membulat.

“Astagaa… ya Allah, ya ampun!” serunya spontan, tangannya refleks menepuk dada sendiri. Nafasnya memburu, kakinya gemetar di atas aspal.

Beberapa detik ia hanya bisa berdiri kaku sambil menatap motor dan mobil di depannya, seolah otaknya belum sempat memproses apa yang baru saja terjadi.

Naina terlonjak, kedua tangannya refleks merapat di depan dada. “Astaga… maafkan saya, Pak. Sungguh nggak sengaja tadi saya kaget,” ujarnya terbata-bata, suaranya bergetar.

Dia menunduk, mencoba mengatur napas, sementara jantungnya berdentum keras seperti ingin pecah.

Seorang pria paruh baya keluar dari kursi depan, wajahnya masam. “Kamu nggak lihat jalan apa? Ini mobil mahal, tahu!” serunya dengan nada tinggi.

Naina mengangkat wajah, matanya tajam. “Pak, saya kan udah bilang nggak sengaja. Lagian cuma nyenggol sedikit, nggak sampai penyok,” ucapnya, mencoba menahan nada suaranya tetap sopan.

“Sedikit? Kamu pikir cat mobil begini murah?” imbuhnya pria itu, yang ternyata adalah supir pribadi.

Dari dalam mobil, kaca jendela belakang perlahan turun. Seorang lelaki berjas rapi memperhatikan. Pandangannya tertuju pada gadis berkuncir satu yang sedang berdebat dengan supirnya.

Bibirnya membentuk senyum tipis. “Cantik,” gumamnya pelan sebelum membuka pintu dan melangkah keluar.

Langkahnya tenang, matanya tak lepas dari Naina. “Ada masalah apa di sini?” ujarnya sambil menatap Pak Rudi, supirnya.

“Bos, anak ini nyenggol mobil kita. Dia nggak mau tanggung jawab,” kata Pak Rudi cepat.

Naina menatap lelaki itu. “Saya bukan nggak mau tanggung jawab, Pak. Cuma menurut saya ini nggak separah yang dibilang. Saya juga buru-buru mau ke sekolah,” balasnya, masih berusaha menahan emosi.

Pak Rudi ingin menimpali, tapi lelaki itu mengangkat tangannya memberi isyarat diam. “Biar saya yang urus,” ucapnya tenang, namun matanya tetap meneliti wajah Naina.

Udara di antara mereka seolah menegang. Naina tak bergeming, tatapannya tetap tegas meski jantungnya berdetak cepat.

Tatapan lelaki itu berubah. Ada kilat licik yang sekilas muncul di matanya. Ihsan menyelipkan kedua tangannya di saku celana, memandang Naina dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dalam hati, ia sudah merancang cara untuk membuat gadis ini terpojok.

Naina masih berdiri dengan ransel di punggung, napasnya belum teratur. “Kalau memang mau saya ganti rugi, kasih saya waktu. Saya nggak bawa uang sebanyak itu,” ujarnya pelan tapi tegas.

Ihsan melangkah setapak lebih dekat. “Saya rasa kamu nggak akan sanggup. Mobil ini bukan barang murahan,” ucapnya pelan namun penuh tekanan.

Naina menelan ludah, mencoba tidak mundur. “Kalau gitu, saya akan cari cara. Saya nggak mau masalah ini berlarut,” katanya, matanya tetap menatap lurus.

Senyum Ihsan semakin lebar. Ia menunduk sedikit, suaranya sengaja dibuat terdengar seperti tawaran yang tak bisa ditolak.

“Kalau dia nggak sanggup bayar, aku punya cara biar dia tetap terikat sama aku,” batinnya Ihsan sambil menahan senyum tipis.

“Baiklah,” ucapnya pelan tapi tegas, “kamu ganti rugi mobil aku lima belas juta. Bayar sekarang juga. Kalau nggak siap-siap berurusan sama polisi.”

Naina langsung melongo, matanya membesar seperti habis dengar harga konser idola.

“Lima belas juta? Pak… saya jual ginjal juga kayaknya belum cukup!” serunya spontan, membuat beberapa orang yang menonton dari pinggir jalan menahan tawa.

Ia maju setengah langkah, menatap Ihsan dari bawah ke atas. “Bentar, mobil segede gini, nyenggol dikit aja langsung minta ganti rugi kayak mau beli rumah. Ini catnya cat emas apa gimana?” ujarnya sambil melipat tangan di dada, wajahnya separuh kesal separuh nggak percaya.

“Dek, ini masalah serius,” potong Pak Rudi, supirnya.

“Serius juga, Pak, saya nggak bawa ATM apalagi brankas di tas sekolah!” imbuh Naina cepat, nada suaranya naik turun seperti lagi stand-up comedy, tapi matanya tetap menatap tajam, menolak kalah.

Ihsan melipat tangan, sudut bibirnya terangkat. “Kalau gitu aku akan mendatangi rumah kamu, gimana?” ujarnya pelan tapi menekan.

Naina langsung mundur setapak, matanya melebar. “Waduh, jangan, Pak! Mama saya itu kayak FBI, sekali lihat muka orang langsung tahu niatnya. Bisa-bisa Bapak dikira penagih utang atau calo KTP,” sahutnya cepat, nada suaranya campuran panik dan bercanda.

Beberapa orang yang masih menonton dari pinggir jalan mulai berbisik-bisik, sebagian menahan senyum melihat keberaniannya.

Naina melanjutkan, “Lagian, saya nggak siap mental lihat Bapak nongol di teras rumah. Nanti Mama saya langsung lempar sandal jepit sebelum Bapak sempat ngomong. Mau?” katanya sambil menaikkan satu alis, seolah menantang.

Ihsan hanya menatapnya, separuh kesal, separuh terhibur. Dalam hati, justru rasa penasarannya pada gadis berkuncir satu itu semakin menjadi-jadi.

Ihsan terdiam sebentar, lalu menatap Naina dari ujung kaki sampai ujung rambut. Senyumnya perlahan muncul, kali ini lebih lebar. “Kamu ini unik,” ujarnya santai.

Naina mengerutkan dahi. “Unik gimana? Kayak barang langka?” tanyanya ketus.

Ihsan tertawa pendek, lalu mendekat satu langkah. “Gini aja. Kamu bebas dari ganti rugi, nggak usah bayar lima belas juta. Tapi…” ucapnya, lalu sengaja berhenti untuk membiarkan Naina penasaran.

“Tapi apa?” seru Naina tak sabar.

“Tapi… kamu jadi kekasihku,” katanya datar namun tajam.

Naina membelalak. “Hah?! Bapak serius? Astaga, umur Bapak berapa sih? Jangan bilang…”

“Bukan jangan bilang, memang iya. Tiga puluh sembilan,” imbuh Ihsan tenang, seolah itu hal biasa.

Naina memegangi kepalanya dramatis. “Ya Allah… pantesan gaya ngomongnya kayak sinetron jam delapan malam. Pak, saya ini anak SMA, bukan pemeran pengganti istri kedua!” ujarnya, separuh kaget, separuh geli, tapi jelas-jelas terkejut dengan tawaran absurd itu.

Ihsan hanya tersenyum, matanya tak lepas dari Naina, seperti sedang menandai buruannya. “Pikirin aja. Aku orang yang nggak gampang nyerah,” ucapnya, lalu berbalik menuju mobilnya.

1
sunshine wings
😍😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🥰😘
total 1 replies
sunshine wings
Kan Nai.. Penuh dengan rasa cinta.. ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
sunshine wings
Support paling ampuh.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak kakak soalnya suamiku lebih muda aku 😂🤭
total 3 replies
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 2 replies
sunshine wings
Yaaa.. Kirain apa Nai.. Sudah pasti Ihsan akan ngelakuin.semua itu dengan senang hati karna itu maunya kan.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂 betul banget tuh kak nantangin lagi 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
bertemanlah Ruby dengan naina,tertawalah bersama
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: setuju tapi yah keegoisan Rubi menutupi sisi baiknya
total 1 replies
Fadila Bakri
teman saingan jadi calon anak tiri
Eva Karmita
sesakit dan sebenci apapun naina tetap anakmu dan darah daging mu Bu ..😤😏
ayah sabung naina berhati mulia mau Nerima naina seperti putri kandungnya beda sama emaknya naina yg berhati siluman 😠👊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel aku ini kakak judulnya Pawang Dokter Impoten ceritanya seru sudah banyak babnya
total 1 replies
sunshine wings
Dan menjauh dari mamanya.. 😬😬😬😬😬
sunshine wings
Ya Allah.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
sunshine wings
pikiran licik.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂
total 1 replies
sunshine wings
Sepatutnya jangan di bedain kerana anak itu rezeki yg tidak ternilai oleh apapun.. Kasian banget hidupmu Naina.. 🥹🥹🥹🥹🥹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sedih yah
total 1 replies
Maulida greg Ma
kejamnya
sunshine wings
Ditukar judulnya author ya.. 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: aku ganti kak mumpung ada cover nganggur 🤭😂🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
😲😲😲😲😲
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sialan emangnya..
Apa mereke adek beradek tiri author???
Kenapa beda kasih sayangnya???
🤔🤔🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: akan terjawab nanti Kak ☺️
total 1 replies
sunshine wings
Ayo pak semangat 💪💪💪💪💪
keluarkan Naina dari rumah itu.. 🥺🥺🥺🥺🥺
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: yah yah
total 1 replies
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!