Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Malam hari setelah semua selesai bersih-bersih dan beranjak ke kamar masing-masing untuk tidur, Vin mendapat kamar sendirian, walaupun awalnya ia bersama Sen di satu kamar, tapi ia menolak dan ingin sendirian saja.
Karena memang kamar hanya ada 3 jadi harus ada satu kamar yang diisi dua orang, maka Goro pun mengalah dan tidur sekamar dengan Sen, Vin, dan Vira dua kamar yang lain.
"Maaf ya, Goro merepotkan anda" ucap Sen ketika mereka bersiap untuk tidur.
"Tidak apa-apa, lagipula saya juga seharusnya sudah tahu kalau pangeran tidak suka tidur dengan orang lain. Karena memang seperti itulah sifatnya, tidak berubah sejak kecil" ucap Goro.
"Begitu ya, anda pasti mengenalnya dengan baik, mengingat dulu anda orang yang seperti itu"
"Baiklah Sen, sebaiknya kita tidur, kita bisa lanjutkan besok lagi" ucap Goro yang kemudian membaluti tubuhnya dengan selimut dan beranjak tidur.
Begitupun dengan Sen yang juga ikut tidur.
Namun, disisi lain Vin yang ada di kamar sebelah sendirian kini sama sekali tidak bisa tidur, padahal ia sudah sangat lelah, tapi matanya tidak mau terpejam juga.
"Menyebalkan!"
Hingga tengah malam akhirnya Vin pun bisa tertidur dengan sendirinya.
Terlihat Vira juga sudah tertidur dari tadi bersama para peri-peri di sekelilingnya.
***
Ketika Vin tiba-tiba terbangun dan membuka matanya, ia menyadari dirinya ada di tengah-tengah kota.
"Ini pasti mimpi lagi" gumamnya kesal melihat sekelilingnya yang terlihat sangat sepi, dari keadaan sampai urutan kejadian, semua gambaran mimpi itu selalu terulang dalam tidurnya berkali-kali sampai ia hafal.
"Seharusnya tidak jauh dari sini..." Vin pun mulai menyusuri jalan untuk menemukan sebuah pohon besar di tengah-tengah kota.
"Itu dia"
Tidak susah mencarinya, karena itu adalah pohon paling besar yang pernah ada, bahkan luasnya pun sudah seperti luas istananya, dengan batang yang menjulang tinggi dan daun hijau yang tumbuh dengan lebat menutupinya seperti payung.
Dan disana ia melihat semua orang tengah berkumpul sambil mendekatkan kedua tangan di depan dada seperti tengah berdoa.
"Seharusnya setelah ini dia keluar dari pohon itu" gumamnya menebak kejadian selanjutnya.
Hingga tiba-tiba terdengar suara ledakan dari luar sana, menyebabkan guncangan yang cukup kuat, semua orang pun mulai panik dan berteriak ketakutan.
"Apa? Apa yang terjadi? Bukan, seharusnya tidak ada ledakan dalam mimpi ini, apa itu tadi?"
Dan saat Vin berbalik untuk melihat apa yang terjadi di luar sana, kondisi di sekelilingnya pun seketika berubah menjadi kota yang hancur lebur, dengan tubuh-tubuh tak bernyawa bergelimpangan di mana-mana.
"Tidak, tidak... Apa yang terjadi? Ini tidak pernah ada dalam mimpiku sebelumnya. Bagaimana bisa...?"
Vin melihat kehancuran negerinya seperti waktu kejadian 17 tahun yang lalu. Pasukan hitam menyerang kota dan memporak-porandakan segalanya, setengah penduduk pun habis oleh mereka.
Dan... Termasuk dari korban jiwa sang raja yang mati-matian mempertahankan kerajaan dengan mengorbankan nyawanya sebagai pelindung yang membatasi wilayah negeri Ryalyn dengan hutan kegelapan.
Tepat di depan mata kepalanya Vin melihat dengan jelas bagaimana mimpinya memperlihatkan bagaimana ayahnya berubah menjadi abu untuk melindungi negerinya.
"Tidak... Tidak... AAARRRGGHH...!!!" Vin pun berteriak marah, ia kehilangan kendalinya, entah bagaimana mimpinya bisa berubah seperti ini, ia benar-benar sangat takut.
"Kenapa tidak ada yang datang menolongnya...!!!"
Hingga Vin teringat sesuatu saat ia mengatakan hal itu.
"Anak itu, ya dia... Dimana anak itu?! Dimana dia?! Kenapa dia tidak datang?! KAU SEHARUSNYA MENYELAMATKAN MEREKA!!!" Vin berteriak kalap sambil mencengkram kepalanya yang seakan berputar-putar.
"Heh? Kenapa anda menanyakan hal itu?"
"Bukankah anda tidak percaya dengan ramalan? Lalu kenapa anda minta bantuannya?"
Tiba-tiba Vin mendengar suara seseorang, ia pun mencari-cari asal suara itu, tapi tidak ada seorangpun di sekelilingnya, hanya bangunan runtuh dan mayat-mayat bergelimpangan darah dimana-mana.
"Siapa itu? Keluar!!"
"Saya tidak percaya dengan ramalan bodoh itu, bukankah itu yang anda pikirkan? Lalu kenapa anda berpikir semua orang akan diselamatkan oleh ramalan itu?"
"Ramalan itu tidak nyata, tidak ada anak dalam ramalan, semua itu hanya omong kosong!"
Vin pun sangat terkejut mendengar suaranya sendiri mengatakan hal itu, ia yang mengatakannya, dan ia kembali teringat pada orang yang dimaksud.
Anak dalam ramalan...
Bukankah ia tidak percaya itu?...
"Aaakkhh...!!! Berhenti menggangguku!! Pergi!!"
"Sungguh malang, ego anda bisa saja menghancurkan anda"
"DIAAM...!!!"
Saat tiba-tiba Vin merasakan kehadiran seseorang di depannya, ia pun segera melihat siapa itu. Dan betapa terkejutnya ia mendapati sosok gadis dengan rambut panjang dan wajah datar tanpa ekspresi tengah berdiri dan menatapnya dengan tatapan kosong.
"Vira?"
Dan entah kenapa Vin tiba-tiba berjalan kearahnya seperti meminta tolong.
"Vira... To..." namun egonya tetap menolak untuk mengatakan kata itu padanya.
Sementara Vira hanya diam di tempatnya seperti biasa, ia merasa Vira yang ada di depannya bukanlah Vira yang asli, itu yang dikatakan instingnya.
Dan ketika ia hampir sampai untuk bisa meraihnya, seketika ia melihat Vira yang ada di depannya mengeluarkan darah dari dadanya, seperti saat ia tertusuk saat itu.
Dengan luka besar yang menganga di dadanya, Vira menatap Vin dengan angkuh, seakan ia tengah menyalahkannya atas apa yang terjadi padanya.
"Bukankah anda tidak percaya pada saya?"
"Aaarggghh...!!"
Dan akhirnya Vin pun bangun dari tidurnya, dengan nafas tersengal dan keringat yang membasahi tubuhnya.
Padahal malam baru menunjukan pukul 12 malam, tapi ia sudah terbangun dan tidak bisa tidur lagi.
***
pagi hari semua orang sudah terbangun. Dan pagi itu Goro menyiapkan pakaian peninggalan istrinya untuk Vira pakai, karena baju kemarin tidak mungkin ia pakai lagi.
Walaupun sebenarnya ukurannya cukup besar tapi untungnya para peri bersedia menyulapnya menjadi ukuran Vira dengan tampilan yang baru.
"Karena kemarin anda membelikan bahan makanan juga, jadi hari ini saya membuatkan sarapan untuk kalian, semoga suka" ucap Goro yang tengah menyiapkan masakannya di meja makan.
"Terima kasih Goro... Untungnya saya juga membeli banyak kemarin"
Sen, Goro, dan Vira pun sudah berkumpul di meja makan.
"Eh? Apa pangeran Vin belum bangun?" tanya Goro melihat kamar Vin yang belum menampakan penghuninya.
"Sepertinya dia masih tidur"
Namun, ketika Sen mengatakan hal itu, Vin sudah keluar dari kamarnya, dia baru saja selesai mandi, dengan rambut setengah basah dan handuk di pundaknya.
Vin melihat ke arah meja makan yang sudah di penuhi oleh mereka, lalu berlalu pergi.
"Vin, anda tidak makan? Goro sudah membuatkan sarapan untuk anda juga" ucap Sen meminta Vin untuk ikut makan bersama.
"Aku tidak lapar"
Vin pun pergi keluar, tanpa memedulikan mereka.
"Tidak apa, mungkin dia hanya ingin sendiri, kalau lapar juga dia akan makan"
Tapi tidak dengan Vira yang terus memandangi pintu depan yang terbuka, dimana Vin keluar di sana seperti semalam, ia jadi punya banyak pikiran untuk itu.