NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua sudah terlanjur

Plak!

Tamparan Asaki mendarat keras di pipi Haru. "Elo berani banget ya bisa-bisanya malah bermesra-mesraan sama cewek toxic itu!" Makinya.

Zara tersentak.

Tanpa pikir panjang, Zara turun dari meja dan membalaskan tamparan itu.

Plak!

"Gila lo cewek murahan!!" Asaki tak menyangka dia mendapat balasan itu. Tangannya terangkat dan akan membalas--

"Asaki! Jangan sentuh dia!" seru Haru.

Namun Asaki, yang terlanjur dikuasai emosi, tetap membalas. Tamparan keras mengenai pipi Zara.

"Akh!" Zara jatuh terdorong ke lantai.

"Dengar, cewek sialan!" Asaki mendekat, berdiri di atas Zara yang merunduk. "Haru akan pergi ke Swiss. Bersamaku. Elo itu apa?! Nggak malu apa kalo elo bakal jadi samp*h!"

Kata-kata itu lebih menyakitkan dari tamparannya. Zara tak bisa membalas. Matanya panas, air matanya jatuh begitu saja, tanpa suara.

"Asaki!" suara Haru membentak. Tangannya cepat meraih Zara, menariknya ke dalam pelukannya. "Apa yang lo lakukan?! Zara adalah, calon istriku." tatapnya.

"Apa?" Asaki menahan tangis yang kini hampir pecah. Zara lebih dulu menangis dipelukan Haru. Itu membuatnya semakin muak. Matanya hanya bisa menatap nanar.

"Maafin aku, Zara. Maafin aku." Haru khawatir.

"Haru!" Asaki membela diri. "Jangan halu hanya karena cinta. Lepaskan cewek itu. Masa depanmu ada di Swiss. Masa depan yang sudah lo susun, demi kakakmu, Ryu!"

"Iya! Masa depan itu sudah jelas. Masa depanku bersama Zara. Dan gue nggak akan pergi ke Swiss. Itu bukan impian gue."

Zara masih terisak di dalam dekapan kekasihnya. Genggamannya gemetar. Gadis itu terlalu lembut untuk disentuh oleh pertengkaran.

"Astaga..." Asaki mencibir kenaifan Zara yang menangis dipelukan itu. "Haru..." Air matanya mulai mengambang. "Lo nggak bisa gini. Lo nggak bisa nyerah hanya karna gadis itu. Swiss itu bukan cuma mimpi. Itu... itu impian Ryu! Itu impian orang yang paling gue cintai. Kumohon, kabulkanlah."

Haru terdiam.

"Asaki..." ucapnya pelan. "Gue bukan Kak Ryu."

"Tolong, Haru. Wujudkan impiannya. Gue mohon." Suara itu menggigil. Seketika, ketegangan berubah jadi luka lama yang menganga.

"Sekali lagi, gue bukan Kak Ryu."

"Dan lo tau kenapa?" bisik Asaki. "Lo itu... hidup dengan jantungnya."

"Apa?" seketika Haru tercengang.

"Asal lo tau, Haru... jantung yang berdetak di dalam tubuh lo sekarang... itu milik Ryu. Kakak yang lo gantikan. Satu-satunya orang yang gue... cintai."

Keheningan menjalari ruangan.

"Tidak, itu tidak mungkin..." Haru bergumam. Tubuh tegapnya mulai gontai. "Ini, jantungku sendiri."

Tubuhnya pun roboh. Jatuh berlutut.

Zara panik, "Haru! Haru, kamu kenapa?"

Asaki menatapnya tajam, tapi matanya berlinang. "Maka turutilah wasiatnya. Lanjutkan mimpinya. Swiss... itu bukan cuma tempat. Itu adalah warisan. Impian terakhir seseorang yang kini hidup di dalam tubuhmu."

"Ini bukan jantung Kak Ryu. Ini jantungku sendiri," bisik Haru lirih, napasnya memburu. Jantungnya mulai terasa nyeri.

"Haru, kamu sakit?" Zara semakin cemas.

"Tenang, Zara. Aku... Baik-baik saja."

Asaki menggeleng getir. "Itulah kenyataannya, Haru. Elo hidup dengan jantung orang yang gue cintai. Dan karena jantung itu... gue nggak bisa membiarkan siapa pun yang elo cintai masuk ke hidup lo."

"Ini tubuhku, Asaki. Ini jantungku, sekarang... aku—"

Tiba-tiba Haru meringis. "Akh... Sh*t...!" Nyeri itu menghantam dadanya seperti palu, membuat tubuhnya bergetar dan lututnya lemas.

"Haru!" Zara langsung merunduk, memeluk tubuh Haru yang oleng. "Ada apa?! Haru, bertahanlah!"

"Mana obatnya? Mana?!" Asaki panik, membongkar laci-laci dapur dengan kasar.

Zara celingak-celinguk, lalu menoleh ke meja. "Itu!" serunya, menunjuk sebuah kotak plastik berisi berbagai macam toples. Tangannya bergerak cepat untuk mengambil--

Tapi sebelum sempat ia ambil, Asaki datang menyerobot. "Bodoh! Kenapa lama banget sih!" desisnya sambil membuka botol obat dengan tangan gemetar.

"Tapi aku yang nemuin—"

"Diam! Jangan sok pintar kalau nggak ngerti apa-apa!"

Zara terdiam.

Tapi matanya tak lepas dari Haru. Ia bingung karena tak bisa berbuat aoa-apa. Kesedihannya dihantam begitu dalam melihat kondisi bahwa Haru punya penyakit jantung.

Air matanya berderai deras. "Kak bodyguard, itu-- itu terlalu banyak... itu—" dia tak menyangka bahwa Haru, harus bergantung pada obat sebanyak itu.

"Gue tahu takarannya!" potong Asaki, meski wajahnya tampak sama cemasnya. Ia menaruh beberapa butir obat di tangan Haru. "Cepat, minum ini!"

Haru meneguk air yang disodorkan. Tubuhnya gemetar, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia menarik napas panjang, menahan sisa sakit yang masih berdenyut.

"Haru... kita ke rumah sakit sekarang!" kata Asaki dengan nada tegas.

"Gue cuma butuh istirahat," Haru menolak.

Zara masih di sisi Haru, matanya basah. "Haru... kamu menyembunyikan ini dariku? Kamu sakit... dan aku bahkan nggak tahu apa-apa."

Haru menatapnya. Pandangannya sayu tapi penuh makna. "Maaf, Zara. Aku nggak ingin kamu melihat sisi lemahnya aku... tapi sekarang, semua sudah terlanjur."

"Aku peduli, Haru. Aku nggak peduli seberapa sakit kamu, aku akan tetap di sini."

Asaki berdiri. "Zara, cukup. Haru harus ke rumah sakit. Jangan memperparah keadaan dengan drama." Ia kemudian membantu Haru berdiri.

Saat itulah, Fanya dan Asyifa masuk lewat pintu depan. Datang berkunjung.

"Eh? Haru? Asaki, Haru kenapa?" Fanya terkejut, matanya langsung menuju Haru yang merunduk memegangi jantungnya yang terasa menyempit.

"Tolong kalian berdua... temani Zara. Gue akan ke rumah sakit." kata Haru.

Zara tetap berdiri di tempat. Bibirnya gemetar. Matanya kosong, tubuhnya terasa dingin. Namun di dalam dadanya, badai sesungguhnya mulai menggulung.

"Apa-apaan ini? Gimana bisa Zara ada di rumah Haru?" Fanya menyipitkan mata, nadanya sinis, alis terangkat tinggi. Matanya menelisik Zara dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Zara hanya bisa berdiri terpaku, matanya masih sembab, wajahnya letih bercampur kebingungan dan fakta yang menyakitkan.

"Zara, kamu nggak apa-apa?" Asyifa mendekat. Dia lebih lembut dan penuh kepedulian.

Zara bertanya-tanya, "Asyifa...? Fanya...? Kalian... kenapa bisa di sini?"

Fanya menjawab cepat sebelum Asyifa sempat buka suara. "Elo baru tahu ya? Kita ini sahabatnya Haru dari lama. Sementara lo? Lo siapa? Tiba-tiba nongol di rumah ini..." Nada bicara Fanya seperti pisau—tajam, tak segan menyayat.

Zara menahan diri. Ia ingin menjelaskan, tapi tak tahu harus mulai dari mana. "Aku... aku cuma—" takut malah menambah masalah.

"Udahlah, Fan." Asyifa menoleh, mencoba menghentikan ketegangan. "Kasihan Zara. Tadi kita lihat dia dibentak Asaki. Haru juga baru aja dibawa pergi. Dan sekarang kamu mau nambah tekanan lagi?"

Fanya mendecak pelan, menyilangkan tangan di dada. "Gue nggak emosian kayak Asaki, kok. Tapi tetap aja... ini rumah Haru. Dan cewek mana pun yang masuk ke zona itu, jelas harus ditanya, dong."

Asyifa kembali menoleh pada Zara, suaranya lebih tenang. "Zara... sebaiknya kamu istirahat dulu, atau kita antar pulang. Masalah ini kelihatannya rumit, dan kami juga nggak mau kamu makin tertekan."

Zara mengangguk pelan. "Iya... terima kasih, Asyifa." Suaranya lirih, tapi ada rasa hangat yang menyelinap. Meski dipojokkan, ada tangan yang tetap menenangkan.

1
Elisabeth Ratna Susanti
seru banget part ini 👍🥰
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!