Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Asih tidak menyangka akan secepat ini bertemu dengan Rahmat, pria yang sudah menyakiti dirinya dengan teramat sangat. Pria itu ternyata sedang sarapan di warung tersebut bersama dengan Mirna, kedunya duduk berdampingan.
"Asih, sudah lama banget kita nggak ketemu. Bagaimana kabar kamu?" tanya Rahmat dengan tatapannya yang tak teralihkan dari wajah Asih.
''Baik, katanya kamu dan juga Mirna akan menikah ya? Aku diundang gak?" tanya Asih basa basi.
Rahmat nampak memandang Asih dari ujung kepala sampai ujung kaki, mata Rahmat berbinar seperti menemukan mutiara. Dia menatap Asih dengan tatapan penuh minat.
"Ehm!"
Mirna yang melihat cara Rahmat menatap Asih langsung berdehem, dia bahkan langsung menyenggol perut Rahmat dengan sikutnya.
"Biasa aja liatnya, aku itu lebih cantik dan juga lebih muda dari dia."
Terlihat sekali jika Mirna begitu cemburu, dia tidak suka ketika melihat Rahmat yang menatap Asih dengan tatapan penuh puja.
"Iya, Sayangku." Rahmat tersenyum kaku sambil mencolek dagu Mirna.
Mirna tiba-tiba saja merasa tidak suka saat melihat Asih yang ada di sana, dia merasa kalau penampilan Asih begitu luar biasa. Wanita itu memakai kaos panjang dan juga celana jeans panjang.
Namun, dia saja yang perempuan merasa kalau saat melihat Asih begitu menggoda. Bajunya yang ketat seakan menonjolkan bagian-bagian tubuh yang berisi, terlihat sangat menarik dan juga menggoda.
"Mbak Asih, pesta pernikahan kita memang akan diadakan minggu depan. Namun, perlu Mbak Asih ingat, kita itu sudah menikah. Hanya pestanya saja yang belum dilaksanakan, jadi tolong jaga jarak dengan suami saya."
Asih tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Mirna, dia tidak menyangka kalau keduanya ternyata sudah menikah. Dia hanya sempat mendengar kalau keduanya akan menikah dua minggu lagi.
"Tenang saja, saya itu tahu diri kok. Saya tak akan mengambil suami Dek Mirna, saya bukan tipe wanita yang suka merebut milik orang. Saya lebih suka dikejar dari pada mengejar," ujar Asih.
"Cih!" ujar Mirna yang tersinggung dengan perkataan dari Asih.
Asih awalnya ingin membeli sarapan di sana, tetapi niatnya dia urungkan. Dia malah pergi ke rumahnya karena tak ingin berlama-lama berada di sana, dia belum siap untuk membungkam kesombongan Mirna yang sudah berhasil mendapatkan Rahmat.
"Lihat saja, Mirna. Nanti kamu akan menangis darah, karena bukan aku yang akan mengejar Rahmat. Namun, dia yang akan mengejarku kembali."
Asih berjalan berlenggak-lenggok menuju mobilnya, Rahmat sampai tidak berkedip melihat Asih yang sedang berjalan itu. Terlihat sangat menggoda, Mirna sampai memukul lengan Rahmat dengan begitu kencang.
"Terus aja plototin!" teriaknya. Asih bahkan sampai bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Mirna ketika dia masuk ke dalam mobil.
Asih tertawa, dia kini sudah di rumahnya dan memilih untuk memakan mie instan saja karena malas untuk pergi keluar. Asih tak fokus saat makan, karena dia kini sedang memikirkan bagaimana caranya membalaskan dendam kepada orang-orang yang sudah menyakiti dirinya.
"Lebih baik siang ini aku menemui pemilik orkestra di kota," ujar Asih.
Asih yang merasa lelah akhirnya memutuskan untuk tidur terlebih dahulu, dia ingin mengumpulkan energinya yang sudah terbuang. Siang harinya dia berangkat ke kota untuk menemui sang pemilik orkestra dangdut ternama di kota.
Setelah melakukan 3 jam perjalanan, akhirnya Asih kini tiba di rumah sang pemilik orkestra dangdut ternama itu.
"Anda siapa ya?" tanya Dedi. Pria pemilik orkestra dangdut ternama di kota, dia terlihat tampan dengan penampilannya yang terlihat keren.
"Saya Asih, Pak Dedi. Saya biduan dangdut dari kampung Sahari, ingin melamar jadi penyanyi dangdut di orkestra Bapak."
Asih sengaja datang dengan menggunakan dress tanpa lengan dengan panjang sepaha saja, rambutnya digelung sehingga menampilkan leher jenjangnya. Seksi sekali Asih sore ini.
"Penampilan kamu oke banget, kamu cantik banget. Tapi, suara tetap harus saya uji."
Pria itu terus saja menatap wajah dan dada Nirmala secara bergantian, Asih tahu kalau itu artinya susuk yang dia pakai sudah berfungsi.
"Boleh banget, Pak. Karena suara memang nomor satu," ujar Asih.
Asih akhirnya menyanyi di hadapan Dedi, suara wanita itu memang bagus dan Dedi langsung suka. Dia menyetujui Asih untuk orkestra miliknya.
"Karena kamu berasal dari kampung Sahari, jadi kamu nanti mulai manggungnya di kampung Sahari aja. Simpen nomor saya, biar gampang kalau ada yang mau dibicarakan."
"Siap," jawab Asih.
Dedi mendekat ke arah Asih, pria itu hendak mengelus lembut lengan Asih. Namun, wanita itu dengan cepat memundurkan langkahnya.
"Ada apa? Apa ada yang ingin disampaikan lagi?"
"Nggak ada, hanya saja kamu b gitu menggoda. Bagaimana kalau kita main sebentar?"
"Main? Main apa?" tanya Asih polos.
"Main kuda-kudaan, mau gak?" tanya Dedi sambil menatap milik Asih.
"Pak Dedi, Bapak itu sudah punya istri. Jangan macam-macam, saya kenal loh sama istri Bapak."
"Hah! Serius?" tanya Dedi sambil menjauh dari Asih.
*
Jangan lupa dukungannya kawan🥰
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...