NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 30

Zyan dan Zira berjalan memasuki tempat yang tampak seperti sarang kegelapan itu, dada mereka berdebar-debar tak terkendali.

Zyan mencoba menahan rasa takut yang menguasai dirinya, tapi pemandangan tubuh besar dan wajah penuh bekas luka preman-preman itu membuatnya ingin mundur.

Mereka duduk dengan santai, rokok tergantung di bibir, senyuman kecil terulas saat mata mereka bertemu dengan Zyan.

"Apakah ini senyuman mengejek? Atau mungkin pertanda bahwa aku telah melakukan kesalahan besar?" batin Zyan, menggenggam jemari tangan kekasihnya.

"Ngapain datang ke sarang kami?" Salah satu dari mereka berbicara, suaranya rendah namun memancarkan otoritas.

Zyan menghirup napas dalam-dalam, mencoba mencari keberanian dari sisa-sisa keteguhan di hatinya. "Apa tugasku sudah dilaksanakan?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar. Matanya terfokus ke wajah pemimpin mereka, berusaha untuk tidak goyah. Ia harus terlihat berani, meskipun tubuh gemetar di dalam.

Preman itu tertawa kecil. Tawanya seakan memancing rasa frustrasi dalam diri Zyan dan Zira. "Bayarannya mana?" tanyanya dengan nada santai, seolah waktu adalah miliknya dan Zyan hanyalah bidak di permainan ini.

Zyan menggeretakkan gigi. "Bayaran? Aku sudah membayar empat juta kemarin, Tuan. Bayaran apa lagi yang Anda maksud?" Suaranya meninggi, emosi mulai mendidih. Tangan kanan mengepal erat di sisi tubuhnya. Ia tahu berada di wilayah mereka, tapi ini sudah di luar batas.

Lelaki itu hanya tertawa lebih keras, mengusik kesabaran Zyan lebih jauh. "Hahahaha ... sepuluh juta. Aku dan anak-anak bisa langsung melaksanakan tugasmu dengan sempurna. Jadi, bagaimana? Kamu mau bayar?"

Dada Zyan terasa sesak, kemarahannya meluap. "Sepuluh juta? Ini sudah tidak masuk akal." Ia menatapnya tajam, meskipun hati was-was. "Ini namanya penipuan! Kembalikan uangku yang kemarin!" Suaranya tak bisa lagi disembunyikan, semua keberanian tumpah di sana.

Tiba-tiba, salah satu anak buahnya berdiri. Suaranya keras dan tajam menusuk telinga. "Hei, jangan berani meninggikan suara di depan bos kami, ngerti? Memangnya kamu pikir kamu bisa melawan kami?"

Zyan terdiam. Mulutnya mengering. Ia bisa merasakan napas Zira yang semakin berat di sebelah. Ia tidak bisa berbalik sekarang, tetapi jelas bahwa ia telah memasuki medan pertempuran yang bukan hanya tentang uang, tetapi tentang keberanian dan akal sehat.

"Aku tidak akan diam saja! Ini penipuan! Aku pasti akan melaporkan kalian!" Suara. Zyan menggema, penuh kemarahan yang menyesakkan dada. Tapi amarahnya hanya memancing senyum dingin dari pemimpin preman itu.

Dengan sebuah gerakan tangan, preman memberi perintah, "Hajar mereka!"

Tiba-tiba, suasana berubah menjadi kacau. Zyan dan Zira berlari sekuat tenaga, berharap ada jalan keluar. Namun, usaha mereka sia-sia. Preman-preman itu sudah mengepung, mengunci segala arah.

Pandangan Zira terisi ketakutan yang mencuat jelas di matanya. Sedangkan Zyan? Hanya amarah yang menggerakkan tubuh ini. Saat sebuah pukulan mendarat keras di wajah, Zyan merasakan dunia mulai berguncang.

Zira menjerit keras, suaranya penuh dengan ketidakberdayaan. "Tidak! Lepaskan dia! Jangan sentuh dia!" Tangannya dicengkeram erat oleh seseorang, sehingga ia tak bisa mendekat untuk membantu kekasihnya.

Zyan tak mampu menahan semua pukulan yang menghujaninya. Darah mengalir dari sudut bibir, tubuh akhirnya ambruk ke tanah. Lantai yang dingin dan keras terasa seperti sahabat baru yang menyambut tubuhnya yang kehabisan tenaga. Samar-samar, ia mendengar Zira menangis histeris, berteriak meminta tolong di antara desakan rasa takutnya.

"Halo! Tolong kami! Tolong!" Suara Zira terdengar serak ketika ia menghubungi Kevin dan klub motornya. Harapan terlihat kecil, namun ia tetap berjuang.

Rasa sakit fisik Zyan perlahan-lahan terasa pudar oleh kenyataan bahwa ia tidak menyerah.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki tergesa memenuhi tempat itu. Kevin bersama yang lain datang seperti angin yang membawa sedikit kelegaan. Tatapan mereka penuh keterkejutan melihat tubuh Zyan yang penuh luka, tapi ada juga tanya yang mencuat di mata mereka.

"Kenapa dia ada di sini? Apa yang terjadi?" tanya mereka satu-persatu.

Zyan ingin menjawab, ingin memberi mereka penjelasan. Tapi, tubuh ini sudah menyerah. Kesadaran perlahan mulai memudar, menyisakan kekosongan yang dingin. Di antara keterkaburan itu, ia masih bisa mendengar tangisan Zira, gemuruh langkah teman-teman dan ketidakpastian yang membayangi.

***********

Beberapa jam kemudian, mereka sudah diperbolehkan menjenguk Zyan di ruangannya. Livia menyentuh tangan Kevin untuk menenangkannya. Ia tahu, Kevin pasti memarahi Zyan di depan semua teman-temannya.

"Jawab dengan jujur kepadaku, Zyan." Kevin menatap wajah Zyan dengan sorotan mata tajamnya. "Kamu dan Zira mau apa di tempat preman itu? Bisakah kamu jujur kepada kami semua? Jangan sampai bukti yang aku dapatkan mengatakan di depan lainnya."

"Kamu berbicara apa, Kevin? Apa kamu tidak melihat keadaan teman sendiri?" sahut Zira, sangat takut rahasia terbongkar.

"Aku meminta kejujuran Zyan sekarang, Zira! Apa jangan-jangan ..... semuanya adalah ide gilamu?" Kevin tersenyum tipis. "Kamu tidak berani mengatakannya, Zyan?"

"Ak-aku ke sana cuman mau mencari seseorang untuk diajak bergabung. Aku tahu, kalian sibuk dengan urusan masing-masing. Sudah waktunya mencari anggota baru. Apa ada masalah?" Zyan menjawab pertanyaan Kevin.

"Benar-benar pembohong kamu, Zyan. Lihatlah video ini?" Lerry menyerahkan rekaman cctv di tempat preman, suara Zyan sangat jelas apa maksud kedatangan Zyan ke tempat itu.

"Wahhh .... kamu benar-benar parah, Zyan! Tidak menyangka kamu seperti ini," kata Megan menggeleng kepalanya.

"Apakah ini ..... balasannya untukku, Zyan? Kamu tega sekali, mau menghancurkan usaha kedua orang tuaku? Di mana usaha itu, tempat mencari sesuap makan kami. Aku sangat kecewa berat denganmu," kata Kevin keluar dari ruangan itu.

Zyan menatap ke arah temannya satu-persatu. Mengetahui mereka ikutan kecewa berat juga. "Kevin! Kevin kembali! Kevin!"

"Kamu benar-benar jahat Zyan, kami adalah temanmu. Tapi diam-diam menusuk dari belakang, mungkin aku keluar dari klub motor ini. Takutnya kamu melakukan hal kejam kepadaku nanti," ucap Lerry meninggalkan ruangan ini.

Livia senang melihat mereka sangat membenci Zyan, akhirnya rencana berjalan dengan lancar dan sesuai keinginannya itu.

"Aku sangat bersalah kepada mereka, sudah meminjamkan uang dan untuk membayar preman itu. Beruntung sekali, para preman tidak mau melakukannya. Bisa-bisanya kamu percaya dengan mereka itu." Livia tersenyum mengejek, membuat wajah Zira tidak suka.

"Kamu pembawa sial di klub motor kami, Livia. Semenjak ada kamu di sekitar kami, selalu mendapatkan kesialan. Kamu adalah akar permasalahan ini!" Zira sedikit mendorong bahu Livia, sudah menduga dari awal dan pasti klub motor menjadi kacau.

"Kamu menyalahkan aku? Hahaha .... yang salah adalah Zyan. Siapa yang membayar preman, hah? Aku, kamu, atau Zyan?" Livia tersenyum smirk.

Tiba-tiba seorang perawat datang, lalu meminta untuk mengurus administrasi Zyan. "Silahkan, kalian bisa melunasi semua administrasi ke depan."

Zyan meremas kertas itu. "Livia bisakah kamu membayar semua tagihan rumah sakit ini?"

1
Yuliana Tunru
lho kok livia yg bayar noh kekasih tercinta mu yg urus utang z blm dicicil blm lg utang nyawa wulan dulu dasar teman lucnut nikmati semua ya
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!