Rumah pojok yang selalu bersuara desahan nikmat setiap malam nya selama beberapa tahun terakhir ini, seorang gadis belia yang menjadi primadona sehingga tidak pernah istirahat dapat tamu.
namun ada pula kabar mengatakan bahwa diri nya memiliki susuk, karena setiap pelanggan yang usai berhubungan dengan nya selalu meninggal dunia dengan cara bermacam macam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Korban lagi
Arka melirik Bintari dan juga Kodam nya yang sibuk sendiri itu, entah apa yang berulang kali di bisikan pada tuan nya karena Arka juga sama sekali tidak tau akan hal itu. dia tidak bisa dengar tapi sudah yakin kalau kucing putih itu sedang membicarakan diri nya, tidak tau apa juga yang sedang di bicarakan.
"Walau pun putih tapi dia tidak bloon ternyata." batin Arka melirik Kodam nya Bintari.
Namun menurut Lula ini bukan lirikan biasa, karena sejak tadi mata Arka terus menatap Bintari seolah tidak mau berkedip sedikit pun. hati Lula agak terbakar juga, sebab bila kita membawa pria untuk main di rumah teman tapi sang pria malah asik melihat teman maka sudah pasti ada rasa cemburu juga yang membakar dalam dada ini.
Mata Arka seolah tidak mau berpindah dari tempat lain, Bintari sadar akan hal itu sehingga agak kikuk juga akan pandangan nya Arka. sudah lah memang ada rasa dan malah tiba tiba saja sekarang Arka datang dan tidak mau berkedip menatap nya, ada rasa senang namun ada rasa takut juga.
"Kamu kuliah ya, Bin?" tanya Lula sambil tersenyum.
"Iya, kamu sendiri kerja atau gimana?" tanya Bintari balik sambil mengambil minuman dari kulkas.
"Aku kerja jadi pembantu, alhamdulilah dapat kerjaan." jawab Lula sambil melihat rumah nya Bintari.
"Sering lah main kesini biar aku ada teman." suruh Bintari menyuguhkan minuman dan buah dari dalam kulkas nya.
Lula tersenyum saja karena kalau soal main itu urusan gampang, entah sendirian atau nanti bersama dengan Arka. tapi yang jelas dia pun juga merasa bahagia karena sudah bertemu dengan teman teman nya ini, sekian tahun terpisah dan sekarang baru bisa bersama lagi.
"Kabar kampung gimana lah, Bin?" Lula membuka obrolan ringan.
"Masih sama lah dengan yang dulu, tapi Bude Warti sudah meninggal loh." Bintari baru ingat.
"Dia juga bisa bergosip apa bila dengan teman nya." tanpa sadar Arka malah tersenyum.
"Alhamdulilah sih, berarti kampung agak aman lah." sahut Lula girang.
"Jangan kau doakan pula Ibu ku cepat mati ya, soal nya dia sudah insaf." gurau Bintari.
"Serius? banyak juga ya perubahan orang kampung setelah aku pergi!" Lula mengangguk kecil karena agak rindu juga suasana kampung.
Bintari cuma senyum saja walau senyum itu tetap gugup karena Arka tidak mau melepaskan pandangan nya, semula Lula ingin ngobrol lama dan saling bersama sama seperti dulu. perhatian Arka yang tidak malu walau ada Bintari, namun sekarang bisa ia rasakan kalau semua itu memang sudah berbeda sekali rasa nya setelah dua tahun berlalu.
"Eh aku terima telfon dulu ya." pamit Lula saat ponsel nya berdering.
Arka mengangguk sambil mengambil minum dari atas meja, Bintari semakin canggung saja di tinggal berdua karena dia merasa tidak ingin bertemu atau pun tatap muka. selain malu dia juga tidak mau bila perasaan cinta nya mulai tumbuh lagi, bukan tumbuh lagi melainkan takut tambah semakin besar.
"Gimana kuliah kamu, Bin?" tanya Arka tidak melepaskan pandangan.
"Baik." jawab Bintari sepenggal saja.
"Lagi ada kesempatan gitu ngobrol lah, malah diam saja!" Kendal berbisik lagi.
"Kodam kamu apa baik baik saja?" tanya Arka lagi.
"Kamu bisa melihat nya kan?" Bintari balas menatap mata Arka.
"Mata nya setajam itu!" batin Arka ketika di tatap langsung.
Mata yang sangat jernih dan juga tajam, siapa pun bisa tenggelam dalam tatapan mata seorang gadis pendiam dan juga mungil ini, bahkan tinggi nya cuma sedada Arka saja. beda dengan Lula yang memang jauh lebih tinggi, Bintari memiliki perawakan yang mungil.
"Aku harus segera pulang ini, sudah jam enam sore." Lula datang tergesa gesa.
"Yah cuma sebentar saja." Bintari nampak kecewa.
"Lain kali aku akan datang padamu, bahkan aku akan menginap ya." janji Lula sambil tersenyum.
"Aku tunggu ya pokok nya." Bintari juga senang.
Lula dan Arka segera berpamitan pada gadis ini, hati Bintari kembali teriris sengit ketika melihat Arka memakaikan helm untuk Lula dan kelihatan sangat lah romantis. dia tau ini rasa cemburu yang sangat kuat, namun mau bagai mana lagi karena dia bukan lah siapa siapa di hati nya Arka sang pemuda tampan.
...****************...
Gemerlap lampu bar membuat siapa pun tenggelam dalam musik yang sangat kuat, seorang pria dan dapat di pastikan bahwa dia adalah pejabat. sedang terkapar lemas ketika usai bercinta dengan Laura, usai bercinta tadi dia segera menemui teman teman nya karena dia dapat antrian nomor pertama sehingga harus masih sore lah.
Di kota jam sembilan malam maka masih sore sekali, mereka akan pulang kerumah sekitar jam dua atau jam tiga shubuh dan itu baru bisa di bilang malam. kalau masih jam jam segini maka masih sore, tidak ada yang pulang kerumah di jam segini karena hanya akan di tertawakan oleh teman teman nya.
"Kau kok kelihatan lemas sekali." tegur pria berkumis tebal.
"Tenaga ku habis, wah gila memang Laura itu rasa nya." Pak Dani berdecak puas.
"Yaaah curi star duluan ya dia, bagai mana bisa kau dapat antrian nya!" seru Pak Leo.
"Mujur mujuran juga lah, aku mana tau kalau bakal dapat antrian dan masih yang pertama kali." Pak Dani kelihatan sangat bangga.
"Aku ya sudah menunggu lama dan sama sekali tidak dapat antrian dari sebulan yang lalu, mana sudah penasaran banget sama apem nya." keluh Pak Leo.
"Enggak rugi kalau bayar lima juta, itu simpanan di modali begitu banyak tapi rasa nya kalah jauh sama Laura." Pak Dani benar benar puas sekali.
Pak Leo berdecak kesal karena dia gagal masih mendapatkan Laura, sedangkan Pak Dani yang sudah puas segera tertawa sambil masuk kamar mandi karena diri nya memang puas. sambil menatap cermin dia membayangkan tadi gaya bercinta nya sambil berdiri, tubuh gadis belia itu sudah berhasil ia jamah habis sampai Laura sendiri terkaing kaing.
Greeeep..
"Hah!" Dani kaget karena ada yang memegang tubuh nya kencang dari belakang.
Dapat ia lihat dari cermin itu bahwa seseorang sedang berdiri di belakang nya, sosok yang begitu seram dengan tubuh kering seolah mau retak retak akibat sudah lama tidak kena air. mahluk itu meraba Dani dari perut hingga wajah, benda yang basah itu perlahan menjalar mendekati mulut Dani.
"Eeeghhk!" Dani mengerang ketakutan namun tidak bisa bergerak.
Mata yang semula menatap lurus itu kemudian terbalik karena benda basah yang tidak lain adalah lidah itu menerobos masuk kedalam mulut Dani, darah seolah tersedot dan kemudian tubuh nya mulai mengering habis kaku.
Up malam dan ini bab keenam ya guys, bab bonus lah ya.
eeh..kiaaara udh gadis aja niih..