NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:20.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Taktik

Di atas bangunan, di balik reruntuhan tembok bata, seorang pria berjaket kulit dan kacamata termal mengamati pergerakan motor dari lensa panjang. Ia menekan tombol di sisi headset-nya.

“Target kehabisan peluru,” desisnya. “Konfirmasi dari suara interkom dan pergerakan defensif mereka.”

Suara berat menyahut dari balik saluran komunikasi, dingin dan tanpa emosi. “Kunci posisi mereka. Kirim tim darat untuk memotong jalur keluar. Mereka tidak boleh lolos.”

Pria itu memberi isyarat tangan. Dua sosok berpakaian gelap muncul dari tangga sempit, membawa senapan otomatis.

“Mereka melambat,” gumam penembak itu. “Sekarang atau tidak sama sekali.”

--

Di layar drone kecil yang melayang di atas gang, motor Akay tampak berbelok tajam ke gang sebelah. Seorang pria bermasker dengan sarung tangan hitam menatap layar itu di dalam van hitam yang diparkir tak jauh dari lokasi.

“Siapkan jebakan di ujung gang. Paksa mereka ke dalam lorong sempit. Kita kunci pintunya.”

Ia menatap monitor dengan senyum tipis. “Satu warisan akan runtuh malam ini.”

Di tengah kekacauan itu, motor Aylin dan Akay sempat tergelincir di kerikil, hampir membuat mereka terjungkal.

Akay, yang kini tanpa peluru, memandang sekitar dengan cepat.

Di sisi kiri—setumpuk tong minyak tua!

"Ibu!" seru Akay, mengarahkan dengan dagunya.

Aylin menangkap maksudnya. Ia memiringkan motor, lalu menendang salah satu tong dengan sekuat tenaga.

BAMM!

Tong-tong itu menggelinding liar ke jalan, menghantam para pengejar di belakang mereka. Terdengar suara benturan keras dan sumpah serapah yang terputus.

Beberapa pengejar tergelincir, motor mereka terguling keras di aspal, membuat jalur pengejaran menjadi kacau.

“GILA! Mereka cerdik!” teriak salah satu dari musuh, terlempar dari jok motornya, tubuhnya menghantam dinding lorong.

“Unit Lima dan Enam tumbang! Mereka pakai tong minyak buat jebakan!” suara lainnya terdengar panik di saluran interkom.

Seorang penembak di ketinggian menajamkan mata, melihat kekacauan itu. “Mereka panik... tapi tetap terorganisir. Jangan remehkan mereka.”

TRAK!

Tembakan lain menghantam dekat ban motor Kanzaki, memaksa mereka berpencar lebih jauh.

Kazehaya, dengan ketenangan seorang samurai tua, merogoh saku jaketnya.

Sebuah bom asap kecil, berbentuk bola.

Ia menarik pin.

"Perlambat mereka!"

Kazehaya melempar bola asap itu ke belakang.

PLOP!

Asap putih tebal langsung mengembang, menelan pandangan musuh di lorong sempit itu.

“Kontak visual hilang!” teriak salah satu pengejar.

“Terobos aja! Jangan biarkan mereka keluar ke jalan besar!”

Musuh mengejar membabi buta, terhuyung dalam kabut, kehilangan arah.

"Ke arah utama!" seru Kanzaki, matanya menajam di balik helm.

Semua motor melaju keluar dari lorong, menembus kepulan asap menuju jalan besar yang lebih terbuka.

Namun tepat saat mereka menembus kabut—

BRAAAMM!

Sebuah mobil lapis baja meluncur dari arah berlawanan, derunya menggetarkan aspal, menghantam udara dengan kekuatan mengancam!

Lampu sorotnya menyilaukan, membelah asap.

Motor-motor hampir bertabrakan, hanya refleks gila yang membuat mereka selamat, melesat ke kiri dan kanan.

“Sial, apa itu?!” salah satu pengejar berseru panik.

“Mobil lapis baja? Dari mana mereka dapet bantuan?” bentak yang lain, suaranya penuh frustrasi.

Aylin hampir kehilangan kendali, namun Akay yang duduk membelakanginya berusaha menyeimbangkan body motor, membantu Aylin untuk kembali mengendalikan kendaraan.

Kanzaki menggeser motornya ke sisi kanan, hampir menabrak dinding.

Wanita bertopi rajut memutar keras setangnya, ban motornya menggesek aspal, memercikkan api.

Di depan mereka, mobil lapis baja itu berhenti mendadak, memblokir jalan.

“Tutup jalan! Jangan biarkan mereka kabur!” teriak pimpinan musuh, tapi suaranya tertelan deru mesin dan kepanikan.

Pintu belakang mobil baja itu terbuka kasar.

Namun saat jarak makin dekat—alih-alih menabrak, mobil lapis baja itu melakukan manuver mengagumkan. Ia membanting setir ke samping, lalu berputar cepat dalam lintasan U, menyapu debu dan asap.

Bannya berdecit tajam, lalu berhenti melintang di depan mereka—membelakangi jalan yang baru saja mereka lalui.

Sekarang punggung mobil itu menghadap ke arah Akay dan tim.

“Masuk sekarang!” seru suara yang familiar.

Aylin mengenalnya. Orang Akay.

Tanpa ragu, Aylin menggertakkan gigi, menarik gas sekuat tenaga. Motor mereka melesat, menghantam udara, melompat ke bagian belakang mobil lapis baja itu.

TRAK!

Satu peluru lagi melesat saat motor mereka nyaris mendarat.

“Akh!”

Akay merasakan sengatan panas di bahu kanannya—peluru menggores kulitnya, merobek jaketnya.

Akay meringis, namun tetap bertahan, menjaga keseimbangan.

Anak buah Akay di dalam mobil meraih tubuh mereka dengan cepat, menarik motor dan pengendaranya sekaligus masuk ke dalam.

BRAK!

Pintu belakang dibanting keras, mengunci mereka di dalam perlindungan baja.

Dari balik kabut, salah satu musuh mendesis marah.

“Satu motor masuk! Mereka bawa kabur target utama!”

“Jangan biarkan sisanya lolos!” teriak yang lain, langsung membidik ke arah asap yang mulai menipis.

Aylin terengah, matanya langsung mencari Akay. "Kau kena?"

Akay menghela napas pendek, menahan sakit. "Cuma lecet. Fokus ke depan."

Namun Aylin tak bisa mengabaikan darah yang mulai merembes di jaketnya. Dengan tangan gemetar, ia melepas jaketnya, merobek bagian lengan bajunya dan menekannya cepat ke bahu Akay.

"Diam. Aku bisa melakukannya sambil jalan," desisnya cepat saat Akay hendak menolak.

Akay menahan napas, membiarkan Aylin bergerak cepat mengikat perban darurat. Matanya tetap waspada mengamati situasi dari celah sempit jendela mobil.

Dari jendela kecil mobil, Aylin melihat dua motor lainnya melesat mendekat. Akay mengenali mereka seketika.

"Buka pintu lagi!" perintahnya tajam.

Anak buah Akay bergerak cepat. Saat pintu belakang terbuka, Kanzaki—yang membonceng Kazehaya—tak ragu melompat masuk, motor mereka menghantam lantai mobil dengan dentuman berat.

“Dua lagi masuk! Mereka semua mau kabur lewat mobil itu!” teriak musuh.

“Tembak rodanya! Lempar granat kalau perlu!”

Tepat di saat wanita bertopi rajut bersiap menyusul, letusan senapan kembali memecah udara.

TRAK!

Tubuh wanita itu tersentak.

“Aaargh!”

Pelurunya menembus lengan kirinya. Ia terhuyung, hampir jatuh—namun Kazehaya menarik tubuhnya cepat ke dalam mobil.

"Tutup pintu!" seru Akay.

Pintu baja dibanting kembali dengan suara dentum keras, mengunci mereka dalam perlindungan logam tebal.

“Dia kena!” Kanzaki segera menekan luka tembak wanita bertopi rajut dengan gulungan kain yang disobek dari bajunya sendiri.

“Tenang... cuma tembus jaringan lunak,” desis si wanita, giginya terkatup menahan sakit, keringat membasahi pelipis dan lehernya.

"Tinggalkan lokasi. Sekarang!" perintah Akay tegas, tajam.

Sopir tua bermata elang langsung menginjak gas. Ban belakang tergelincir sedikit sebelum mencengkeram aspal, dan mobil melesat cepat, menyusuri gang sempit yang hanya muat satu kendaraan.

--

Di luar, barisan pengejar terpecah. Suara langkah tergesa dan bentakan memenuhi udara.

“Mobilnya bergerak! Mereka kabur!”

“Kejar—cepat! Tapi awas tembakan balasan!”

Beberapa berusaha memotong jalur lewat gang lain, namun kehilangan arah di tengah remangnya malam dan bayangan bangunan yang menjulang.

--

Di dalam mobil lapis baja:

"Bos, mereka ngejar," lapor salah satu anak buah Akay, matanya mengawasi monitor kamera kecil di dashboard. "Perlu tembakan peringatan?"

"Jangan buang peluru. Gunakan asap," ujar Akay tanpa ragu. "Siapkan granat asap. Kirim dua. Lalu sapu jejak kita."

"Siap, Bos!"

Dua anak buahnya bergerak cepat. Salah satu membuka sedikit pintu belakang, hanya cukup untuk menyelipkan tangan.

DUFF! DUFF!

Dua granat asap meluncur ke belakang, memantul di aspal dan mengeluarkan bunyi mendesis sebelum—

PSSSSHHH...!

Asap tebal keabu-abuan menyembur deras, menggulung lorong sempit, menyelimuti kendaraan dan membuyarkan pandangan.

“Makan tuh asap!” gumam si pelempar, menyeringai puas.

--

Para pengejar langsung terguncang.

“Asap! Mereka lempar asap! Mundur dulu!”

Tembakan membabi buta mulai dilepaskan, namun peluru mereka hanya menghantam dinding, lantai, tong kosong, dan udara yang kini semakin tidak bersahabat.

Beberapa dari mereka batuk-batuk, dalam kabut mendadak yang mengambang pekat. Yang lain bersandar ke tembok, kehilangan arah.

--

Di atas gedung, sang sniper mendecakkan lidahnya.

“Visibilitas hilang. Target blur. Asap padat.”

Ia menyesuaikan kembali teropong senapannya, namun yang terlihat hanyalah kepulan pekat yang menelan semua bentuk dan gerakan.

“Sialan,” gumamnya. Ia menekan alat komunikasi di pinggang. “Unit Dua, koordinat B-7. Mereka pakai bom asap. Siapkan mode thermal, segera.”

Namun sebelum komando itu dijawab—

BOOM!!

...🌸❤️🌸...

Mode thermal adalah teknologi yang memanfaatkan radiasi inframerah untuk mendeteksi objek berdasarkan panas yang dipancarkan, seperti manusia dan kendaraan.

Teknologi ini dapat diterapkan dalam berbagai perangkat, termasuk kacamata, kamera, dan sensor untuk meningkatkan visibilitas dalam kondisi minim cahaya atau cuaca buruk, seperti kabut, asap, atau hujan, serta memungkinkan pasukan untuk melihat dan melacak target yang tidak terlihat dengan mata telanjang atau alat penglihatan malam biasa.

> Kalau kamu suka ceritanya, boleh banget dibagi ke teman atau di sosmed. Nggak perlu yang heboh—sekedar bisik-bisik ke dunia juga udah bikin penulis senyum sendiri di pojokan. Dukungan kecilmu itu, besar artinya buat cerita ini terus hidup. 🙏🙏

To be continued

1
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳😳
Anonim
waduuuuuhhhh peluru Akay habis jadi semakin m e n e g a ng kan
Hanima
👍👍
Linda Setyo
👍👍👍
Anonim
waaahhh Akay cara boncengnya benar-benar membahayakan jiwa ragamu ya.....
Anonim
keren nih othor....
benar-benar mencekam membaca serasa ikut menghindar dari kejaran musuh wkwkwk...dan ikut mensupport Aylin dan Akay untuk menggeber motornya semakin kencang namun tetap waspada demi formula untuk keselamatan banyak orang
Fadillah Ahmad
Sudah Aku Duga,kak Nana Lebih Hebat Membuat Cerita Mafia,ketgangannya dapat Sekali. Semangat Kak Nana...
sum mia
dag dig dug... dag dig dug ... dan tiba-tiba harus berhenti karena to be continued .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana, Ceritanya Seru Kak Nana, Semangat Kak Nana. Ayo Aylin Akay,maju Terus Pantang Mundur. Sekali Maju Jangan Pernah Menoleh Lagi Ke Belakang Aylin Akay. Selesaikan Apa Yang Telah Menjadi Keputusan Kalian. Semoga Setelah Misi Ini Dunia akan Damai Kembali. 🙏🙏🙏
Hanima
lanjut kk
abimasta
author kereen,yang baca seolah olah ikut menyaksikan pertarungannya
widyaclone 01
gila bener bener gila sampai dag dig dug woooooy semangat love sekebon deh
tse
aduh lagi seru2nya harus di tunda nih sport jantungnya...se apa iya Rayyan dan Neil hanya mengirim kan pasukan itu doank....pasti ada lagi kan....ayo Neil tambah pasukannya...masa bisa kalah sama mereka....pa Buntala lebih mahir dalam situasi seperti ini...ayo pa di tunggu Ide cemerlangnya....Andi bantuin lah anak dan mantu mu....kau biasanya lebih gercep dan punya segala macam rencana dari A sampai Z sudah kamu siapkan bila rencana A tidak berhasil....
Bukhori Muslim: menegangkan🫣🫣🫣🫣
total 1 replies
Windi Eka
tegang bgt kak bacanya sambil bayangin nonton film action😄😄😄 pengen lanjut terus bacanya
Siti Jumiati
semangat aylin dan Akay kamu pasti bisa, semoga bantuan segera datang diwaktu yang tepat...
dan semangat juga untuk kak Nana sehat selalu 🤲
Mrs.Riozelino Fernandez
bener banget...senapan,pistol dan senjata lain mempunyai suara masing2... apalagi klo udah pake peredam suara,bisa gak terdengar suaranya...
Mrs.Riozelino Fernandez
kan bener...
keren ini pasangan...
seperti film luar yang pernah ditonton lupa judulnya mereka kompak banget diatas motor...
lupa judul film nya 🤔🤔🤔
Mrs.Riozelino Fernandez
aku nih ngebayangin si Akay boncengan ma Aylin tapi duduknya membelakangi Aylin sehingga bisa liat musuh yang dibelakang mereka 🤣🤣🤣🤣
Mrs.Riozelino Fernandez
jalaaaan 🤣🤣🤣🤣
syisya
iya Thor makasih penjelasannya, kdg masih belum bisa membayangkan jalan yg mereka lakui itu sulit buatku jd y sudah nikmati saja..good job kak Nana 🌠
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!