NovelToon NovelToon
Menikahi Cucu Diktator

Menikahi Cucu Diktator

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Trauma masa lalu
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Di balik gaun pengantin dan senyuman formal, tersembunyi dua jiwa yang sejak lama kehilangan arti cinta.

Andre Suthajningrat—anak dari istri kedua seorang bangsawan modern, selalu dipinggirkan, dibentuk oleh hinaan dan pembuktian yang sunyi. Di balik kesuksesannya sebagai pengusaha real estate, tersimpan luka dalam yang tak pernah sembuh.

Lily Halimansyah—cucu mantan presiden diktator yang namanya masih membayangi sejarah negeri. Dingin, cerdas, dan terlalu terbiasa hidup tanpa kasih sayang. Ia adalah perempuan yang terus dijadikan alat politik, bahkan oleh ayahnya sendiri.

Saat adik tiri Andre menolak perjodohan, Lily dijatuhkan ke pelukan Andre—pernikahan tanpa cinta, tanpa pilihan.

Namun di balik kehampaan itu, keduanya menemukan cermin dari luka masing-masing. Intrik keluarga, kehancuran bisnis, dan bayang-bayang masa lalu menjerat mereka dari segala sisi. Tapi cinta… tumbuh di ruang-ruang yang retak.

Bisakah dua orang yang tak pernah dicintai, akhirnya belajar mencintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Kantor pusat proyek real estate Semesta Garden berada di daerah Alam Sutera—gedung tiga lantai berarsitektur modern, dengan dominasi kaca dan elemen beton ekspos. Dari balik jendela kantor direksi, Andre duduk di kursi kulit coklat gelap, menatap layar laptop tanpa benar-benar membaca.

Jari-jarinya menggulung-gulung mouse, membuka laporan keuangan bulan lalu. Ada angka-angka yang mencurigakan di halaman 17 dan 21. Biaya material naik dua kali lipat dibandingkan estimasi awal, padahal pembangunan tahap satu belum selesai. Begitu juga laporan dari vendor konstruksi yang berbeda nilainya dengan invoice di tangan tim finance.

Andre menautkan alis. Matanya perlahan naik ke layar kedua, menampilkan footage CCTV gudang material. Ia mengulang salah satu rekaman malam hari, tanggal 11 bulan ini. Ada truk datang tanpa label perusahaan. Beberapa orang masuk, mengeluarkan kayu dan semen—tanpa tercatat di log keluar.

“Kenapa logistik nggak lapor?” pikir Andre.

Ia membuka chat-nya dengan Benny, partner kerja sekaligus kepala operasional. Tapi pesan terakhir hanya “Meeting jam 10 cancel ya, bro. Urusan keluarga.”

Itu seminggu lalu.

“Sial.”

Pikirannya terbagi dua. Satu ke laporan yang mencurigakan ini. Satu lagi…

…ke Lily.

...****************...

Andre menyandarkan tubuh ke kursinya. Ia menutup mata, mencoba mengatur napas. Tapi semakin ia mencoba mengabaikan, semakin ingatan itu menyeruak.

Kilasan pertama: Lily duduk di pangkuannya di ruang keluarga, tertawa pelan karena wine, lalu menatapnya dengan mata setengah sayu.

Kilasan kedua: Ia mencium bahu Lily. Bau tubuhnya seperti lavender dan sesuatu yang manis—mungkin sisa parfumnya.

Kilasan ketiga: Tangannya menggenggam kancing blus Lily. Satu per satu terbuka. Lily tidak menolak. Bahkan menoleh dan membisikkan sesuatu, tapi Andre tak ingat apa.

Kilasan keempat: Mereka di tempat tidur. Andre di atas. Lily menggenggam lehernya. Tapi semuanya cepat, kabur, seperti mimpi yang hanya menyisakan sensasi di kulit.

Andre membuka matanya cepat, lalu menepuk wajahnya sendiri. “Bodoh.”

Ia tidak yakin.

Apakah mereka benar-benar bercinta?

Atau hanya mabuk, dan berakhir tertidur di kasur yang sama?

Ia bahkan tak yakin siapa yang melepas bajunya. Lily? Dirinya sendiri?

Yang pasti, pagi itu, ia bangun tanpa sehelai benang dan Lily tak ada di kamar. Hanya seprai bernoda dan tubuhnya yang masih bisa mengingat tekstur kulit Lily.

Tapi bukan itu yang membuatnya kacau.

Yang membuatnya kacau adalah: ia tidak tahu apakah Lily merasa hal yang sama.

...****************...

Brak.

Pintu kantornya diketuk cepat. Ardi, asisten proyek, masuk tergesa. “Pak Andre, maaf, ini revisi dari vendor keamanan. Ada permintaan tambahan CCTV di sisi belakang site A.”

Andre menerima map itu, membuka dengan gerakan lambat. Di dalamnya, terselip laporan revisi biaya tambahan yang belum ada di budget awal.

“Ini baru diajukan?” tanya Andre dengan suara pelan tapi tajam.

“Baru, Pak. Tapi vendor ngaku sudah pasang kamera tambahan minggu lalu karena katanya permintaan dari Pak Benny langsung.”

Andre mengangkat wajahnya cepat.

“Benny?” tanyanya dingin.

“Iya, Pak.”

Andre memejamkan mata. Otot rahangnya menegang.

“Hubungi Pak Benny. Bilang saya tunggu jam tiga sore. Kalau dia nggak datang, saya datangi rumahnya,” ucapnya tegas.

Ardi mengangguk dan cepat keluar.

Andre berdiri, berjalan ke jendela, menatap langit yang abu-abu. Tangannya refleks menyentuh tengkuk lehernya, seperti menyeka bayangan Lily semalam.

“Kenapa semuanya jadi serumit ini?”

...****************...

Ia membuka ponselnya, membuka folder tersembunyi tempat ia menyimpan beberapa foto gala dinner. Foto Lily malam itu, mengenakan gaun hitam sederhana dengan shoulder detail dan rambut bergelombang separuh. Matanya bersinar, senyumnya samar. Andre mengusap layar itu dengan ibu jari.

Ia bukan pria romantis. Ia bahkan tak pernah benar-benar pacaran. Tapi dengan Lily… semuanya terjadi seperti ledakan kecil yang tak bisa dihentikan.

Mulai dari kecanggungan, bentakan di mobil, Lily yang berenang lalu kakinya kram dan Andre melompat ke air, Lily yang pura-pura cuek saat Andre disiram emosi oleh Sultan Munier…

Sampai ke malam yang tidak jelas itu.

Ia menyesap napas panjang, menahan hasrat untuk kembali ke rumah dan menanyai Lily langsung. Tapi ia tahu, Lily pasti akan menjawab dengan gaya khasnya—dingin tapi tajam.

Dan ia takut mendengar jawabannya.

...****************...

Pukul tiga sore. Benny belum juga datang. Andre menunggu, duduk di ruang rapat, membaca ulang invoice bermasalah.

Data dari tiga vendor menunjukkan duplikasi tagihan. Laporan keuangan menyiratkan dana mengalir ke rekening perusahaan bernama Nusa Konstruksi Bersama—padahal perusahaan itu sudah tidak aktif sejak tiga bulan lalu.

Andre mencetak semua dokumen itu dan menuliskannya dengan tangan:

Indikasi:

Pengalihan dana ke rekening pihak ketiga.

Manipulasi laporan progres pembangunan.

CCTV tidak sinkron dengan logistik.

Tersangka awal: Benny.

Ia memandangi kertas itu lama. Tak ada rasa bangga karena berhasil mengendus penyelewengan. Yang ada hanya lelah.

Lelah karena ia sendirian menghadapi semuanya.

Ia tak bisa bicara pada Bowo, jelas. Pada ayahnya? Mustahil. Andrea? Ia sedang di Swiss untuk perawatan.

Dan Lily…

Ia tidak tahu apakah Lily masih sekadar partner pernikahan politik… atau kini, mulai menjadi tempat ia berharap.

...****************...

Menjelang sore, telepon Andre bergetar.

Pesan dari satpam rumah di Senopati:

“Maaf Pak Andre, Bu Lily baru pulang. Kelihatan capek. Belum keluar kamar.”

Andre menggenggam ponselnya. Pikirannya masih melayang-layang.

Antara skandal keuangan di kantor,

dan ingatan samar akan malam yang mungkin telah mengubah segalanya.

Ia berdiri, mengambil kunci mobil, dan berkata pada dirinya sendiri:

“Malam ini, gue harus tahu.”

...----------------...

1
Yulia Dhanty
menarik
Wirda Wati
👏👏👏
Wirda Wati
ceritamu sebenarnya kereeen thor.penuh bahasa majas...
Wirda Wati
👍👍👍💪
Wirda Wati
Rumit
Wirda Wati
😇😇😇😇😇
Wirda Wati
😇😇😇😇👏
Wirda Wati
Jangan bego Lo Andre...
Wirda Wati
tentu Andre bertanggung jawab.karena ia pria yg baik.
Ari Arie
kata2nya puitis banget./CoolGuy/
Wirda Wati
kapan dekatnya
Wirda Wati
makin lama makin asyik bacanya
Wirda Wati
kereeen
Wirda Wati
semoga mrk bahagia.
Wirda Wati
👍👍👍
Wirda Wati
mampir
Ana Rusliana
Luar biasa
Tictac stick
baru nemu thor bagus ceritanya g menye2
R Melda
menyimak,aku suka
Suci Dava
nyimak dulu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!