Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkata jujur
Hanum duduk termenung di depan pantulan cermin, sambil menyisir rambut panjangnya, ia kembali teringat peristiwa tadi pagi di rumahnya, benar-benar mengerikan menurutnya.
"Siapakah orang yang ingin mencelakai ku? Pasti ini ada kaitannya dengan Mas Tama? Atau mungkin bisa jadi ini adalah perbuatannya Bella?" gumamnya bermonolog.
Tok!
Tok!
Tok!
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu, lalu Hanum bergegas mengikat rambutnya dan juga mengenakan hijab instannya.
Ketika pintu di buka, ia sangat terkejut karena Ibu mertua dan adik iparnya yang telah datang.
"Astaghfirullah, Hanum kira siapa yang datang!" jawabnya kaget
"Yaelah kak Hanum, melihat aku dan Mamah sudah seperti melihat hantu saja." ejek Riana
"Num, boleh Mamah masuk ke dalam?" tanya Mamah Kiran sambil tengok ke kanan dan kiri.
"Boleh Mah!" jawab Hanum sambil mengangguk.
Kemudian Riana menutup rapat pintu kamar, Hanum pun malah mengernyitkan dahinya, ia menatap heran Ibu mertua dan adik iparnya.
Lalu ketiganya duduk di kursi sofa dekat ranjang tempat tidur.
"Bu Kiran dan Riana menatap serius Hanum lalu keduanya saling menatap kemudian mengangguk pelan.
Karena Hanum merasa ada yang aneh dengan sikap Ibu mertua dan adik iparnya, ia pun langsung menanyakan maksud dan tujuan mereka datang ke kamarnya.
"Jadi begini Num, apa benar empat hari yang lalu Tama membawamu ke villa di puncak, untuk berbulan madu?" tanya Mamah Kiran penuh selidik.
Tanpa ada keraguan, Hanum pun mengangguk cepat " iya Mah, Mas Tama ajak Hanum menginap selama dua hari di Villa puncak, memangnya kenapa Mah?"
Mamah Kiran malah menatap Riana, kemudian ia menelan ludahnya.
"Kau tahu Num, kalau Mamah dan Riana dilarang keras untuk menginjakan kaki di sana!"
Deg!
Seketika Hanum langsung diam mematung, ia masih tidak percaya dengan apa yang sudah ia dengar barusan.
"Mamah tidak sedang bercanda kan?" tanyanya tidak yakin.
"Tidak Num, Mamahku tidak suka bercanda disaat situasi seperti ini!" sambung Riana.
Hanum pun kembali terdiam, ia sampai menopang dagunya dengan tangan kanannya yang di lipat diatas dada.
Hanum kembali terdiam,dan ia menatap wajah ibu mertuanya yang terlihat gelisah dan jiga sedih.
"Kau tahu Num, selama ini Mamah hanya menyimpan rahasia ini seorang diri, Mamah pikir cuma Mamah saja yang tidak boleh datang ke Villa Puncak, namun ternyata Riana pun tidak di perbolehkan, dan anehnya hanya Tama saja yang boleh, sebenarnya Mamah sudah menaruh curiga terhadap Papah, ia seolah telah menyembunyikan sesuatu disana, yang tidak ingin Mamah ketahui, nah itu sebabnya Mamah datang ke sini untuk menanyakan sesuatu padamu, Hanum!"
Hanum mencoba menggenggam kedua tangan Ibu mertuanya, ia pun bisa merasakan apa yang dulu pernah ia rasakan disaat suaminya menyembunyikan rahasia perselingkuhannya di belakangnya, dan sampai saat ini suaminya masih belum berani memberitahu kedua orangtuanya tentang pernikahan sirinya, mungkin menurutnya setelah acara pesta yang diadakan oleh Papah mertuanya minggu depan, barulah Suaminya akan menjelaskan semuanya.
"Kak Hanum menemukan sesuatu yang mencurigakan tidak di sekitar Villa?" tanya Riana dengan sorot matanya yang tajam.
Kemudian Hanum mulai memutar bola matanya, ia mencoba mengingat apa yang ia lihat di sana.
"oh iya aku baru ingat, waktu itu pas aku pergi ke kamar yang ada di belakang, pada waktu itu aku sedang mencari keberadaan Mas Tama yang tiba-tiba saja pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu dan saat aku mencarinya kamar belakang, rupanya pintunya sedikit terbuka, aku sempat melihat lukisan sosok seorang wanita cantik mengenakan kebaya berwarna putih dengan rambut di sanggul dan dihiasi oleh banyak bunga melati, pokonya wajah wanita dalam lukisan itu sangat cantik!" ucap Hanum tanpa ada keraguan.
"Berarti benar dugaanku selama ini!" cetusnya sambil mengelus dada, sedangkan Riana mencoba menenangkan ibunya dengan cara mengusap punggungnya.
"Tapi Mah, tidak lama kemudian Hanum bertemu dengan Pak Karso, jujur Hanum sangat takut jika bertemu dengannya, sorot matanya itu telah membuat bulu kudukku berdiri, dan Pak Karso buru-buru menutup rapat pintu kamar, lalu segera menguncinya." jawab Hanum yang langsung membuang napasnya perlahan, karena saat ini ia merasa lega sudah menceritakan apa yang seharusnya ia ceritakan kepada Ibu mertua dan adik iparnya.
Tidak lama, setelah mendengar penjelasan dari Hanum, mereka pun bergegas kembali ke kamarnya masing-masing, tanpa membahas kejadian tadi pagi di tempat tinggalnya, pikirnya 'Apakah Mas Tama belum menceritakan kejadian yang telah terjadi tadi pagi dirumah kepada Mamah dan juga Riana?' gumamnya dalam hati.
Sekitar pukul sepuluh malam, Tama telah tiba di rumah orangtuanya, namun Tama tidak langsung pergi ke kamarnya melainkan keruang perpustakaan, dimana Papahnya sudah menunggunya disana, Tama sendiri begitu antusiasnya, karena ini menyangkut sesuatu yang selama ini telah mengganjal di hatinya.
"Selamat malam Pah!" sapa Tama sambil membungkuk sejenak.
"Duduklah Putraku, apakah pekerjaanmu sudah selesai di Mabes?" tanya Pak Cahyo sambil menatap lekat putranya yang terlihat kusut.
Tama malah mendesah kasar, ketika Papahnya bertanya seperti itu padanya.
"Sudah selesai Pah, mangkanya Tama bisa pulang lebih cepat dan tidak sampai diatas jam dini hari!" tukasnya dengan tangan di lipat diatas dada.
Kemudian Pak Cahyo malah berdehem, kini suasananya mulai sedikit menegang.
Baik Tama dan juga Cahyo, keduanya malah saling diam.
Suasana hening mulai menyelimuti ruangan tersebut, lebih dari lima menit keduanya saling diam membisu dan hanya terdengar suara bunyi detak jarum jam dinding, hingga pada akhirnya Pak Cahyo memberanikan diri untuk mengatakan rahasia besar terhadap Tama, mengingat Tama selalu mendesak siapa lukisan wanita yang terpajang di kamar belakang di Villa Puncak? dan tidak boleh ada siapapun yang memindahkan lukisan tersebut, serta hanya Pak Karso lah yang selama ini telah ditugaskan untuk merawat kamar tersebut, semua orang dilarang masuk kesana, karena penasaran akhirnya Tama mengambil kunci kamar tersebut dari kamarnya Pak Karso yang kebetulan pada saat itu Pak Karso sedang merapihkan rumput di taman belakang, Tama pun semakin di selimuti rasa penasaran dengan lukisan itu, lalu ia bergegas pergi dan lupa menutup rapat kamar tersebut dan kunci kamar masih menggantung di tempat nya.
Kebetulan Hanum melewati kamar belakang untuk mencari keberadaan suaminya dan dengan tidak sengaja ia melihat dengan bebas lukisan di dalam kamar tersebut, Hanum sendiri sempat terkagum-kagum akan pesona kecantikan wanita di dalam lukisan.
"Baiklah Tama, akan Papah ceritakan padamu, siapa lukisan yang ada di Villa Puncak." ucapnya sambil menutup kedua bola matanya, lalu Pak Cahyo mencoba mengatur napasnya agar bisa jauh lebih relaks.
Akhirnya Pak Cahyo menceritakan semua kisah masalalunya yang sangat pahit kepada putranya, dan ia yakin jika Tama akan memaklumi keadaannya. Tama sendiri saat mendengarkan Papahnya menceritakan masalalunya, ia sangat kesal.
Tapi Tama menjadi berbalik diri, dimana dirinya pun pernah menjadi seorang penghianat, yakni berhubungan dengan wanita lain disaat dirinya sudah menikah.
"Dan sampai saat ini, Papah dan Arman menjadi musuh bebuyutan, kau tahu Tama kalau Arman sudah beberapa kali mengancam Papah untuk menghabisi nyawa istrimu." Pak Cahyo terlihat sangat menyesal karena atas ulah dirinya di masalalu, kini menantunya telah menjadi sasarannya.
Sedangkan Tama, ia benar-benar tidak percaya, ia pikir musuh bebuyutan Papahnya hanya Papahnya Bella seorang, rupanya Papahnya telah memiliki musuh yang lain juga, sepertinya Tama belum menyadari jika seseorang yang barusan telah Papahnya ceritakan adalah orang yang sama, Arman adalah Armando, dan Armando adalah Arman.
Bersambung....
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
maaf sok nasehati.
Lanjut tripel up oke
up lagi kak....jd penasaran