NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:315
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulih

Aqila berangsur-angsur membaik dan sudah kembali ceria. Hampir setiap hari Abizam membuat sibuk Aqila.

"Kakak ingin roll roti tawar. Kakak juga pengen ice cream oreo. Kakak juga pengen makan nugget sayur."

"Leon mau tart mini untuk Alice mami. Alice ulang tahun hari ini."

"Mama pengen roti gulung. Mama juga pengen kue nastar."

"Papa pengen cookies buat teman ngopi. Papa juga kepengen kacang bawang."

Banyak hal yang mereka lakukan supaya Aqila melupakan kejadian hari itu. Tidak ada rasa lelah di wajah Aqila. Dia menikmati saat-saat keluarga Abizam menginginkan ini dan itu.

"Kakak mau apa hari ini??"

Abizam menatap Aqila yang sudah terlihat lebih bersemangat dibandingkan beberapa waktu yang lalu.

"Qila sudah nggak apa-apa sayang??"

Aqila menatap ke dalam mata Abizam yang masih menyiratkan kekhawatiran. Senyuman manis terulas di bibir Aqila.

"Nggak. Qila nggak apa-apa. Qila sudah lebih baik lagi. Qila sudah lupa dengan kejadian hari itu. Terima kasih karena kakak membantu Qila melupakannya. Terima kasih juga kepada papa dan mama serta Leon yang sudah membantu Qila."

"Kamu tahu??"

"Iya. Qila tahu. Awalnya Qila sedikit kesal karena kalian menyuruh Qila ini dan itu. Akhirnya Qila sadar kalau kalian sedang membantu Qila melupakan kejadian hari itu. Terima kasih kak. Qila sangat beruntung memiliki kakak di hidup Qila."

Aqila pun memeluk Abizam. Abizam membalas pelukan Aqila.

"Kapan kamu akan mulai kuliah?? Apa kamu masih takut untuk kuliah?? Atau kamu di rumah saja?? Kakak sanggup membiayai kamu walaupun kamu hanya tamatan sekolah menengah atas."

"Nggak. Qila tetap ingin memiliki pendidikan yang tinggi. Karena Qila ingin menjadi ibu yang bisa membimbing anaknya sampai di tingkat yang tinggi."

"Cita-cita yang indah. Kakak akan selalu mendukung kamu. Kabari kakak kapan pun kamu mau kuliah. Kali ini kakak akan menyediakan pengawal buat kamu. Jangan menolak. Karena kakak hanya nggak ingin kejadian kemarin terjadi lagi. Dan jangan khawatir. Pengawal nya cewek. Yang jago dalam segala hal."

"Qila terserah sama kakak saja."

"Oke. Kapan Qila akan mulai kuliah??"

"Minggu depan boleh??"

"Oke. Nikmati waktu kamu selama tiga hari ini."

Abizam memeluk Aqila yang terlihat jauh lebih baik daripada dua minggu lalu. Abizam merasa puas dengan perubahan Aqila.

"Nanti antarkan makanan ke kantor kakak ya. Kamu belum pernah ke kantor kakak kan??"

"Emang boleh??"

Abizam mengerutkan keningnya.

"Memang kenapa nggak boleh?? Kamu kan Nyonya Abizam."

Wajah Aqila memerah setiap kali Abizam menyebutnya Nyonya Abizam.

" Kakak mau dimasakkan apa??"

"Apa ya?? Kali ini kakak bener-bener pengen makan yang kuah-kuah. Dan kakak pengen pencuci mulut yang manis. Kayak bibir kamu ini."

Abizam mencium bibir Aqila dan melumatnya lembut.

"Jangan lupa. Kakak tunggu ya."

"Iya."

Abizam meninggalkan Aqila di rumah yang sibuk membuat berbagai macam makanan. Aqila betul-betul menikmati statusnya sebagai ibu rumah tangga. Mulai minggu depan dia akan menjadi mahasiswi lagi.

"Qila bikin apa??"

"Sup ayam merah ma. Kak Abi minta dibuatkan yang kuah-kuah."

"Wah..mama sama papa mau ya."

"Oke ma."

Aqila membuat sup ayam merah dan untuk pencuci mulutnya, Aqila membuat towel cake cokelat. Sedangkan untuk minumannya, Aqila membuat jeruk peras dan menambahkan perasan jeruk nipis dan es batu. Menjelang siang hari semua masakannya sudah siap.

"Bi,ini makan siang Leon ya. Kalau Leon tanya Qila di mana bilang kalau Qila di kantor kak Abi ya. Pastikan Leon makan ini ya bi. Ini bagus untuk perkembangan otaknya."

Aqila menyiapkan nasi mentai salmon untuk Leon. Dan alpukat kocok.

"Baik non."

Aqila pun naik ke atas dan membersihkan diri karena bau keringat setelah memasak di dapur. Tidak lama kemudian Aqila sudah membawa tas bekal untuk Abizam. Dengan diantar oleh sopir, Aqila menuju ke kantor Abizam.

"Ini kantornya Kak Abi pak??"

"Iya Bu. Memang ini kantor Pak Abi."

Aqila sedikit ragu memasuki perusahaan Abizam yang tinggi menjulang di hadapannya. Aqila pun mendekati meja resepsionis.

"Selamat siang."

"Selamat siang dek. Ada yang bisa kami bantu??"

"Itu... anu...saya mau bertemu dengan Pak Abizam."

Resepsionis tadi mengerutkan keningnya ketika Aqila menyebutkan nama Abizam.

"Apa adik sudah ada janji dengan Pak Abizam??"

"Itu..anu..."

"Akhirnya datang juga."

Seseorang memeluk Aqila dari belakang membuat Aqila memekik karenanya. Berpasang-pasang mata melihat mereka berdua. Mereka tidak menyangka pemilik perusahaan tempat mereka bekerja yang terkenal berdarah dingin bisa sehangat ini dengan wanita.

" Kakak iiiiihhhh....."

"Dengar semua. Lain kali kalau gadis ini... eh salah dia udah nggak gadis. Kalau wanita ini datang ke kantor dan cari aku, segera suruh naik ke atas. Dia adalah istri ku."

Abizam mengakhiri ucapannya dengan mencium pipi dan kening Aqila.

"Kak Abi...malu..."

"Buat apa malu?? Mana makan siang ku?? Ayo kita makan."

"Kebetulan kalau begitu. Ayo kita makan bersama."

Ryan yang baru tiba mengganggu sepasang suami istri itu. Abizam berdecak sebal.

"Siapa yang ngundang kamu?? Ganggu kebersamaan suami istri aja."

" Nggak apa-apa. Qila bawa banyak kok."

"Nanti kamu kurang makannya gimana??"

"Nggak. Qila tadi udah icip-icip di rumah. Jadi ya agak kenyang juga. Nanti kakak sama Om Ryan aja yang makan."

"Uluh...uluh.. Aqila memang yang terbaik pokoknya."

Mereka pun memasuki lift menuju ke lantai paling atas di ruangan Abizam. Aqila dibuat kagum karena ruangan Abizam yang luas dan tata ruang yang elegan.

"Ayo sayang. Ngelamun terus deh."

"Ruangan kerja kak Abi bagus. Qila suka."

"Kalau suka sering-sering ke sini ya."

"Iya."

"Udah belum?? Aku udah lapar ini."

"Beli makan di luar sana. Biasa beli makan di luar kenapa tiba-tiba ada di sini sih??"

"Abi sekarang seperti itu. Abi sekarang udah berubah. Abi udah melupakan aku sekarang."

Ucapan Ryan sukses mendapat lemparan bantal dari Abizam. Aqila terkekeh melihat mereka berdua. Dengan cekatan Aqila pun mengeluarkan bekal yang dia bawa.

"Ini ayam apa Qila kok warnanya merah??"

"Ayam merah Om. Ayamnya di masak pakai rebusan kacang merah."

"Wahh aku kok baru tahu ya??"

"Coba aja. Semoga cocok di lidah Om."

Ryan pun langsung mengambil nasi dan ayam merah. Abizam pun juga langsung menyantap ayam merah yang ada di dihadapannya dengan lahap.

"Enak bangeeeeetttt...ini selera aku banget Qila. Aku nggak nyangka kacang merah bisa di masak kayak gini. Pantesan Abi tiap hari semakin keliatan gemuk."

"Makanya nikah. Biar ada yang merawat."

"Yang diajak nikah masih sekolah."

Abizam dan Aqila tertegun mendengar ucapan Ryan.

"Om bener-bener jadi sama Manda??"

"Iya. Om serius sama Manda. Tapi sepertinya Manda nya yang agak cuek. Nggak mau nikah sama om-om mungkin. Anak seusia segitu biasanya cari yang sepantaran." Ryan tertawa getir.

" Nggak juga. Qila mau sama kak Abi kok ya."

"Kamu sih agak beda."

"Beda apanya?? Tergantung usaha kamu aja. Kamu udah ungkapin ke dia belum??"

"Ya belum lah. Kasihan kalau dia harus terbebani dengan ungkapan ku. Nanti hubungan ku dengannya jadi canggung juga."

"Belum tentu juga. Aku dengan Qila juga gitu. Setelah berani ungkapkan. Qila pun akhirnya berani ungkapkan juga. Iya kan sayang??"

Aqila menganggukkan kepalanya.

"Perasaan suka itu diungkapkan Om. Jangan disimpan dalam hati. Manda bukan Rommy Rafael yang bisa baca pikiran mu."

Abizam terkekeh mendengar ucapan Aqila.

"Nanti lah aku pikirkan lagi. Ini apa Qila kok enak??"

"Towel cake."

Ryan mengambil towel cake berwarna cokelat dan memakannya.

"Enak. Seneng ya punya istri pinter masak kayak Qila. Jadi pengen yang kayak Qila."

" Nggak bisa. Nggak ada duanya ini sih."

Abizam memeluk Aqila. Membuat Aqila terkekeh karenanya. Handphone Aqila berbunyi dilihatnya panggilan dari rumah Abizam.

"Pasti Leon. Dia pasti kesel waktu pulang Qila nggak ada di rumah."

"Hahaha. Suruh dia ke sini aja sayang."

"No. Waktunya tidur siang. Jangan dibiasakan seperti itu kak."

"Oke.. oke.."

Abizam mengusap lembut kepala Aqila.

"Hallo."

"Mami di mana??? Leon ditinggal di rumah."

"Mami di kantor papi. Antar makan siang buat papi. Leon sudah makan??"

"Sudah. Tadi sama bibi disuruh makan dulu baru boleh telepon mami."

"Hahaha. Oke sekarang cepet tidur siang. Mami pulang, kamu harus sudah tidur siang."

"Iya mami."

Panggilan pun terputus. Aqila melihat bekal yang dibawa olehnya juga sudah habis. Bahkan minuman jeruk milik Abizam juga sudah tak bersisa.

"Aku nggak akan ragu lagi mempercayakan Leon sama kamu. Titip Leon ya Qila. Tolong perlakukan dia dengan baik seperti anak kamu sendiri."

"Om Ryan tenang aja. Qila juga menyayangi Leon kok."

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!