Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.
Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.
Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Suasana mendadak tegang saat Kim Anderson melangkah masuk ke dalam kamar pasien, Langkah kakinya mantap, penuh amarah yang terkontrol, sementara wajahnya menunjukkan ketegasan yang tak bisa digoyahkan.
“Kim Anderson, Flower adalah anak kami. Sedangkan dirimu hanyalah orang luar,” ucap Yohanes dengan nada merendahkan.
Kim tak gentar. Ia terus melangkah mendekat, berdiri tepat di hadapan keduanya. Sorot matanya tajam dan penuh keyakinan.
“Sebagai orangtua, seharusnya kalian mempertimbangkan kondisi anak sendiri, bukan bertindak sesuka hati demi ambisi,” katanya, suaranya tenang namun penuh tekanan. “Aku sudah tahu kondisi Flower. Dalam keadaannya sekarang, dia tidak boleh dibawa keluar negeri. Melakukan perjalanan jauh hanya akan memperburuk keadaannya. Kalau terjadi sesuatu... apakah kalian siap menanggung akibatnya?”
Yohanes menggertakkan giginya, tapi belum sempat ia membalas, Zoanna sudah angkat bicara.
“Kim Anderson, kenapa kau selalu melarang kami? Sudah lupa kalau kau tidak ada hubungan apa-apa dengan kami? Kau bukan siapa-siapa!”
Kim tersenyum tipis, namun bukan senyuman ramah. Senyum itu penuh sindiran, tajam seperti pisau.
“Aku tidak butuh hubungan dengan keluarga yang egois,” balasnya tajam. “Bahkan sampai sekarang, keangkuhan kalian tidak berubah. Kalian hanya mementingkan citra dan kehormatan sendiri tanpa benar-benar peduli pada anak yang kalian sebut ‘anak’ itu.”
Ia menatap mereka dalam-dalam, lalu berkata dengan suara mantap, “Aku datang sebagai dokter pribadi Flower. Dan sebagai dokternya, aku punya hak untuk melindunginya dari keputusan tidak masuk akal. Jika perlu, aku akan menghentikan kalian secara hukum.”
Alan melangkah maju. Ia memandang Kim Anderson dengan mata menyipit, mencoba menelaah sejauh mana pria itu akan bertindak. Suaranya terdengar dingin namun penuh rasa penasaran saat bertanya, “Kim Anderson, apa maksudmu secara hukum?”
Kim menghela napas panjang. Ia mengeluarkan sebuah map berisi dokumen dari tas kulit yang dibawanya, lalu menatap Alan dengan sorot mata yang tegas. Tangannya membuka map itu perlahan, menunjukkan beberapa lembar dokumen medis yang rapi.
“Aku memiliki catatan medis lengkap tentang kondisi Flower,” ucap Kim, suaranya kini terdengar jelas dan mantap. “Dokumen ini bisa menjadi bukti kuat bahwa selama ini keluarganya tidak pernah benar-benar peduli padanya. Bukan hanya secara fisik—yang sering kali terabaikan atau bahkan disiksa—tapi juga secara psikis. Tekanan, hinaan, dan perlakuan tidak manusiawi yang kalian lakukan… semuanya tercatat.”
Yohanes menegang, sementara Zoanna mengerutkan kening tak percaya.
Kim melanjutkan, kini dengan nada lebih tajam dan penuh kecaman, “Ini bukan lagi soal hubungan keluarga atau hak asuh, ini soal nyawa seorang pasien. Aku tidak akan tinggal diam. Sebagai dokter pribadi Flower, aku punya kewajiban melindunginya dari siapapun yang membahayakan hidupnya.”
“Kalau kalian nekat membawanya pergi dalam kondisi seperti ini, jangan salahkan aku kalau melayangkan tuntutan hukum atas dasar kesengajaan mencelakai pasien. Aku akan bawa ini ke ranah hukum dan aku pastikan kalian tidak bisa menyentuh Flower lagi!”
"Dokter Kim, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu!" ucap Wilson.
Beberapa saat kemudian.
Koridor rumah sakit sepi. Hanya terdengar suara sepatu para perawat yang sesekali berlalu lalang. Wilson berdiri tegak bersandar pada dinding, tangannya terlipat di depan dada, matanya tajam menatap Kim Anderson yang berdiri beberapa langkah di depannya.
"Dokter Kim, apakah kamu menyukai adikku?" tanya Wilson dengan nada rendah namun serius, nyaris seperti interogasi.
Kim mengangkat kepalanya, menatap langsung ke arah Wilson. “Tuan Wilson, apakah kamu sadar dengan pertanyaanmu?” balas Kim, suaranya tetap tenang tapi berlapis ketegasan.
Wilson menarik napas panjang. Ada sedikit kesedihan di wajahnya saat ia berkata, “Sebagai kakak, aku gagal melindungi adikku. Aku tidak ada di sisinya saat dia paling membutuhkan, dan itu adalah kesalahan yang tidak bisa aku maafkan. Sekarang, aku hanya ingin menebus semuanya… meski bukan dengan tangan sendiri.”
Ia melanjutkan dengan nada yang lebih dalam, penuh pertimbangan, “Tapi aku juga tidak ingin egois. Demi masa depan adikku, aku hanya ingin memastikan bahwa jika suatu saat dia memilih seseorang, orang itu benar-benar mampu merawatnya, melindunginya, dan memberinya kebahagiaan yang tidak pernah dia dapatkan dari keluarganya.”
Wilson mendekat selangkah, kini tatapannya menusuk langsung ke dalam mata Kim. “Jadi, aku ingin tahu—ketika kamu bilang Flower sudah seperti keluargamu sendiri… apa maksudmu? Itu hanya bentuk kasih sayang seorang kakak? Atau kamu menyayanginya sebagai pria—sebagai seorang kekasih?”
Suasana menjadi lebih tegang.
Kim menahan napas sejenak, matanya tidak lepas dari Wilson. Ia tahu, jawaban yang akan ia berikan bisa menentukan arah hubungan mereka ke depannya—bukan hanya dengan Wilson, tapi juga dengan Flower.
“Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu dengan tergesa-gesa,” ujar Kim pelan namun pasti. “Tapi satu hal yang pasti… aku tidak pernah memandang Flower hanya sebagai pasien. Dia adalah seseorang yang berarti bagiku. Jika itu membuatku kehilangan profesionalitasku, maka biarlah aku dipersalahkan. Tapi jika yang kamu ingin tahu adalah apakah aku berniat menyakitinya—tidak, aku tidak akan pernah melukai dia seperti keluarganya sendiri telah melakukannya.”
"Apakah suatu saat, kau akan menikahinya?" tanya Wilson.
"Ini adalah urusan pribadiku, Aku rasa aku tidak perlu menjawabnya," jawab Kim.