"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
****
Bia gadis yatim piatu yang haus akan cinta. Dia menyerahkan segalanya untuk Dira, pria yang dia cintai sepenuh hati. Dari mulai cintanya sampai kehormatannya. Tapi Dira yang merupakan calon artis meminta putus demi karir, meninggalkannya sendirian dalam keadaan mengandung.
Demi si kecil yang ada di perutnya Bia bertahan. Memulai hidup baru dan berjuang sendirian. Semua membaik berjalannya waktu. Ia dan si kecil Divan menjalani hari demi hari dengan ceria. Bia tak peduli lagi dengan Dira yang wara wiri di televisi dengan pacar barunya.
Tapi rupanya takdir tak tinggal diam dan mempertemukan mereka kembali dalam kerumitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elara-murako, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Pantas Mendapatkannya
Dira masih tidak hentinya melenguh. Ia tidak bisa berkomentar apapun. Sejak tadi bagian ia bicara selalu diambil oleh Cloe. Jika saja bukan karena cinta, Dira sudah balas mengomel dari tadi.
"Saya kan sudah bilang. Bagian ini jangan terlalu panjang," omel Cloe. Ia masih belum puas dengan desain yang dibuat oleh desainer pilihan Dira.
Wanita muda yang sudah selama tiga tahun karir menjadi desainer kepercayaan Dira itu nampak bingung. Bahkan tidak ada satupun desainnya yang cocok dengan Cloe.
"Aku sudah bilang dari dulu, cari desainer lain. Kalau begini terus aku frustrasi." Cloe memalingkan wajah. Sambil melipat lengan di depan dada, Cloe melenggang meninggalkan ruang tamu.
Matteo geleng-geleng kepala. "Pacar kamu itu kalau ngomong bisa dijaga, gak?" komentar Matteo. Susah-susah ia datang dari Heren ke Emertown hanya untuk mendengar omelan Cloe.
"Sabar, dia hanya kelelahan," Dira mencoba membela wanita itu. Bukan artinya Dira tidak tahu sikap Cloe salah.
Sarah, desainer Dira melempar dengan kasar desainnya ke atas meja. "Aku gak masalah, Dir. Kalau mau kamu pecat gak apa-apa. Kerja sama kamu tiga tahun ini sudah sangat menyenangkan," ucap Sarah dengan nada ketus. Ia tidak marah dengan Dira. Hanya saja sikap Cloe memang sudah sangat kelewatan.
Sarah meninggalkan rumah Kenan. Dira sempat menyusul, tapi wanita itu sama sekali tidak menunjukkan itikad ingin kembali.
"Bagus! Dia staff ke enam yang pergi karena sikap Cloe. Apalagi, Dir? Mereka semua staff profesional. Pacar kamu itu selalu saja menjelekkan mereka. Pantas dia sering gonta-ganti staff." Matteo rasanya semakin lama semakin tidak bisa menahan emosinya.
"Dia hanya mau aku mendapat yang terbaik," kilah Dira.
Matteo tertawa sinis. "Dia hanya tinggi hati. Itu saja!" tekan Matteo ikut pergi meninggalkan Dira di depan teras yang kebingungan. Kemana lagi ia minta dibuatkan gaun pertunangan dalam waktu satu minggu? Dira menatap ke pintu masuk. "Kapan mau berubah, Cloe?" tanya Dira pelan.
Dira masuk ke dalam kamar Cloe, wanita itu tengah duduk di samping tempat tidurnya sambil melipat tangan di depan dada. Ia memalingkan wajah dari Dira.
"Sekarang bagaimana?" tanya Dira sambil berkacak pinnggang.
"Kamu sih, mengerjakan orang yang kurang profesional!" keluhnya.
Dira menggelengkan kepala. "Kurang profesional bagaimana? Dia lulus kuliah desain dari universitas Heren. Seluruh artis papan atas dibuatkan pakaian olehnya. Apa yang kurang Cloe?" Dira berkacak pinggang.
Cloe bangkit. Ia tatap calon suaminya itu. "Itulah, salahnya. Dia buatkan pakaian untuk artis-artis lain. Aku tak mau, aku hanya ingin desainer profesional hanya untukku sendiri," tekannya. Dira mengerutkan dahi. "Jika aku masih harus berbagi dengan orang lain, untuk apa aku jadi istrimu dan menantu keluarga Kenan?"
"Cloe, mengapa pikiranmu bisa sampai ke situ, sih? Memang kenapa dengan menjadi menantu keluargaku, ibuku saja masih membeli buah di toko kecil. Nenekku juga sangat suka dengan permen kapas yang dijual dengan gerobak. Mereka tak membeda-bedakan profesi orang."
"Jangan samakan aku dengan siapapun. Aku lain. Kenapa aku harus begitu, aku tak suka. Pokoknya aku gak mau dia jadi desainerku. Lagi pula, dia jadi terkenal karena kamu yang pekerjakan dia. Dia saja yang tidak tahu cara berterima kasih," sindir Cloe sangat tajam. Ia berbalik membelakangi Dira.
Sementara itu, Dira mengembuskan napas berat. "Cloe, tolong jangan buat aku kecewa. Aku mencintaimu. Jangan lukai perasaanku dengan sikapmu," batinnya.
Dira tak berkata apa pun lagi. Ia melangkah pergi meninggalkan Cloe di sana. Pintu tertutup. Cloe berbalik lalu melihat ke arah pintu. "Lihatkan, kau menurut saja padaku. Aku sudah berhasil mengendalikanmu."
🌿🌿🌿
KARMA PERTAMA
MASIH MAU LIHAT LAINNYA? TINGGALIN LIKE DULU, KALAU ADA SISA RECEHAN POIN BOLEH DISUMBANGIN. JANGAN LUPA JUGA AJAK TEMANNYA UNTUK BACA. OKE? 😉 MAKASIH BANYAK GAESS ...
Novel ini gak akan maju tanpa dukungan kalian semua gaesss ....