CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, MAAF BILA ADA KESALAHAN WAKTU DAN TEMPAT.
Sequel dari DUKU MATENG
Latar tempat: Kashmir, India
Jakarta, Indonesia
Kecelekaan tragis yang menimpanya bersama Sang Suami tepat di hari pernikahan mereka, membuat statusnya sebagai istri berakhir.
Semua orang menyalahkannya, menganggapnya sebagai wanita pembawa sial. Dia di asingkan jauh oleh keluarganya, karena dianggap aib.
Semua warna yang ada didalam hidupnya sirna, berganti dengan Saree putih yang abadi. Sindur yang di dahinya ikut menghilang.
Tidak akan ada lagi pria yang mau menikahinya, sekalipun dirinya berstatus sebagai Janda Perawan.
Lalu apa yang akan terjadi, saat ada seorang pria datang dan menentang semua tradisi itu?
'PADA AKHIRNYA, HATIMU AKAN DI SEMBUHKAN OLEH SESEORANG YANG MEMILIHMU DALAM KONDISI APA PUN'
[NADARA NIKAM]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kediaman Jafery
Nadara menatap lesu pada gerbang tinggi yang ada dihadapannya. Kedua tangannya mencengkram erat tas kecil yang di depan dadanya, napasnya terengah pelan- ekor matanya melirik pada Aryan yang berdiri di sisinya.
"Tenanglah, ada aku!" Aryan menatap dalam pada Nadara, perlahan Aryan meraih jari jemari wanita yang tengah menatap sendu padanya.
Nadara mengangguk pelan, netra sendunya membalas tatapan lembut yang Aryan tunjukan padanya. Kedua tangan mereka saling bertaut, jari jemari lentik dan kuat milik Nadara bersembunyi didalam telapak tangan Aryan.
Keduanya melangkah yakin, memantapkan kedua kakinya untuk berjalan memasuki gerbang besar yang ada di hadapan mereka. Pegangan tangan Aryan mengerat, memberikan kekuatan pada Nadara lewat sentuhan.
Ketika Aryan dan Nadara mulai memasuki kediaman Jafery, keduanya sudah menjadi pusat perhatian- semua mata yang ada di rumah besar itu menatap ke arah mereka. Tatapan tidak percaya dapat Aryan dan Nadara lihat, saat mereka melewati beberapa orang yang tengah bekerja di keluarga kaya raya itu.
"Maaf, kalian berdua ingin bertemu siapa?"
Langkah Aryan dan Nadara terhenti, keduanya menoleh- netra keduanya melihat pria bertubuh besar yang menatap penuh intimidasi pada mereka berdua.
"Permisi Tuan, maaf kalau kami bersikap tidak sopan. Kami datang kemari ingin menemui keluarga Jafery!" Aryan berbicara sesopan mungkin, dia masih memiliki stok kesabaran- dan harus menyimpannya hingga waktunya tiba.
Aryan menautkan kedua alisnya kala melihat pria yang ada dihadapannya, terlihat memindai dari atas hingga bawah dengan tatapan tidak sopan.
"Kau yang bernama Nadara?"
Pria itu mengabaikan ucapan Aryan, sang pria menatap penuh intimidasi pada Nadara yang terlihat sudah merapat pada Aryan.
"Dia Nadara, dan kami berdua ingin-,"
"Ikut aku, dan kau tunggu saja di luar. Nyonya Jafery hanya ingin bertemu dengan mantan menantunya, bukan dengan orang asing sepertimu!" sarkasnya.
Pria bertubuh besar itu mendekat pada Nadara, tangannya terulur untuk meraih lengan Nadara. Namun sebelum tangan besar itu berhasil meraih, Aryan sudah menghalangi- mencengkram erat lengan pria yang sudah bersikap tidak sopan padanya.
"Temukan kami dengan majikan mu!" tekan Aryan.
Tatapan Aryan menajam, terlihat serius dan sangat mengintimidasi. Bahkan Aryan tanpa sadar mengeratkan cengkramannya, memberikan tekanan kuat membuat pria itu sedikit meringis.
"Lepaskan cengkraman mu!"
Aryan tak bergeming, netra pria berdarah Prayoga dan Dewangga itu sama sekali tidak melepaskan cengkramannya. Aryan malah semakin mengencangkan, membuat pria itu kembali berdesis.
"Bawa aku kedalam bersama Nadara!" titahnya.
Aryan menyeringai dalam hati kala melihat raut wajah pria berbadan besar yang ada di hadapannya. Napas Aryan kembali tenang saat melihat sang pria menggangguk pelan. Dengan kasar Aryan melepaskan cekalannya, membiarkan sang pria berjalan menjauh sembari menatap penuh perhitungan padanya.
Aryan menghela napas pelan, dia kembali meraih lengan Nadara lembut- menariknya perlahan agar Nadara menempati tempat kosong yang ada di sisinya.
Kedua mata Aryan masih menatap tajam, dia melirik perhitungan pada pria bertubuh besar yang dilewatinya.
"Berani kau memegang kekasih ku, akan ku pastikan jari jari tangan mu berpindah dari tempatnya!" bisik rendah Aryan, bahkan hanya dia dan pria itu yang mendengarnya.
Tanpa berbicara lagi Aryan segera membawa Nadara masuk. Aryan dapat merasakan tangan Nadara begitu dingin, bahkan keringat dingin keluar dari telapak tangan wanita cantik yang tengah Aryan genggam.
"Jangan takut, ada aku disini untukmu!" bisik lembut Aryan.
Nadara tidak menjawab, wanita itu memberikan jawaban lewat genggaman tangan dan senyuman tipis. Namun perlahan senyuman Nadara surut, saat melihat beberapa anggota keluarga Jafery tengah menunggu kedatangannya- termasuk Shikar pria yang beberapa hari yang lalu mendatanginya di Kashmir.
"Oh lihatlah, dia sudah datang," suara seorang wanita membuka keheningan.
"Datang bersama pria asing, astaga kau benar benar wanita tidak tahu diri!" imbuhnya lagi.
Semua mata menatap sinis, termasuk Nyonya Jafery dan suaminya- walaupun Tuan Jafery hanya menatap datar, tapi Nadara tahu kalau mantan Ayah mertuanya itu sama terkejutnya seperti yang lain.
"Sepertinya dia sudah memiliki korban, apa pria itu akan bernasib sama seperti-,"
"Duduklah Nadara," selanya cepat.
"Kau juga, dan hentikan ocehan mu itu Lamita. Buatkan kedua tamu kita minuman spesial, aku yakin kalau mereka berdua pasti sangat lelah dan haus," imbuh sang nyonya Jafery.
Wanita setengah baya itu menyimpulkan senyum- melirik tajam pada adik iparnya tajam, saat wanita itu tidak bergerak dari tempatnya.
Nadara dan Aryan tak bergeming, namun demi untuk menghargai tuan rumah Aryan membawa Nadara melangkah, mendudukkan tubuh lelah mereka di atas sofa.
"Halo Nadara, apa kabar mu? bagaimana hidup mu selama-,"
"Apa yang kalian inginkan dariku? katakan secepatnya, Nyonya Jafery!" Nadara menyela cepat, kedua matanya menatap tanpa rasa takut pada wanita yang menjadi salah satu manusia yang pernah membuangnya bagaikan sampah.
SEE YOU MUUUUAAAACCHHH😘😘😘😘
tapi kok rasanya nggak puas ya tahu2 habis 🤭😁