Zhao Yue, preman jalanan abad 21 yang menguasai pasar malam, hidup dengan moto " Kalau mau aman, jangan macam-macam denganku." Jago berkelahi, lidah pedas, dan aura menakutkan adalah ciri khasnya.
Suatu malam, setelah menghabisi geng saingan, ia dikepung dan dipukul keras di kepala. Saat tersadar, ia berada di ranjang keemasan dan dipanggil “Yang Mulia Permaisuri.” Kini, Zhao Yue berada di tubuh Permaisuri Xian Rong dari Dinasti Wei—istri kaisar yang dikenal lemah dan sakit-sakitan. Namun sejak roh preman masuk, sang permaisuri berubah menjadi galak, blak-blakan, dan barbar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANWi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sapi
Semalam , setelah jamuan dengan Raja Langya, Kaisar mulai menaruh atensi pada Permaisuri, istri nya. Hati nya merasa gundah jika tidak segera melihat istri nya itu. Bahkan mata mata pun terasa tak cukup. Kaisar ingin melihat dengan mata kepala nya sendiri.
Pagi itu, matahari baru saja menembus tirai sutra istana. Para pelayan bergegas seperti biasa, membawa baki, mengatur taman, dan memastikan suasana istana tetap terjaga. Namun di salah satu sudut kediaman dalam, terdengar suara yang sama sekali tidak biasa, dentuman ulekan, percikan minyak panas, dan aroma daging sapi yang memenuhi udara.
Wei Liang, Kaisar yang jarang sekali melangkahkan kaki ke kediaman permaisuri, pagi itu datang diam-diam dengan hanya dua pengawal. Wajahnya tetap datar, matanya tajam, namun di dalam hatinya ada rasa penasaran yang ia sendiri enggan akui. Semalam, kata-kata Xian Rong begitu tajam sekaligus menenangkan. Ia menyelamatkan situasi politik tanpa membuatnya terlihat lemah.
Saat melangkah masuk, suara seorang dayang terdengar tergesa.
“Yang Mulia , Permaisuri sedang… sedang…”
Dayang itu kebingungan memilih kata.
Wei Liang mengangkat alis. “Sedang apa? Menyulam? Membaca kitab?”
Sebelum ada jawaban, ia sudah mencium aroma gurih yang menusuk hidung. Langkahnya semakin cepat, hingga ia mendapati pemandangan yang tidak pernah ia bayangkan. Xian Rong, permaisuri agung, mengenakan pakaian rumah sederhana dengan lengan dilipat tinggi-tinggi, sibuk membolak-balik potongan daging sapi besar di atas wajan. Minyak berdesis, dan percikan hampir mengenai pipinya, tapi ia sama sekali tidak terganggu.
“Ah! Pas sekali!” seru Xian Rong dengan santai, tanpa menyadari siapa yang berdiri di ambang pintu. “Dagingnya sudah empuk! Kalau ditambah sedikit kecap dan rempah wah, ini pasti bikin para jenderal rela perang sampai besok pagi!”
Wei Liang terdiam. Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, ia tidak tahu harus berkata apa. Permaisurinya, yang semalam begitu anggun dan diplomatis, pagi ini tampak seperti kepala dapur pasar. Ia bahkan melihat bagaimana Xian Rong mengambil sepotong kecil daging dengan tangan, meniup sebentar, lalu mencicipinya tanpa canggung.
Dayang-dayang di sekitar pucat pasi, buru-buru hendak berlutut dan menjelaskan, tapi Kaisar mengangkat tangan, menghentikan mereka. Ia melangkah masuk perlahan, suaranya dingin tapi matanya tidak bisa menutupi rasa ingin tahu.
“Permaisuri, apa ini cara baru menyusun strategi politik? Dengan olahan sapi?
" Aduh setan! Bikin kaget saja!" Pekik Xian Rong tanpa sadar.
Xian Rong menoleh, sempat terdiam sepersekian detik, lalu malah tertawa lebar. “Kaisar Wei Liang, Anda datang? Bagus! Duduklah. Hari ini saya menemukan cara terbaik melunakkan daging keras, mungkin sama seperti melunakkan kepala keras seorang Kaisar.”
Pelayan-pelayan hampir pingsan mendengar kelancangan itu, tapi Wei Liang justru menahan senyum yang hampir muncul di bibirnya. Ia melangkah lebih dekat, menatap wajan yang penuh aroma gurih.
“Kau… benar-benar berbeda dari semua yang kukenal,” katanya lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri.
Xian Rong menyodorkan sumpit dengan santai. “Coba saja. Kalau tidak enak, Anda boleh hukum saya jadi koki istana seumur hidup.”
Wei Liang menatap sumpit itu. Sebuah tantangan sekaligus undangan. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu lama, Kaisar Wei Liang merasa bukan sedang berada di hadapan seorang permaisuri, tapi seorang wanita yang bisa membuatnya lengah tanpa pedang—hanya dengan olahan sapi barbar di dapur.
***
Happy Reading ❤️
Mohon Dukungan untuk :
• Like
• Komen
• Subscribe
• Follow Penulis
Terimakasih❤️