Mohon bijak dalam membaca.
Maya Mawanda harus menerima kenyataan bahwa suaminya tak mampu lagi menafkahinya lahir dan batin. Menjadi menantu yang pertama dengan ekonomi terendah di banding menantu yang lainnya.
Kesetiaan, di remehkan, perselingkuhan, dan hubungan terlarang akan mewarnai perjalanannya hidupnya.
Pertemuannya dengan seorang pria. Membuatnya sadar akan cinta yang sesungguhnya. Akankah berahir bahagia??
Ikuti kisahnya yaaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LEPAS MAS
Jauh dari keramain, meninggalkan kesibukan. Maya menyusuri bibir pantai, bermain pasir, di bawah sinar langit yang sudah mulai meredup menyongsong petang, matahari pelan-pelan sudah mulai meninggalkan tempatnya.
Layaknya anak kecil yang sedang bermain, Maya tengah membangun sebuah istana, melalui tangan trampilnya, Maya mengukir tumpukan pasir itu menjadi sebuah bangunan yang sangat indah.
Tak perduli tangannya kotor di penuhi pasir, dengan pakaian yang juga ikut kotor dan basah. Wanita itu begitu menikmati apa yang sedang di kerjakannya.
"Ini rumah impianmu, May?" Lingga datang menyusul Maya, ketika wanita itu lama tak kembali ke cotagge saat ia sedang memerikasa laporan.
"Bang.." Maya mendongakkan kepalanya dari bawah, melihat pria tinggi yang berdiri di sampingnya.
"Iya.. Ini rumah impianku, indah bukan?" Maya tersenyum menatap karyanya. "Tapi sayang, rumah impianku sebentar lagi akan tersapu ombak."
"Kemari.." Lingga mengulurkan tangannya agar Maya berdiri. "Kamu sudah terlalu lama bermain pasir, lihatlah bajumu kotor semua. Nanti akan Abang buatkan istana yang megah yang tidak akan pernah hilang walau ombak menerjangnya."
"Kita harus pulang sore ini May, lain kali Abang akan membawamu ke tempat yang lebih indah dari ini." Lingga membantu membersihkan pasir di baju dan wajah Maya.
"Janji.." Maya menyodorkan kelingkingnya
"Janji.."
"Asal jangan pernah menghilang dari abang." Cup.. Lingga mengecup hidung Maya
Keduanya menyempatkan makan sore di restoran pinggir pantai sebelum mereka meninggalkan resort yang berada di pinggiran kota Jakarta. Meninggalkan cerita indah, yang tidak akan pernah terlupakan, cotagge dengan nomor 130 itu telah menjadi saksi, menyatunya dua anak manusia yang saling mengingat janji.
Dalam perjalanan pulang, Maya dan Lingga saling diam tidak mengeluarkan suara, seakan berat dan tak rela harus berpisah tempat. Dengan napas berat yang di hembuskan, Lingga meraih tangan Maya, membawanya ke pangkuan.
Hatinya merasa tidak tenang, seperti akan terjadi sesuatu yang ia sendiri belum tau. Lingga mengurangi kilometernya, ia berharap mobil yang di kemudikannya takkan cepat sampai di tujuan. Untuk menghilangakan rasa gusar yang ada, seskali Lingga mencium tangan maya.
Begitupun dengan Maya, dirinya-pun serasa berat harus berpisah tempat dengan pria yang telah memberinya sejuta rasa cinta dan keindahan. Ada rasa sesak di relung hatinya yang paling dalam, yang tak mampu di ungkapkan.
Hingga keduanya bersamaan, saling memanggil nama
"May.."
"Bang.."
"Abang dulu." Maya tersenyum menatap Lingga yang tengah mengemudi.
"Mulai besok, kamu akan memasak sarapan buat Abang.. Bukan lagi buat Lisa."
"Kog gitu? Terus sarapan khusus untuk Alisa bagaimana?"
"Nanti Abang akan pesan dari catering khusus saja."
"Tapi Maya tetap di bayarkan?" Maya tersenyum dengan memajukan bibirnya menggoda Lingga.
"Kamu bukan pembantu, May.. Jadi Abang tidak akan mengajimu.." Lingga tersenyum lebar dengan pandangannya fokus ke depan dan tangannya mengusap kepala Maya.
"Isshh, mana ada pekerja yang tidak mendapatkan gaji?" Maya mengerucutkan mulutnya
"Ada, Maayyy..., ya kamu itu.. Abang tidak akan memberi gaji, tapi Abang akan memenuhi kebutuhanmu."
"Bawalah kartu yang Abang berikan semalam.."
"Oh, ya ampun Bang.. Maya lupa balikin ke Abang.."
"Simpan, May.. Abang tau kamu lebih membutuhkannya." Lingga menahan tangan Maya saat akan membuka tasnya.
"Eemm.. Abang gak takut uang Abang akan berkurang banyak?"
"Kalau berkurang, nanti Abang cari lagi May.." Lingga tersenyum simpul.
°°°°°
Tidak terasa mobil yang di kendarai Lingga telah sampai tepat di depan gang. Dimana batas dari perjalanan mereka berakhir. Sama-sama terdiam sebelum akhirnya Lingga bersuara.
"Kalau terjadi sesuatu temui Abang, May."
Maya menganggung tak sanggup berkata, kenapa hatinya terasa sedih saat akan turun dari mobil, padahal masih ada esok hari dan ia bisa bertemu lagi.
"Terimakasih, Bang.. Terimakasih." Hanya ucapan terimaksih yaang mampu Maya ucapkan dengan suara lirih
Lingga menarik Maya dan menciumnya penuh rasa dan menggebu sebelum membiarkan wanita itu turun dari mobilnya. Dengan nafas yang masih memburu Lingga menghapus sisa saliva di bibir Maya.
"Abang cinta kamu, May.." ucap Lingga setelah mengecup kening Maya.
Dengan langkah berat, Maya turun dari mobil berjalan masuk gang menuju kontrakannya, bertahan dengan tidak menoleh ke belakang. Maya dapat mendengar suara mesin mobil Lingga meninggalkan gang mawar tempatnya memberhentikan mobil.
Mengeluarkan kunci rumah dari dalam tas, Maya terkejut saat mendapati pintu rumahnya tidak dalam keadaan terkunci.
Klek..
Maya mendorong pintu dan melangkah masuk, dengan perasaan cemas, matanya mengitari ruang tamu yang tidak terlalu besar, lalu berpindah membuka pintu kamar, tetapi tidak ada siapa-siapa.
Pikirannnya langsung tertuju ke dapur.
Dengan langkah berat, ia memaksakan tungkai kakinya melangkah ke dapur. Bukan hanya jantungnya yang berdentum terkejut, tetapi tubuhnya lemas, seakan tidak memiliki tulang. Entah bahagia atau sedih yang di rasakannya. Maya tidak menyangka saat melihat keberadaan Haris yang tengah duduk di kursi makan dengan kedua tangan bersedekap di dada dan wajah yang tidak bersahabat.
Maya berdiri mematung di batas jalan antara dapur dan ruang depan. Mulutnya terkatup rapat, tak kuasa mengeluarkan kata.
"Sudah puas mainnya May?" Haris bersuara, bertanya dengan suara dingin dengan tidak menatap Maya.
"Mas, Sudah pulang?" dengan suara bergetar Maya memberanikan bertanya.
"Kenapa? Kamu terkejut? Tidak menyangka, aku akan pulang? Haris berbalik menatap Maya dengan sorot mata tajam dan penuh kemarahan.
"Bukan begitu, Mas.. Maya hanya.."
"Hanya apa?" Haris memotong ucapan Maya.
"Hanya tidak menyangka? Kepergianku terlalu cepat? Sampai-sampai mengganggu kesenanganmu hahh?? Seperti ini kelakuanmu May? Haris bangun dari kursi, mencekal tangan Maya dan menariknya dengan kasar, dengan wajah yang di penuhi amarah.
"Mas, lepaskan.. Sakit." Maya mencoba melepaskan cekalan tangan Haris.
"Katakan? Siapa laki-laki itu May!? Katakan!!?" Haris mulai membentak, berteriak di hadapan wajah Maya, dengan membenturkan tubuh Maya ke dinding
"Mas, lepaskan dulu tanganmu! Ini sakit." Maya menarik dengan kuat tangannya dari cekalan haris.
Praanggg!! Pranggg!!
Maya berjongkok di lantai menutup telinga dengan kedua tangannya saat Haris membanting peralatan dapur termasuk tempat penanak nasi hingga pecah berantakan.
Kemana Haris yang dulu, kemana Haris yang selalu bicara lembut kepadanya, sosok pria yang ada di depannya saat ini bukanlah Haris suaminya, tapi pria kasar yang seakan siap memukulnya. Pria yang tidak memberi kabar dan tiba-tiba datang.
"Ternyata kamu perempuan menjijikkan May!!" Haris membuang ludah di samping Maya, sudah tidak kuat kah kamu May? Sampai harus mencari laki-laki lain untuk memuaskanmu? Dasar pe**cur.!!"
"Hentikan tuduhanmu, Mas.. Kita bisa bicarakan ini baik-baik, aku memang sudah melakukan kesalahan, tapi semua itu ada alasannya. Dan kamu tidak berhak menyebutku sebagai pe**cur!!" Maya memberanikan diri bicara dengan mata yang sudah mulai menggenang dan tubuh yang bergetar.
"Jadi kamu kamu mengakuinya? Hahh!! Jadi benar yang di sampaikan Mama selama ini tentang kamu May??"
"Tunjukkan kepadaku May? Dia sudah menyentuhmu di bagian mana?" Haris mencengkram leher Maya dengan kuat.
"Lepas, mas.. Aku tidak bisa ber..na..fas.." Maya bicara dengan wajah memerah dan suara tersendat
"Berapa kali kalian melakukannya?"
Haris menarik tubuh Maya dan menyeretnya masuk ke dalam kamar.
****
Bersambung ❤️
Lalu apa susah nya bagi seorang Lingga untuk mengancam balik Bulus melalui scandal anaknya .Bahkan Bulus juga punya scandal !! meninggalkan anak Dan suaminya demi cokro .