 
                            Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu. 
Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lantai, semacam villa yang terletak di tepi sungai jauh di dalam hutan di kecamatan K.
Akses ke rumah tersebut hanyalah jalan setapak, sekitar 10 kilometer dari jalan utama. Siapapun yang memenuhi undangan akan mendapatkan imbalan sebesar 300 juta rupiah.
Banyak keanehan dan misteri dibalik surat undangan tersebut. Dan semua itu terhubung dengan cerita kelam di masa lalu.
Seri ketiga dari RTS. 
Setelah seri pertama Rumah di Tengah Sawah (RTS 1), kemudian disusul seri kedua Rumah Tusuk Sate (RTS 2), kini telah hadir seri ketiga Rumah Tepi Sungai (RTS 3).
Masih tetap mencoba membawa kengerian dalam setiap kata dan kalimat yang tersusun. Semoga suka, dan selamat membaca.
Follow Instagram @bung_engkus
FB Bung Kus Nul
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Sebuah Kunci
Sebuah kunci dengan bentuk yang khas. Memiliki gantungan berupa hiasan kaca yang mengkilap. Kunci unik dan indah yang memang khusus dipersiapkan untuk pintu pintu yang ada di rumah sang Rich Man.
"Kamu memiliki kunci pintu kamar sebanyak 2 buah Bay," ucap Hendra sambil melotot.
"Ah, dan aku yakin kunci satu ini adalah kunci kamar tamu yang hilang," Denis menimpali.
Bayu terdiam. Dia merasa dijebak. Hendra dan Denis pun terkesan menghakimi. Bayu sadar, apapun argumen yang akan dia sampaikan untuk membela diri, tidak akan ada yang percaya padanya.
"Hei, bisa jadi kan itu kunci pintu rumahnya Bayu?" Ellie menyanggah.
"Perhatikan baik baik Ell. Kunci ini serupa dengan kunci kamar yang ada di rumah ini. Kunci kamar yang kita tempati saat ini. Bentuknya, hiasannya, gantungannya. Aku yakin sekali ini adalah kunci pintu kamar tamu," jawab Hendra sembari menunjukkan kunci di tangannya.
Denis mendekati Bayu. Dengan tatapan yang tajam menusuk, dia meraih kerah baju Bayu. Bayu diam saja, dia memilih bungkam.
"Aku yakin, kamu berkomplot dengan Mella untuk membunuh Yodi dan Dipta. Mungkin juga kamu berencana mengincar kami," Denis dengan tangan kirinya semakin erat mencengkeram kerah baju Bayu. Sementara tangan kanan terkepal erat, bersiap untuk menghantam jika Bayu melawan.
"Sebentar, aku tak paham dengan dugaan kalian. Kalaupun Bayu yang bersalah, untuk apa dia melakukan kejahatan seperti ini? Apa kalian lupa, dia adalah seorang petugas kepolisian?" Ellie berusaha menenangkan Denis dan Hendra yang sudah terbawa emosi.
"Aku tahu motifnya. Kalian sadar kan, semua orang yang diundang kesini pernah menjahili Zainul di masa lalu. Aku tahu, tahu banget apa yang telah kita semua lakukan pada Zainul dulu. Dan aku juga tahu, ada dua orang di antara semua tamu undangan yang tidak pernah menjahili Zainul. Dua orang itu adalah Bayu dan Mella," ucap Denis meyakinkan.
"Terus kenapa?" Ellie masih merasa Bayu bukanlah pelaku kejahatan.
"Kamu yakin bertanya Ellie? Sudah jelas, Bayu dan Mella bersekongkol untuk membalaskan dendam Zainul. Mereka berdua mungkin selama ini berteman dengan Zainul. Dan mereka berdua ada disini untuk menghakimi kita, membalaskan dendam Zainul yang saat ini sedang sakit sakitan tak berdaya," wajah Denis nampak memerah menahan amarah.
"Kalau demikian, bukankah tuan rumah ini penjahat yang sebenarnya? Bukankah Zainul bisa dikatakan telah mendalangi pembunuhan berencana?" Ellie tidak bisa menerima penjelasan Denis.
"Kukira tuan rumah tak tahu apapun soal ini. Terlalu awal untuk menyimpulkan bahwa Tuan Rumah ikut andil dalam kejahatan. Bisa saja kan memang Bayu dan Mella memiliki dendam pribadi pada kita semua?" Hendra menyela pendapat Ellie.
"Kalau begitu, kita tanya saja pada orangnya. Ada yang mau kamu sampaikan bangs**?" Denis menyeringai menatap Bayu.
"Aku tahu dengan sebuah kunci yang kalian temukan di kamarku, aku akan menjadi seorang yang tertuduh. Dan apapun alasan serta penjelasanku, aku tak yakin kalian mau mendengarkan," ucap Bayu menghela nafas.
"Omonganmu membuatku pusing!" Denis jengkel.
Denis mendorong badan Bayu sekuat tenaga. Dengan kondisi kaki yang terluka, Bayu kesulitan menjaga keseimbangan, tubuhnya terpelanting ke lantai. Denis terus mendorongnya ke dalam kamar, kemudian menutup pintu kamar dan menguncinya.
"Apa yang kamu lakukan Denis?" Ellie melotot tak terima dengan perlakuan Denis yang kasar.
"Biarkan dia di dalam kamarnya untuk merenung. Tak kan aku bukakan pintu sebelum dia mengakui perbuatan kejinya!" Denis mendengus.
"Sudahlah Ell. Aku tahu hubunganmu dengan Bayu dulu seperti apa. Tapi kurasa kamu harus berpikir logis. Bukti sudah jelas kan? Kita tinggal meringkus Mella dan kita bisa tenang. Besok setelah mendapat uang cash, kita langsung pulang. Kurasa itulah rencana terbaik untuk saat ini," ucap Hendra sinis.
"Apa maksudmu Hen? Bayu belum terbukti bersalah hanya karena sebuah kunci. Sebaiknya kita tanya pada Tuan Rumah saja. Kita gedor pintu kamarnya untuk meminta keterangan padanya," Ellie nampak kesal.
"Hei, kamu tak bisa melakukannya Ellie," Hendra menghardik.
"Kenapa?"
"Begini saja Ellie. Kita ambil kesepakatan berdasar suara terbanyak. Siapa yang setuju dengan rencanaku? Dan siapa yang mau mengikutimu? Suara terbanyaklah yang harus kita patuhi. Bagaimana?" Hendra memberi penawaran.
"Baiklah," Ellie mengangguk setuju.
"Sekarang, siapa yang setuju dengan usulanku? Kita datangi kamar sang Rich Man dan kita tanyai dia atas terjadinya tragedi keji di rumah mewahnya ini," Ellie mencari dukungan. Menoleh dan menatap Iva serta Norita yang sedari tadi diam saja.
Ellie cukup yakin Iva dan Norita akan menyetujui usulannya. Dia menganggap Iva dan Norita sebagai sesama wanita akan mengambil sebuah keputusan bukan hanya menggunakan akal logika saja namun juga memakai hati dan perasaannya. Dan saat ini, hatinya mengatakan apa yang direncanakan Denis dan Hendra adalah sebuah kesalahan.
Namun ternyata perkiraan Ellie meleset. Iva dan Norita diam tak bersuara. Dua perempuan itu memilih bungkam, membiarkan Ellie sendirian dengan usulannya. Ellie tertegun sejenak, sedangkan Hendra tersenyum puas.
"Ooh, oke. Baiklah. Aku ikuti apa mau kalian," ucap Ellie pasrah.
Dengan langkah gontai Ellie berjalan ke kamar Tia. Dia memilih untuk menemani Tia yang tak kunjung membaik keadaannya.
"Sekarang gimana?" Tanya Iva pada Hendra dan Denis setelah Ellie pergi.
"Kalian para perempuan beristirahatlah, bersantai di kamar atau ikut menemani Tia. Biar aku dan Hendra yang berjaga, kalau perlu berkeliling mencari Mella, si perempuan sial*n itu!" jawab Denis sambil mengepalkan tangannya.
"Bayu bagaimana?" Norita ikut bertanya.
"Biarkan saja. Dia tak bisa keluar dari kamar, kuncinya aku bawa," Denis tersenyum puas.
Dok dok dok
Denis mengetuk kamar Bayi dengan kasar.
"Aku akan membuka pintu kamarmu ini, kalau kamu mau jujur dan bercerita. Apa motif perbuatanmu, juga apa rencana yang telah kamu susun bersama Mella? Kamu camkan itu Bayu!" Ucap Denis setengah berteriak.
Bayu diam saja tak menyahut. Dia menjatuhkan pant*tnya di tempat tidur. Kemudian merogoh saku celananya, mengambil sebuah HP. HP yang dalam keadaan terkunci. Bayu berpikir sejenak, berapa kira kira kombinasi angka untuk membuka kuncinya.
"Ah, tanggal lahirnya," gumam Bayu sendirian.
Bayu mengetik 6 digit angka. Dan berhasil, HP terbuka. Sebuah foto keluarga nampak digunakan sebagai wallpaper. Foto matternity shoot sepasang suami isteri dengan senyum sumringah, berpakaian serba putih yang elegan.
Foto Dipta dengan sang isteri terpampang di layar HP. Gawai yang saat ini dipegang Bayu memang milik Dipta. Bayu membuka whatsapp, memeriksa pesan masuk. Setelah beberapa saat, apa yang dia cari tak kunjung dia temukan.
Buukkk
Bayu memukul kasur dengan cukup keras. Dia merasa geram dan terjebak, namun dia mulai tahu siapa si pemakai topeng iblis di antara teman temannya. Hanya saja belum cukup bukti untuk saat ini.
"Bangkai tetaplah bangkai. Takkan tercium wangi, meski di antara seribu kelopak bunga."
Bersambung___
semoga karya ini hanya akan dipandang sebagai cerita semata. jujur saja saya pribadi agak khawatir karena mungkin bagi sebagian orang yang terganggu mentalnya dan membaca novel ini, akan ada kecenderungan untuk mengidolakan tokoh Bayu lalu membenarkan segala tindakannya.
lebih tepat menggunakan kata terbenam atau turun atau menghilang.
Matahari mulai terbenam ke arah barat daya.
Matahari mulai turun ke arah barat daya.
Matahari mulai menghilang ke arah barat daya.