Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih menetap di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikut. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Ryan mendekati Indah dengan senyum penuh kemenangan. Indah yang terikat dan matanya tertutup juga mulutnya di lakban membuat dirinya susah bergerak.
Namun telinganya mendengar suara tembakan. Indah berharap jika yang dapat menyelamatkan dirinya adalah Alaric.
"Hah, tapi tidak mungkin dia datang menyelamatkan aku. Siapa aku dan siapa dia? Mungkin aku terlalu banyak berharap," batin Indah.
Pintu kamar itu terbuka. Ternyata Raihan yang masuk ke dalam. Raihan segera menarik tangan Ryan.
"Bukannya kamu janji untuk tidak ngapa-ngapain dia?" tanya Raihan.
"Hahaha, terlalu sayang jika di lewatkan," jawab Ryan.
"Bajingan kau!" Raihan melayangkan tinjunya kepada Ryan. Namun Ryan menangkis nya, kemudian membalasnya.
"Enyah kau! Mengganggu saja," kata Ryan. Ryan memberikan lagi bogem mentah kepada Raihan.
Raihan yang memang tidak bisa berkelahi pun kalah oleh Ryan. Ryan menyeret Raihan keluar dari kamar itu. Lalu memerintahkan rekannya untuk mengajarinya.
"Sekarang hanya tinggal kita berdua," kata Ryan kembali mendekati Indah.
Indah menggelengkan kepalanya. Berteriak pun dia tidak bisa. Namun Indah tetap berusaha melepaskan diri dari ikatan tali itu.
Indah tidak perduli walau tangannya lecet karena gesekan tali. Yang penting dia bisa melepaskan diri.
Sementara di luar rumah. Baku tembak sudah berhenti. Mungkin kelompok Ryan sudah kehabisan peluru.
Alaric berjalan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Namun dari arah belakang seseorang membawa pentungan kayu dan mengayunkan nya ke kepala Alaric.
Alaric refleks menghindar walau ia tidak melihat nya. Insting nya kuat, jadi tanpa menoleh ke belakang pun dia bisa tahu kalau ada yang ingin mencelakai nya.
Alaric memiringkan tubuhnya lalu dengan cepat menendang orang itu. Pria itu terlempar beberapa meter kebelakang.
Alaric kemudian menghajar pria itu tanpa ampun. Hingga pria itu pun tidak sadarkan diri.
Alaric kemudian berjalan, kali ini ia tidak lagi perlahan-lahan. Alaric mendobrak pintu belakang hingga terbuka.
Ternyata ada dua orang di situ. Mereka langsung mengeluarkan pisau saat melihat Alaric.
"Huh," Alaric tersenyum sinis. Kedua pria itu saling pandang. Lalu kemudian menyerang Alaric secara bersamaan.
"Hiah, mampus kau!" Keduanya menusukkan pisau secara bersamaan ke arah Alaric.
Alaric dengan cepat menangkap tangan kedua orang itu. Alaric menahannya lalu menendang kaki salah satu dari mereka.
Kemudian Alaric memutar tangan yang satunya. Hingga pria itu menjerit dan pisaunya terlepas.
Alaric kemudian membanting pria itu ke lantai. Yang satunya kembali melawan, ia kembali mengayunkan pisau. Alaric menghindar.
Kemudian pria itu kembali mengayunkan pisau nya. Kali ini Alaric menangkap tangan pria itu dan membanting tubuhnya. Keduanya di buat pingsan oleh Alaric.
Alaric berjalan cepat menuju sebuah kamar. Dan di depan kamar itu di jaga oleh satu orang rekan Ryan. Alaric yakin jika di situlah Indah di sekap.
"Siapa kamu?" tanya pria itu. Namun Alaric tidak menjawab, Alaric langsung melawan pria itu.
Tidak butuh waktu lama, pria itu terkapar tidak sadarkan diri. Alaric mendobrak pintu, ia menendang pintu itu hingga terbuka.
"Aaaah. Tolong aku, tolong," ucap Ryan.
Alaric bernafas lega karena saat pintu terbuka, pemandangan yang di lihatnya adalah, Ryan sudah di lantai dengan tangannya di tekan oleh Indah.
Tadi, Indah sudah berhasil melonggarkan tali yang mengikat tangannya. Walaupun sakit, Indah tetap berusaha.
Dan saat Ryan mendekat, Indah langsung mengangkat kakinya yang terikat dan menendang bagian bawah Ryan.
Walaupun matanya tertutup, tapi langkah kaki Ryan terdengar jelas olehnya. Saat Ryan kesakitan, Indah berhasil membuka ikatan kakinya juga.
"Maaf aku terlambat. Kamu tidak apa-apa?" tanya Alaric.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih karena sudah datang. Tapi bagaimana kamu bisa tahu kalau aku di bawa kemari?" tanya Indah.
"Itu tidak penting, yang penting sekarang kamu selamat," jawab Alaric.
"Kakak ipar!" Alderich dan Alberich masuk secara bersamaan. Indah menoleh dan melihat keduanya yang sama persis dengan Alaric.
Indah juga sedikit bingung. Kenapa mereka memanggil dirinya kakak ipar? Padahal Indah sendiri tidak kenal dengan mereka berdua.
"Kalian siapa? Kenapa kalian bertiga sangat mirip?" tanya Indah.
Untung pakaian mereka berbeda, jika pakaian mereka sama, mungkin Indah akan sedikit kesulitan membedakan mereka.
"Nama ku Alderich. Kita bertiga kembar," jawab Alderich memperkenalkan dirinya.
Alaric menyikut Alderich agar tidak terlalu jauh membongkar semuanya. Alderich yang hendak ngomong lagi pun tidak jadi.
"Urus mereka semua. Jangan biarkan mereka hidup," kata Alaric dengan berbisik. Ia tidak ingin Indah mendengarnya.
"Jangan, jangan bunuh aku," ucap Ryan memohon.
Alaric sudah lebih dulu membawa Indah pergi dari situ. Setelah Alaric dan Indah benar-benar pergi. Alderich dan Alberich benar-benar menghabisi mereka satu persatu.
Raihan yang melihat mereka semua di bunuh pun ketakutan. Mereka sengaja membiarkan Raihan hidup.
Kemudian Alderich dan Alberich meledakkan kendaraan mereka. Raihan semakin ketakutan di rumah itu.
Kemudian mereka pun pergi membiarkan Raihan sendirian di rumah itu. Rumah itu jauh dari pemukiman warga, jadi tidak banyak yang tahu tentang keberadaan rumah itu.
Alaric sudah membawa Indah menjauh dari situ. Hingga tidak mendengar suara ledakan mobil.
Alaric langsung membawa Indah ke rumah sakit. Alaric ingin memastikan jika Indah baik-baik saja.
"Kenapa kemari?" tanya Indah setelah mereka tiba di rumah sakit.
"Memeriksa keadaan mu, aku ingin pastikan kamu baik-baik saja," jawab Alaric.
Alaric meminta Carla untuk memeriksanya. Carla menatap Alaric seperti meminta penjelasan.
Carla tahu Alaric menyembunyikan identitasnya, jadi mereka pura-pura tidak saling kenal.
"Bagaimana Dok?" tanya Alaric.
"Keadaan nya baik-baik saja. Hanya luka kecil, dalam beberapa hari akan sembuh," jawab Carla.
"Oh ya, siapa nama mu Nak?" tanya Carla.
"Indah Dok," jawab Indah.
"Dia?"
"Oh teman di tempat kerja," jawab Indah.
Alaric hanya terdiam, tapi Carla merasa tidak yakin kalau cuma teman. Karena Carla tidak pernah melihat keponakan ini perhatian pada yang namanya perempuan.
"Luka nya jangan dulu terkena air ya, ini obat oles untuk mengobati lukanya," kata Carla.
"Terima kasih Dok," ucap Indah.
Carla mengangguk dan tersenyum. Dia merasa senang melihat Indah. Kemudian Alaric pun membawa Indah keluar.
"Tunggu!"
Alaric dan Indah berhenti. Carla kemudian mengatakan ingin berbicara berdua dengan Alaric. Alaric meminta Indah untuk menunggu di luar.
"Jelaskan ke Auntie," kata Carla.
"Auntie sudah dengar sendiri, kan? Kita hanya teman. Tadi itu dia di culik dan aku tolong," ungkap Alaric.
"Tidak biasanya kamu seperti itu? Yang Auntie tahu, kamu anti cewek."
"Sudah ya Auntie, kita memang tidak punya hubungan apa-apa," sangkal Alaric.
Alaric pun keluar dari ruangan Carla. Indah langsung tersenyum saat melihat Alaric. Alaric pun mengajak Indah untuk kembali ke rumahnya.