Perpisahan selalu mengajarkan kita untuk menghargai, bahwa setiap saat bersama orang yang kita cintai adalah anugrah yang tidak boleh di sia-siakan.
Sama seperti gadis cantik yang sederhana bernama Lidya Anggraeni, gadis mandiri yang harus hidup sebatang kara setelah kepergian kedua orang tuanya. Sampai pada suatu keadaan mempertemukan dia dan seorang pengusaha muda Anggara Pradipta.
Perlahan-lahan kehidupan keduanya mulai berubah, mulai di warnai oleh cinta. Ketika masa lalu dari orang tua mereka terungkap, membuat keduanya berada dalam di lema. Ditambah dengan munculnya orang dari masa lalu Angga, kekuatan cinta mereka mulai di uji. Semuanya tahu bahwa Angga begitu mencintai orang dari masa lalu, Bahkan setelah 2 tahun perpisahan sangat sulit untuk melupakan nya.
Cinta memang memberikan kenangan indah, tapi cinta juga memberikan luka yang bisa menjadi kenangan. Di sinilah kepercayaan dan kekuatan cinta itu di uji, memilih kembali pada orang di masa lalu, ataukah memuali dengan orang baru dan mulai membuka lembaran baru pula.
Sedalam apa kekuatan cinta Lidya dan Angga? Sekuat apa mereka bisa bertahan?
Akankah Angga memilih Lidya ataukah kembali kepada dia, wanita di masa lalunya?
Penasaran kisah mereka seperti apa?
Yuk! ikuti kisah Angga dan Lidya, perjuangan Lidya untuk cintanya.
Let's go!! Mulai baca Guys!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirna azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Hangat kopi dan puisi yang kau tulis, seperti membaca diriku yang lain, cara agar aku percaya bahwa bahagia terbit lagi.
...~Lidya Anggraeni~...
***
Mentari bersinar memancarkan cahaya terang nya menyambut pagi yang begitu cerah, langit biru awan putih sejuknya udara di pagi hari begitu sangat terasa. Orang-orang mulai disibukan dengan aktifitas pagi nya, berjoging, menyiapkan sarapan dan sebagainya.
Pagi hari yang begitu cerah dan indah siap menyambut hari ini, perasaan dan kemantapan hati seorang gadis cantik juga siap menyambut hari ini. Ya, siapa lagi jika bukan Lidya, gadis itu pagi ini telah membuat sebuah keputusan untuk hidup dan masa depannya.
Hari ini dia akan menjawab semua pernyataan atas perasaan Angga padanya, hari ini ia berniat akan mengatakan semuanya. Tentang perasaan nya terhadap Angga, tentang ayahnya dan kehidupan di masa lalunya. Sekaligus dia juga akan menyerahkan kotak amanah dari ayahnya, sekarang gadis itu yakin bahwa memang keluarga Pradipta lah yang ayahnya maksud.
"Cantik!" Lidya memuji dirinya sendiri ketika melihat pantulan dirinya di cermin.
Tidak biasanya Lidya berdandan sangat rapi dan cantik, karena memang tanpa polesan make up sedikit pun kecantikan nya tidak akan kurang sedikit pun. Tak lupa juga dia sudah membuat janji dengan Angga untuk bertemu hari ini usai jam kuliah nya, suatu kebetulan juga hari ini dia kuliah pagi jadi saat jam makan siang nanti dia akan menemui Angga.
Setelah di rasa cukup dengan ritual make up nya Lidya langsung berangkat menuju kampus, seperti biasa gadis itu akan berjalan menuju halte dan menaiki bus menuju kampus. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit akhirnya dia sampai di kampus.
"Lidya!" Suara melengking milik Sarah memekik memenuhi indra pendengaran Lidya, dengan cepat Lidya menoleh kearah sumber suara. Tidak ingin Sarah mengulangi memanggilnya dengan suara melengking.
Sarah menghampiri Lidya, ditatapnya penampilan berbeda Lidya hari ini. Sarah termenung dengan pikirannya, mencoba mengingat-ingat ada acara apa hari ini di kampusnya.
"Kenapa?" Tanya Lidya heran melihat tingkah Sarah yang seperti kebingungan itu, bukan seperti tapi memang sedang kebingungan.
Sarah menggeleng kemudian langsung menarik tangan Lidya dan beranjak dari sana menuju kelas. Sebenarnya Sarah masih di liputi banyak pertanyaan di benaknya, tapi setelah dia ingat dengan perkataan David bahwa hari ini setelah jam kuliah usai Lidya memiliki janji dengan Angga, membuat gadis itu yakin Lidya dan penampilan berbeda nya hari ini ada kaitan dengan semua itu.
'Bodo amat lah nunggu nanti dia cerita. Lagian aku juga gak mau cerita setengah-setengah, jadi ya tungguin part hari ini nanti ceritanya sekaligus.' Batin Sarah seraya terkekeh geli dalam hati.
Dua gadis itu berjalan beriringan tak lupa juga Sarah yang terus menggandeng tangan Lidya sampai kelas mereka, banyak juga pasang mata yang menatap kagum mereka apalagi pada Lidya. Tanpa polesan make up saja cantik natural apa lagi ini di tambah make up meski hanya tipis tapi begitu sangat berpengaruh.
Setelah sampai di kelas barulah Sarah melepaskan gandeng tangannya, lalu duduk di kursinya. Selang beberapa detik dosen pun masuk, dan memulai pelajaran hari ini.
"Sar...Sarah!" Bisik Rifki memanggil Sarah seraya menggoyang kan kursi Sarah yang duduk di depannya.
Sarah menoleh kearah Rifki dengan kesalnya, di tatapnya Rifki yang kini duduk di belakangnya.
"Apa?" Jawab Sarah yang juga berbisik. Kemudian Rifki menunjuk kearah Lidya dengan dagunya. Sarah langsung mengerti apa maksud Rifki, lalu dia kembali berbisik pada Rifki. "Nanti ceritanya besok. Tunggu part hari ini dulu." Bisik Sarah yang membuat Rifki menautkan kedua alisnya heran.
Rifki bertanya kembali 'Apa' dengan gerakan mulutnya tanpa suara, Sarah hanya mengedigkan bahunya lalu menyerahkan sebuah kertas yang isinya sebuah pesan yang ia tulis.
...Jangan banyak bertanya dulu untuk saat ini, tunggu sampai besok setelah part hari ini sukses....
Begitulah kiranya isi pesan pada surat itu yang berahasil membuat Rifki diam seketika, aneh memang seorang Rifki bisa diam karena sebuah pesan. Tapi ya, bodo amat yang penting diem gak banyak nanya.
'Sabar Ki! Hadehh....jiwa kepo ku sudah meronta-ronta. Ahh shitt....!' Geram Rifki dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next>>
...Jangan lupa tinggalkan jejak nya 🤗😍...
...Yuk! Bantu like coment rate dan favorit nya🤗✨🌹💕...
...Thanks 💕...
Happy reading 💕😍
Jika berkenan mampir di judul
"Cinta Devan Untuk Naya" semangat aku datang bawa like, rate dan bunga
mampir juga yok ke Hati Terbelah Di Ujung Senja 😊