Pernikahan Simbiosis

Jojo menyandarkan kepala ke meja kerjanya, Ia sengaja berangkat pagi-pagi untuk kabur menghindari pebinor tampannya yang masih terlelap saat dirinya pergi meninggalkan apartemen tadi. 

Semalam, Axel benar-benar membuatnya menjerit. Bukan karena melakukan aktifitas memanjat pohon teh sampai ke pucuk layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Suaminya itu menggodanya dengan berbagai kalimat gila. 

"Kamu pikir aku tidak berani melakukan itu? Jangan coba-coba memprovokasi, aku lelaki normal dan sehat. Apa kamu lupa? aku memperkosa Rea sekali dan dia langsung mengandung. Lihat papa! di usianya yang sudah tua saja dia bisa menghamili mama. Klan Jordan sepertinya dilimpahi kesuburan.

"Apa kamu ingin hamil? aku akan dengan senang hati melakukannya, kemarilah!"

"Kenapa takut? Aku akan membuatmu mendapatkan apa yang kamu inginkan tadi."

"Kemarilah! Kamu ingin memanjat atau dipanjat?"

"Ahhhhh … " Jojo mengguyar rambutnya kasar, Ia lantas membentur-benturkan kepalanya ke meja kerjanya, sementara bibir tipisnya mulai mengeluarkan suara rengekan seperti orang yang sedang menangis. 

"Aku bahkan tidak punya keberanian untuk menatap mukanya, dasar pebinor sialan!" 

Jojo menggebrak meja. Namun, siapa sangka seorang pria sudah berdiri tak jauh dari meja kerjanya. 

"Apa kamu anak baru itu?" 

Muka Jojo seketika berubah menjadi pucat, Ia sampai tergagap menanggapi pertanyaan dari pria itu. "Ka-ka-kak Ben? benar ini kakak?"

"Wah ... apa dunia ini memang hanya selebar daun kelor? saat mereka bilang anak baru itu bernama Jojo, aku masih berpikir seorang pria."

"Apa kakak supervisor di sini?" tanya Jojo yang masih terlihat syok. Ia berharap mendapat jawaban tidak dari laki-laki yang Ia cium dengan sengaja di club beberapa saat yang lalu itu. 

"Hem ... Kenapa? kamu senang?" tanya Ben dengan senyuman ramahnya. 

"Ha-ha-ha-ha, iya aku senang. Aku senang sekali!" Jojo tertawa terbahak, tapi di dalam hatinya Ia ingin sekali menangis. 

"Kenapa berangkat pagi sekali?" tanya Beni basa-basi.

"Ah ... ya. Oh ... Itu-. " Ingin rasanya Jojo memukul kepalanya sendiri. Bisa-bisanya Ia salah tingkah di depan kakak tingkatnya sekaligus atasannya itu. 

Ben yang mendapati sikap lucu bawahannya itu hanya bisa tertawa. "Sampai sekarang pun kamu masih saja menggemaskan Jo."

Ben menepuk lembut pucuk kepala Jojo sebanyak dua kali, setelahnya laki-laki itu berlalu masuk ke dalam ruang kerjanya. Meskipun masih dalam satu tempat, tapi supervisor di perusahaan Arkan itu memiliki ruangan tersendiri.

Jojo mengamati punggung Ben sampai masuk ke dalam. Masih memandangi ruangan kerja atasannya itu, Jojo dibuat terkejut karena Ben tiba-tiba membuka tirai yang menutupi dinding ruang kerjanya yang memang full terbuat dari kaca. Laki-laki itu tersenyum manis dari tempatnya berdiri, dan membuat Jojo merasa semakin kikuk. 

***

"Wah ... tidak biasanya pak Ben membuka tirai ruang kerjanya seperti itu." Memey membetulkan letak kacamata minusnya sambil melipat bibirnya. 

"Memang biasanya seperti apa?"

Tanpa menoleh, Jojo merespon sambil terus sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia sedang membuat design banner untuk ditampilkan di halaman depan aplikasi RBB market. Jika sampai disetujui, jelas ini akan menjadi pencapaian yang besar untuk anak baru seperti dirinya. 

"Dia menutupnya rapat, kalau begini jadinya aku merasa terintimidasi, dia pasti akan tahu kalau nanti aku menonton drama dan bukannya bekerja." Keluh Memey. 

Jojo dan dua orang staff yang lain terlihat tertawa. Namun, di dalam hatinya Jojo berharap apa yang dilakukan Ben bukan lah karena dirinya. 

***

Mama Slipi

[Apa kamu sudah lupa dengan abang dan kakak 'mu? bahkan Kenes bertanya kemana tantenya]

"Baru juga satu minggu, lagi pula aku juga tidak perlu ikut kampanye lagi seperti dulu," gerutu Jojo. Gadis itu memilih meletakkan ponselnya untuk melanjutkan menyantap makan siangnya. 

Memey terlihat menggigit sendoknya, ia lantas berbisik ke arah Jojo yang duduk tepat di hadapannya. "Jo, sepertinya semua orang sedang mengamati meja kita."

Bukannya berpura-pura, Jojo malah langsung menoleh, kepalanya berputar mencari orang-orang yang baru saja dikatakan oleh Memey. "Yang mana? sini biar aku ajak kenalan!"

Memey memukul jidatnya, Ia memilih menunduk karena terlalu malu dengan tingkah Jojo yang blak-blakan. Masih dalam situasi yang canggung, Ben malah terlihat mendekat. Pria itu langsung duduk dan bergabung di meja Jojo dan Memey tanpa meminta izin.

"Apa makanannya enak?" tanya Ben basa-basi. 

"Hem ... enak, apapun yang gratis pasti enak." 

Mendengar jawaban Jojo yang begitu santai ke atasannya membuat Memey semakin terheran-heran, terlebih dengan santainya Jojo mengambil tempura di piring Ben dan memasukkannya ke dalam mulut. 

"Yummy."

Memey semakin terperanga karena Ben tersenyum dan malah memberikan semua tempuranya ke piring Jojo, alhasil tingkah keduanya semakin menimbulkan pergunjingan di antara staff yang juga tengah menikmati makan siang di sana.

Jojo sepertinya akan menjadi public enemy karena Ben ternyata memiliki banyak fans garis keras, pria itu ternyata menjadi incaran para staff yang masih bersetatus single di sana. 

***

"Dimana?"

"Kenapa? Apa kamu sedang mencari 'ku?"

"Perlukah aku jelaskan lagi ke dirimu? meskipun hanya Istri abal-abal, jika terjadi sesuatu dengan 'mu sudah tentu aku yang akan disalahkan."

"Aku baru akan pulang kerja. Oh ya ... aku mau bilang kalau malam ini aku akan menginap di rumah-"

Jojo memandangi layar ponselnya, belum juga tuntas kalimat yang akan dia ucapkan, tapi Axel lebih dulu memutus sambungan telponnya.

"Dasar lelaki aneh," gumam Jojo yang lanjut mengendari mobilnya menuju rumah abangnya.

Jalanan sedikit macet sore itu, Jojo pun tiba di rumah Fahrizal pukul setengah tujuh malam. Berniat mengejutkan para penghuni rumah, sayangnya Jojo lah yang malah dibuat terkejut dengan keberadaan Axel di sana.

Suaminya itu dengan santainya sudah duduk di ruang tamu dan berbincang dengan Fahrizal. Axel bahkan terlihat hanya memakai celana pendek dan kaus polos. 

"Itu dia datang," ucap Fahrizal saat melihat Jojo berjalan masuk ke dalam rumah. 

Ekspresi keterkejutan dari Jojo membuat Axel tersenyum senang. Axel menebak sang istri pasti tidak menyangka bahwa dirinya akan berada di sana. Ia pun dengan sengaja mengangkat tangan kanannya ke arah Jojo. 

"Istri solehah salim dulu sama suaminya!" perintah Axel.

"Mau berusaha kabur kemana lagi kau ulat pucuk?" Axel pun tersenyum menang.

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

Reader yang baik hati LIKE KOMEN VOTE HADIAHNYA jangan lupa! 🤪🤪🤪