NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:965
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Hampir Nerobos Batas

Sementara Rayyan, pikirannya mulai tak menentu saat melihat Nayla menggigit bibir bawahnya. Ia buru-buru menundukkan kepala dan menyuapkan makanan ke mulut. Ia mengunyah dengan sedikit kasar, hingga tiba-tiba terhenti saat mendengar suara Nayla.

"Aku minta maaf Kak. Tolong jangan marah lagi," ucap Nayla lirih, menunduk dalam.

Rayyan menatapnya sejenak, namun kembali memalingkan wajah. "Saya juga minta maaf."

Nayla perlahan mengangkat wajahnya. "Jadi Kakak udah gak marah lagi sama aku?"

"Hmm," gumam Rayyan singkat.

Nayla pun tersenyum lega. Meski respon Rayyan tidak sehangat yang ia harapkan, setidaknya pria itu tak lagi marah.

"Saya udah selesai, saya ke kamar dulu," ujar Rayyan lalu bangkit dan pergi meninggalkan meja makan.

Senyum Nayla memudar seiring langkah Rayyan. Tapi ia mencoba berpikir positif. Mungkin Kak Rayyan memang sedang sibuk. Ia pun membereskan sisa makan malam mereka, membawa piring-piring ke wastafel. Saat sedang membilas piring, lampu rumah tiba-tiba padam.

"Astaga!" Nayla hampir menjatuhkan piring di tangannya.

"Kenapa tiba-tiba mati? Jangan-jangan Kak Rayyan lupa bayar listrik?"

Ia mulai berjalan perlahan, mencoba mencari senter. Tapi belum sempat ia menemukannya, suara benda jatuh terdengar dari arah ruang tamu. Jantung Nayla berdetak tak karuan.

"S-siapa itu?" panggilnya suara bergetar.

Tiba-tiba suara benda jatuh lagi, kali ini lebih keras.

"AAAAAARRGGHHH!!" Nayla berteriak kencang dan terlonjak ke belakang.

Rayyan yang baru masuk ke kamarnya, bersandar di pintu. Ia mencoba menenangkan dirinya yang tadi sempat deg-degan melihat senyum Nayla. Sejak awal perjodohan, Rayyan memang sudah tertarik pada Nayla namun ia memilih berpura-pura biasa saja. Terutama setelah malam pertama yang dingin dan canggung, ketika Nayla mengatakan belum siap menjadi istri.

Dan sejak tahu kalau Nayla punya masa lalu dengan pria lain yang masih ada di sekitarnya rasa cemburu itu semakin sulit dikendalikan.

Tiba-tiba, lampu kamar padam. Rayyan menatap sekeliling merasa aneh. Ia berjalan ke jendela, melihat ke luar. Rumah-rumah tetangga masih terang.

"Kenapa cuma rumah gue yang mati lampu?"

PRAANGG!

Rayyan tersentak. Suara benda jatuh terdengar jelas.

BRAANGG!

"AAAAAARRGGHH!!"

Rayyan langsung panik. "Nayla!"

Ia mengambil ponsel dan segera menuju sumber suara.

"Nayla! Kamu di mana?!"

Sementara itu, Nayla masih berjongkok di sudut dapur. Matanya langsung terbuka saat mendengar suara Rayyan.

"Kak Rayyan..." gumamnya lirih.

Rayyan menoleh cepat. Ia melihat Nayla berdiri sekitar tiga meter darinya. "Nayla? Kamu gak apa-apa?"

Sebelum Rayyan bisa mendekat, Nayla langsung memeluknya erat Rayyan terdiam, tubuhnya seakan membeku, apalagi saat mendengar isakan kecil dari pelukan itu.

Rayyan mengangkat tangannya, perlahan mengelus kepala Nayla.

"Kenapa? Kamu kenapa Nayla?"

"A-aku takut Kak..."

"Gak apa-apa aku di sini. Kamu aman," ucap Rayyan lembut, berusaha menenangkan.

"Tapi tadi ada yang jatuh kayaknya ada yang bergerak."

Rayyan menoleh ke arah yang ditunjuk Nayla, menyinari dengan ponsel. Tak ada apa-apa. Tapi untuk memastikan, ia berjalan bersama Nayla mendekati sumber suara.

Saat mereka sampai, suara benda jatuh lagi. Nayla mengeratkan pelukannya. Rayyan menyorot meja dan mendapati seekor kucing!

"Cuma kucing," gumam Rayyan lega.

Nayla menatap bingung. "Dari mana kucingnya masuk?"

"Mungkin nyelinap dari pintu belakang."

"Terus lampunya kenapa? Jangan-jangan Kak Rayyan lupa bayar listrik?"

Rayyan mencubit pelan kepala Nayla. "Enak aja udah dibayar mungkin konslet."

"Boleh gak aku tidur sama Kakak malam ini? Aku takut sendiri..."

Deg!

Rayyan merasa jantungnya berhenti berdetak sesaat. Ia bingung, antara senang dan cemas. Tapi akhirnya ia mengangguk.

"Baiklah."

Nayla tersenyum lega dan kembali memeluknya. Rayyan coba melangkah, tapi pelukan Nayla membuatnya susah bergerak.

"Kalau kamu terus peluk kayak gini kita gak bakal sampai kamar."

"Aku masih takut..."

Tanpa banyak bicara, Rayyan langsung menggendongnya ala bridal style.

Setelah sampai di kamar, Rayyan meletakkan Nayla di ranjang.

"Tidurlah saya di sofa."

Namun, tangan Nayla menahan lengannya.

"Tidur di sini aja aku masih takut."

Rayyan menatapnya, lalu menghela napas. "Baiklah. Tapi kamu yakin? Kalau saya melakukan hal yang sama seperti tadi sore?"

Nayla menunduk. "Aku percaya Kakak gak bakal macam-macam dan kalau pun iya aku gak apa-apa..." ucapnya nyaris tak terdengar.

Rayyan tersenyum nakal. Tapi ia hanya mengambil laptop yang berada di belakang Nayla, membuat gadis itu kaget karena mengira akan dicium.

"Apa kamu berharap akan saya cium?" bisiknya jahil.

Nayla langsung membeku.

Rayyan terkekeh, lalu mengecup pipinya singkat. "Tidur sana saya temani."

Nayla menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, sementara Rayyan duduk di sofa sambil tersenyum. “Gemes banget sih istri gue.”

Nayla mencoba tidur, tapi gelap membuatnya susah. Ia terus membolak-balik posisi tidur. Rayyan yang terganggu akhirnya menutup laptop dan naik ke ranjang, langsung memeluk Nayla dari belakang.

"Sudah tidur. Besok kamu sekolah."

Akhirnya, Nayla bisa terlelap dalam pelukan suaminya.

Pagi harinya, Nayla membuka mata dan terkejut melihat Rayyan masih memeluknya. Ia tersenyum, lalu memandangi wajah tampan pria itu.

"Tampannya suamiku," gumamnya pelan.

"Saya tau saya tampan," jawab Rayyan tiba-tiba, membuka mata.

Nayla membelalak. "Kak Rayyan udah bangun?"

Rayyan tersenyum jahil. "Menurut kamu?"

Nayla langsung bangkit, melepas tangan Rayyan dari perutnya dan kabur keluar kamar. Rayyan geleng-geleng kepala sambil tertawa.

"Aku makin suka sama dia."

Di kamarnya, Nayla panik. "Malu! Bisa-bisanya gue bilang kayak gitu!"

Ia lalu mencoba menenangkan diri. “Harus biasa aja. Tadi cuma mimpi.”

Nayla mencuci muka, berdandan, dan menyiapkan sarapan. Ia membuat sandwich untuk Rayyan dan dirinya, menyimpannya di kotak bekal.

Saat hendak turun, ia memastikan Rayyan belum keluar kamar. Tapi saat dengar suara pintu kamar Rayyan terbuka, Nayla langsung kabur. Rayyan yang baru keluar tersenyum melihatnya.

Di dapur Rayyan menemukan sarapan. "Kamu memang istri idaman Nayla."

Nayla tiba di SMA Angkasa, masuk ke kelas dan duduk bersama Tania dan Alika.

"Baru nyampe Nay?" tanya Alika.

"Iya," jawabnya sambil membuka bekalnya.

"Eh tumben bawa bekal?" celetuk Tania.

"Belum sempat sarapan. Mau?"

Mereka menolak. Tapi saat Tania menggoda soal Rayyan, Nayla malah tersedak sandwich nya.

"Lo kenapa Nay?" tanya Alika khawatir.

"Gak, gak apa-apa."

"Aneh. Keselek pas gue tanya soal 'itu'," Tania menyipitkan mata.

Namun sebelum lanjut, Rayyan masuk kelas semua murid langsung diam.

"Selamat pagi semua."

"Pagi Pak!"

"Ini soal ulangan. Rudi tolong bagikan."

Saat kertas dibagikan, Tania berbisik, "Kenapa suami lo cepet amat sih masuk?"

"Mana gue tau!" desis Nayla.

"Ekhem!" Rayyan berdeham. "Kerjakan dalam diam ya."

Waktu istirahat, Zia buru-buru keluar membawa kotak bekal.

"Lo mau ke mana?" tanya Nia.

"Ngejar Pak Rayyan dong."

"Ngapain?"

"Mau kasih bekal."

Nia menyipit. "Yakin Pak Rayyan belum dikasih bekal istrinya?"

Zia tersenyum penuh percaya diri. "Gak masalah. Siapa tau belum."

"Kalaupun iya, belum tentu bekal buatan dia lebih enak dari pada bekal buatan gue kan?"

Nayla yang masih duduk di dalam kelas langsung terdiam. Ia memang belum pernah sekalipun membawakan bekal untuk Rayyan. Tapi hampir setiap pagi saat sarapan, dan malam saat makan bersama, ia selalu memasakkan makanan untuk suami dan kedua mertuanya.

"Udah ah jangan kebanyakan nanya. Nanti keburu Pak Rayyan udah makan duluan lagi," ucap Zia sambil melangkah keluar kelas, menuju kantor guru.

Sementara itu, Tania dan Alika yang melihat perubahan ekspresi di wajah Nayla langsung mencoba menghibur sahabat mereka itu.

"Kenapa Nay?" tanya Alika pelan. Nayla hanya menggeleng.

"Udah lo jangan dengerin omongan Zia, Nay. Kita yakin banget kok, masakan lo lebih enak dari masakan dia. Jadi jangan sampai kepikiran yang gak-gak," ucap Alika menenangkan.

"Oh iya, ngomong-ngomong lo udah nyobain hal yang pernah gue bilang itu belum?" bisik Tania dengan suara hati-hati.

"Apa?" tanya Nayla, masih dengan nada lesu.

Tania mengembuskan napas panjang dengan kesal.

"Ih yang waktu itu pas gue sama Alika main ke rumah lo, inget gak?" ujar Tania mencoba mengingatkan obrolan lama mereka saat berkunjung ke rumah Nayla dan Rayyan.

Nayla kembali menggeleng.

"Aduh Nay! Lo tuh gimana sih? Lo harus cepet lakuin itu biar lo bisa yakin, dia tuh normal apa gak."

"Dia normal kok," jawab Nayla pelan.

"Emang lo tau dari mana?" tanya Tania penasaran.

Nayla langsung diam, pikirannya langsung melayang ke kejadian sore kemarin.

"Gimana gue gak yakin coba? Orang kemarin aja Kak Rayyan hampir nerobos batas," gumamnya dalam hati, wajahnya memerah seketika.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!